Ikuti Kami

Diari

Poligami dan Dampaknya bagi Perempuan

BincangMuslimah.Com – Belakang banyak bermunculan seminar tentang poligami, bahkan saya beberapa kali menerima poster seminar berpoligami di grup WhatsApp. Seminar ini menawarkan berbagai tips untuk melakukan poligami dengan sukses dari istri tidak akan menolak hingga jaminan keluarga bahagia dengan berpoligami. Pelaksana seminar ini menggemakan bahwa poligami ialah meneladani Rasulullah dan poligami dilakukan secara adil pada istri-istrinya. Pasangan yang ingin mengikuti pun harus berinvestasi sekitar Rp. 3.000.000,- hingga Rp. 5.000.000,-. Sayangnya, seminar-seminar ini alpa memblow-up dampak poligami.

Aturan dalam ajaran Islam secara rinci untuk melakukan poligami terkandung dalam Qur’an Surat An-Nisa ayat 3 yang memiliki arti:

“Dan jika kamu takut tidak bisa berbuat adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (ketika kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang kamu senang: dua, tiga, atau empat, jika kamu tidak bisa berbuat adil, maka cukup seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An- Nisa: 3)

Memang secara prakteknya dalam ajaran Islam memperbolehkan poligami maksimal memiliki empat istri. Akan tetapi, syarat yang terkandung dalam Qur’an Surah An-Nisa ayat 3 harus terpenuhi, di mana harus berlaku adil pada istri-istrinya. Apabila tidak dapat berlaku adil, karna adil adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Dianjurkan untuk monogami saja, tidak perlu memiliki istri dua bahkan hingga empat. Hal ini karena signifikannya dampak negatif yang dihadapi perempuan jika tidak memenuhi syarat poligami tersebut.

Sulitnya berlaku adil diperjelas lagi dalam Surah An- Nisa ayat 129,  “Kamu tidak akan bisa bertindak adil di antara perempuan-perempuan (yang akan kamu nikahi). Meskipun kamu sangat menginginkannya.

Baca Juga:  Momen Lebaran: Kenali Dirimu untuk Jawab "Kapan Nikah”

Selain itu, dalam Undang-Undang Pernikahan (UUP) tahun 1974 juga menyebutkan syarat yang harus dipenuhi untuk memiliki istri lebih dari satu. Syarat yang harus dipenuhi, pertama tertuang pada Pasal 3 ayat 2 yaitu dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Kedua dijelaskan pada Pasal 4 ayat 1, yaitu suami wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya.

Kemudian syarat ketiga, tertuang pada Pasal 4 ayat 2: apabila istri cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan keturunan. Syarat keempat Pasal 5 ayat 1 yaitu ada persetujuan dari istri-istri, ada kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan istri-istri dan anak-anak mereka. Lalu, ada jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka.

Selama ini orang yang pro poligami dan telah melakukan poligami hanya menggaungkan kebaikan-kebaikan dari berpoligami. Mereka mengesampingkan hal dampak buruk yang akan dihasilkan dari berpoligami, terutama bagi perempuan. Lebih lagi berpoligami secara diam-diam. Hal itu membuat perempuan sebagai korban akan semakin buruk lagi. Sudah tidak memenuhi syarat kesepakatan semua pihak, bagaimana akan berlaku secara adil?

Pernah suatu waktu saya membaca utas di twitter. Isi utasnya mengatakan beberapa kalangan beranggapan poligami melanggengkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Memang patut dibenarkan pernyataan poligami melanggengkan kekerasan dalam rumah tangga. Baik itu secara fisik, psikis maupun ekonomi. Memberi izin secara terpaksa juga sudah kekerasan terhadap perempuan.

Banyak dampak yang dirasakan oleh perempuan sebagai korban dari poligami. Begitu banyaknya beban yang ditanggung karena berpoligami tidak dipungkiri banyak yang berakhir dengan perceraian. Pada tahun 2019, perceraian karena poligami terdapat 1.233 kasus. Di tahun 2020 terhitung dari Januari hingga Juli terdapat 682 kasus perceraian yang diakibatkan oleh poligami.

