Ikuti Kami

Muslimah Talk

Fatimah Al-Banjari: Ulama Perempuan Pengarang Kitab Parukunan

BincangMuslimah.Com – Fatimah al-Banjari dikenal sebagai sosok ulama perempuan dari Bugis pada paruh akhir abad 18 hingga awal abad 19 Masehi. Lahir di Martapura tahun 1775, Fatimah merupakan cucu, murid, sekaligus penerus perjuangan dakwah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan menjadi salah satu pengarang kitab kuning Nusantara dari kalangan perempuan.

Fatimah merupakan putri ulama besar di Nusantara. Ayahnya bernama Syekh Abdul Wahab Bugis yang berasal dari keluarga bangsawan. Sedangkan ibunya bernama Syarifah binti Muhammad Arsyad al-Banjari. Tokoh perempuan satu ini banyak terlibat dalam proses pendidikan kaum perempuan di Kalimantan. Oleh beberapa peneliti namanya sering disebut sebagai penulis kitab Parukunan, sebuah kitab kuning beraksara Arab-Melayu yang hingga kini menjadi rujukan bagi masyarakat terutama di kalangan muslim tradisional.

Mengenyam Pendidikan Agama Sejak Kecil

Tumbuh besar dalam lingkungan keluarga ulama, Fatimah al-Banjari telah mendapatkan pendidikan agama sejak kecil. Ia bersama ibu dan saudaranya, Muhammad As’ad mengaji langsung kepada Syekh Arsyad al-Banjari. Ini menunjukkan bahwa ulama besar sekaliber beliau, mempunyai kepedulian terhadap pendidikan perempuan. Syekh Arsyad tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam hal menuntut ilmu, keduanya mendapatkan hak yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam dunia pendidikan. 

Dari kakeknya tersebut, Fatimah belajar dan menguasai ilmu fikih, bahasa Arab, tafsir Alquran, dan Ushuluddin. Dalam prosesnya menuntut ilmu, ia sangat bersungguh-sungguh dan rajin mencatat tiap pelajarannya dengan rapi. Catatan itulah yang kemudian disalin turun-temurun dan belakangan dicetak dengan nama kitab Parukunan. 

Mengenal Lebih Jauh Kitab Parukunan

Kitab Parukunan merupakan kitab sederhana yang menjelaskan secara ringkas mengenai rukun Islam dan iman. Dalam istilah Banjar, hal itu disebut rukun-marukun yang isinya hanya terdiri dari 40 halaman. Gaya penyajian yang sederhana dapat membuat banyak kalangan mudah memahami kitab Perukunan. Oleh karena itu, tidak heran jika kitab karya Fatimah al-Banjari ini menjadi sangat populer. Bahkan, kitab ini tidak hanya terkenal di Banjar, tetapi juga di seluruh penjuru Nusantara.

Baca Juga:  Nyai Nonoh Hasanah: Pendiri Pesantren Putri Cintapada

Di Kalimantan Selatan sendiri, kitab Parukunan telah sejak lama ada di hampir setiap rumah tangga masyarakat yang dijejerkan dengan kitab suci Alquran. Sementara di Sulawesi Utara, kitab tersebut menjadi kitab yang populer sebagai bahan ajar dan rujukan, di kalangan para ulama suku Bolaang Mongondow abad ke-20. Kitab Parukunan hingga saat ini masih dipergunakan oleh lembaga pendidikan, masjid, dan surau di perkampungan, terutama kaum tradisionalis banyak menjadikannya sebagai buku pegangan dalam pembelajaran fikih dan tauhid.

Hal yang menarik dari kitab karya Fatimah ini, sebagaimana pengarangnya merupakan seorang perempuan, penjelasan dalam kitab ini menghadirkan cara pembacaan fikih yang terbilang memperhatikan pengalaman biologis perempuan. Kitab ini tidak menyinggung sisi-sisi fikih klasik yang kini dianggap diskriminatif terhadap perempuan. 

Bahkan, Fatimah al-Banjari menghindari pembahasan yang sangat membedakan antara kedua jenis kelamin, seperti aqiqah, warisan, dan kesaksian. Ketika membicarakan hukum mandi misalnya, ia lebih memilih diksi “mandi wajib” daripada “bersuci” (yang secara implisit menganggap haid adalah kotor). 

Pemilihan kata “mandi wajib” memberikan pemaknaan tersirat. Haid ataupun nifas bukan merupakan sesuatu yang menjadikan perempuan tidak suci sehingga perlu bersuci, melainkan itu adalah sesuatu yang bersifat biologis yang dalam agama menjadikan perempuan wajib mandi.

Kitab yang telah ditulis sejak 200 tahun yang lalu oleh ulama perempuan Nusantara ini meneladankan penulisan kitab untuk  memerhatikan pengalaman biologis perempuan. Fatimah al-Banjari merupakan teladan sejarah bagi muslimin, terutama para ulama, untuk terus menghadirkan karya yang menafsirkan agama dengan tidak mengesampingkan pengalaman perempuan. 

Demikian biografi Fatimah al-Banjari, perempuan cerdas yang mampu menguasai berbagai cabang disiplin ilmu agama. Dengan keahliannya tersebut serta kepekaannya terhadap kondisi sosial menjadikan dirinya memiliki kiprah besar dalam dunia keilmuan dan pendidikan kaum perempuan. Tidak hanya mengajarkan agama kepada kaum perempuan secara lisan, Fatimah al-Banjari juga turut mengisi khazanah kitab kuning Nusantara, dengan kitabnya berjudul Parukunan. Wallah musta’an.[]

Rekomendasi

Pengalaman Saya Mendampingi Perempuan Inspirasi Indonesia Selama di Maroko

Jejak Dakwah Para Ulama Perempuan Indonesia  

sikap rasulullah perempuan yahudi sikap rasulullah perempuan yahudi

Mengenal Nyai Hj Chamnah; Tokoh Sufi Perempuan Tarekat Tijaniyah

sayyidah nafisah guru syafi'i sayyidah nafisah guru syafi'i

Aisyah binti Saad bin Abi Waqqash : Tabi’in Perempuan yang Menjadi Guru Para Ulama

Ditulis oleh

Khadimul 'Ilmi di Yayasan Taftazaniyah

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Ketika Harapan Orang Tua Berkamuflase Menjadi Ekspektasi Tinggi: Anak Berprestasi, tapi Tidak Bahagia Ketika Harapan Orang Tua Berkamuflase Menjadi Ekspektasi Tinggi: Anak Berprestasi, tapi Tidak Bahagia

Ketika Harapan Orang Tua Berkamuflase Menjadi Ekspektasi Tinggi: Anak Berprestasi, tapi Tidak Bahagia

Keluarga

Amalan-Amalan di Hari Asyura Amalan-Amalan di Hari Asyura

Amalan-Amalan di Hari Asyura

Ibadah

Mengenal Dua Belas Nama Surah Al-Fatihah Mengenal Dua Belas Nama Surah Al-Fatihah

Mengenal Dua Belas Nama Surah Al-Fatihah

Kajian

Jasmin Akter: Atlet Kriket Muslimah dari Rohingya Jasmin Akter: Atlet Kriket Muslimah dari Rohingya

Jasmin Akter: Atlet Kriket Muslimah dari Rohingya

Muslimah Talk

Dua Syarat Penting saat Mengembalikan Harta Anak Yatim Dua Syarat Penting saat Mengembalikan Harta Anak Yatim

Dua Syarat Penting saat Mengembalikan Harta Anak Yatim

Kajian

Konsekuensi bagi Orang yang Tidak Membayar Hutang di dalam Islam Konsekuensi bagi Orang yang Tidak Membayar Hutang di dalam Islam

Konsekuensi Orang yang Tidak Membayar Hutang di dalam Islam

Kajian

Pandangan Ibnu Rusyd Tentang Sosok Perempuan Pandangan Ibnu Rusyd Tentang Sosok Perempuan

Afra binti Ubayd: Ibu dari Para Pejuang Syariat Islam

Muslimah Talk

menyantuni anak yatim muharram menyantuni anak yatim muharram

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Di Bulan Muharram

Kajian

Trending

puasa istri dilarang suami puasa istri dilarang suami

Kritik Nabi kepada Laki-laki yang Suka Main Kasar pada Perempuan

Kajian

Zainab binti Khuzaimah Zainab binti Khuzaimah

Ummu Kultsum; Putri Rasulullah yang Diperistri Utsman bin Affan

Muslimah Talk

Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin

Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin

Ibadah

Hukum Menalak Istri saat Mabuk Hukum Menalak Istri saat Mabuk

Hukum Menalak Istri saat Mabuk

Kajian

menyantuni anak yatim muharram menyantuni anak yatim muharram

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Di Bulan Muharram

Kajian

Beberapa Kesunahan 10 Muharram Beberapa Kesunahan 10 Muharram

Lima Amalan yang Dianjurkan di Bulan Muharram

Ibadah

idul adha islam dunia idul adha islam dunia

Makna Idul Adha bagi Umat Islam Seluruh Dunia

Ibadah

Depresi Tidak Punya Anak, Baca Doa Ini agar Cepat Diberi Keturunan Depresi Tidak Punya Anak, Baca Doa Ini agar Cepat Diberi Keturunan

Depresi Tidak Punya Anak, Baca Doa Ini agar Cepat Diberi Keturunan

Ibadah

Connect