Baca Juga:  Kala Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib untuk Poligami

Bisa jadi jumlah ini tidak sebanding dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Banyak perempuan enggan mengakui dirinya penyintas poligami dan memilih bertahan. Lagi-lagi langgengnya budaya patriarki dan kuatnya anggapan mengenai poligami yang dilegitimasi agama.

Suatu riset menyebutkan banyak laki-laki yang melakukan poligami angkat tangan akan kebutuhan istri dan anak-anaknya. Sebaliknya sang istrilah yang harus menanggung kebutuhan suaminya. Riset ini sejalan dengan penelitian LBH APIK Jakarta pada 107 istri yang dipoligami.

Hasil risetnya, 37 responden adalah tidak dinafkahi. Kemudian, 23 responden ditelantarkan atau ditinggal suami, dan 21 responden mengalami tekanan psikis yang hebat. Lalu, 11 responden pisah ranjang, 7 mengalami penganiayaan secara fisik, 6 responden diceraikan, dan dua reponden lagi diteror istri kedua.

Pengalaman saya pernah menemui seorang perempuan yang dijadikan istri kedua. Awalnya, perempuan ini mau dijadikan istri kedua, karna dijanjikan akan dipenuhi kebutuhannya. Tapi setelah menikah dan mempunyai anak suaminya tidak pernah mengunjungi dan memberi nafkah.

Tak hanya dari sisi ekonomi, faktor psikologis yang merupakan dampak terbesar. Perempuan yang dipoligami besar kemungkinan akan timbul rasa bersaing, cemburu, dan diperlakukan tidak adil. Kondisi ini membuat pernikahan dalam poligami jauh dari kata bahagia. Salah satu studi dilakukan di Amerika University of Sharjah. Hasilnya perempuan yang dipoligami memiliki kemungkinan menderita, merasa diperlakukan tidak adil dan cemburu. Perempuan yang suaminya menikah lagi akan mudah merasakan emosi negatif, seperti sering marah.

Penelitian di Turki juga menyebutkan, perempuan dipoligami mudah mengalami gangguan kejiwaan. Dibanding dengan perempuan yang monogami. Dari kondisi ini, dapat dilihat bahwa perempuan yang mengalami poligami kesehatannya lebih rendah. Sudah menderita secara psikologis, ditambah lagi secara kesehatan juga rendah. Apakah tidak beban perempuan dipoligami ini bertubi-tubi?

Baca Juga:  Resensi Buku: Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah

Selain secara psikologis dan kesehatan, perempuan yang mengalami poligami juga akan merasakan kurangnya kehadiran suaminya. Kehadiran suaminya menjadi berkurang, harus berbagi dengan istri-istrinya yang lain. Hal ini dapat membuat istri merasakan kehilangan ruang amannya. Dampak poligami tidak hanya terjadi pada perempuan atau istri saja. Anak-anaknya juga mendapatkan pengaruhnya. Anak akan merasa kurang kehadiran sosok ayah pada pengasuhannya. Intinya peran ayah dalam keluarga poligami lebih sidikit.

Rekomendasi

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

poligami poligami

Narasi Poligami, di Mana Suara Perempuan?

Poligami tanpa izin istri pertama Poligami tanpa izin istri pertama

Benarkah Poligami Tetap Sah Tanpa Izin Istri Pertama? Begini Pandangan Syekh Ahmad Thayyib

Ditulis oleh

Mahasiswa di Universitas Brawijaya. Saat ini dirinya telah menempuh tugas akhir, serta tergabung dalam komunitas Puan Menulis.

Komentari

Komentari

Terbaru

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Kajian

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025 Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Berita

Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri

Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri

Keluarga

Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Hak-Hak Anak yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Keluarga

Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan

Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan

Ibadah

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Muslimah Talk

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia

Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia

Muslimah Daily

Trending

Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan

Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan

Kajian

Doa yang Diajarkan Nabi kepada Abu Bakar untuk Diamalkan Sehari-hari

Ibadah

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Kajian

Kenapa Harus Hanya Perempuan yang Tidak Boleh Menampilkan Foto Profil?

Diari

maria ulfah kemerdekaan indonesia maria ulfah kemerdekaan indonesia

Maria Ulfah dan Kiprahnya untuk Kemerdekaan Indonesia

Khazanah

Dunia Membutuhkan Sains dan Sains Membutuhkan Perempuan

Muslimah Daily

Connect