Ikuti Kami

Keluarga

Hukum KB dalam Islam Beserta Dalilnya

Hukum KB dalam Islam Beserta Dalilnya
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Keluarga Berencana atau KB tentu saja bukan istilah yang baru atau asing didengar. Dilansir dari laman Perpustakaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, KB menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Lantas bagaimana hukum KB dalam Islam?

Tujuan Keluarga Berencana

Adanya program KB tentu saja memiliki maksud dan tujuan tertentu, baik tujuan secara umum maupun khusus. Tujuan umum KB yakni sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak agar terwujudnya Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Sedangkan tujuan khusus KB antara lain: meningkatkan jumlah penduduk menggunakan alat kontrasepsi, persentase jumlah angka kelahiran bayi menurun, serta meningkatkan kesehatan keluarga melalui program penjarangan kelahiran.

Manfaat Melakukan Program Keluarga Berencana

Dikutip dari DOKTERSEHAT, manfaat KB bagi pasangan suami istri antara lain: 

Pertama, menurunkan resiko kehamilan

Salah satu program KB yakni penggunaan alat kontrasepsi. Dengan menggunakan alat kontrasepsi ternyata dapat mencegah adanya kasus kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan. Selain itu, alat kontrasepsi juga menurunkan risiko perempuan yang melahirkan pada usia terlalu muda ataupun terlalu tua.

Kedua, mengurangi risiko kanker

Kontrasepsi hormonal yang digunakan perempuan, seperti jenis suntik, pil, atau spiral biasanya mengandung progesteron dan estrogen. Hormon ini ternyata dapat membantu perempuan mengendalikan kehamilan dan menurunkan risiko kanker pada sistem reproduksi. Berupa kanker indung telur (ovarium) dan kanker atau dinding rahim (endometrium). Program KB hormonal juga dapat menurunkan risiko tumbuhnya miom di rahim.

Baca Juga:  Rasulullah dan Prinsip Anti Kekerasan terhadap Perempuan

Pertama, mencegah gangguan tumbuh kembang anak

Salah satu kasus misalnya, jika seorang anak belum genap berusia dua tahun dan sudah mempunyai adik, maka ASI pada anak tersebut belum dapat terpenuhi dengan sempurna. Fenomena tersebut ternyata dapat menyebabkan kemungkinan seorang anak mengalami gangguan kesehatan.

Kedua, menurunkan risiko radang panggul

Risiko terkena radang panggul menurun bagi perempuan yang menggunakan program KB jenis implan. Tubektomi juga dapat menurunkan risiko gangguan pada panggul yang membahayakan nyawa perempuan.

Ketiga, menjaga kesehatan mental

Setelah melahirkan sebagian besar perempuan dapat  mengalami depresi cukup berat. Apabila proses melahirkan anak dengan jarak terlalu dekat, maka kemungkinan risiko depresi semakin besar pula. Oleh karena itu, dua situasi tersebut dapat diminimalisir salah satunya melalui program KB.

Hukum KB dalam Islam dan Dalilnya

Secara fikih, pada dasarnya KB diqiyaskan dengan sesuatu yang dinamakan ‘azl, yakni mengeluarkan air mani di luar vagina. Pada masa dahulu, ‘azl merupakan sebuah upaya untuk mencegah kehamilan.  Sedangkan di masa sekarang, program KB juga sama-sama bertujuan untuk mencegah atau menunda kehamilan. 

Perbedaan dari keduanya ialah ‘azl tanpa bantuan alat, sedangkan KB dengan perantara alat bantu. Penggunaan alat kontrasepsi untuk KB digunakan baik pada laki-laki ataupun pada perempuan. Tujuan dari keduanya yakni sama-sama untuk mencegah kehamilan bukan memutuskan kehamilan. 

Untuk menyamakan (qiyas) hukum keduanya maka perlu terlebih dahulu mengetahui hukum azl. Terdapat hadis yang memperbolehkan ‘azl, diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari Jabir r.a.: 

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا نَعْزِلُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَلَغَ ذَلِكَ النَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَنْهَنَا

Artinya: Dari Jabir ia berkata, “Kita melakukan ‘azl pada masa Rasulullah saw. kemudian hal itu sampai kepada Nabi saw tetapi beliau tidak melarang kami” (H.R. Muslim)  

Baca Juga:  Apakah Dibenarkan Memukul Anak Jika Tidak Mau Shalat?

Adapun hadis yang melarang ‘azl, di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Judamah binti Wahb berikut:

عَنْ جُدَامَةَ بِنْتِ وَهْبٍ أُخْتِ عُكَّاشَةَ قَالَتْ حَضَرْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أُنَاسٍ وَهُوَ يَقُولُ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أَنْهَى عَنْ الْغِيلَةِ فَنَظَرْتُ فِي الرُّومِ وَفَارِسَ فَإِذَا هُمْ يُغِيلُونَ أَوْلَادَهُمْ فَلَا يَضُرُّ أَوْلَادَهُمْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَأَلُوهُ عَنْ الْعَزْلِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ الْوَأْدُ الْخَفِيُّ –رواه مسلم 

Artinya: Dari Judamah bin Wahb saudara perempuan ‘Ukkasyah ia berkata, saya hadir pada saat Rasulullah saw. bersama orang-orang, beliau berkata, “Sungguh aku ingin melarang ghilah (menggauli istri pada masa menyusui)kemudian aku memperhatikan orang-orang romawi dan parsi ternyata mereka melakukan ghilah tetapi sama sekali tidak membahayakan anak-anak mereka.” Kemudian mereka bertanya tentang ‘azl, lantas Rasulullah saw berkata, “Itu adalah pembunuhan yang terselubung”. (H.R. Muslim)    

Sebagai bentuk respon atas dua hadis yang seolah saling bertentangan tersebut, Imam Nawawi mengajukan jalan tengah dengan cara mengkompromikan keduanya. Menurutnya, hadis yang melarang ‘azl harus dipahami bahwa larangan tersebut adalah sebatas makruh tanzih atau diperbolehkan, sedangkan hadis yang memperbolehkan ‘azl menunjukkan ketidakharaman ‘azl. Akan tetapi, ketidakharaman ini tidak menafikan kemakruhan ‘azl.

 ثُمَّ هَذِهِ الْأَحَادِيثُ مَعَ غَيْرِهَا يُجْمَعُ بَيْنَهَا بِأَنَّ مَا وَرَدَ فِي النَّهْيِ مَحْمُولٌ عَلَى كَرَاهَةِ التَّنْزِيهِ وَمَا وَرَدَ فِي الْإِذْنِ فِي ذَلِكَ مَحْمُولٌ عَلَى أَنَّهُ لَيْسَ بِحَرَامٍ وَلَيْسَ مَعْنَاهُ نَفْيُ الْكَرَاهَةِ 

Artinya: “Kemudian hadis-hadis ini yang saling bertentangan harus dikompromikan dengan pemahaman bahwa hadis yang melarang ‘azl itu menunjukkan makruh tanzih. Sedangkan hadis yang memperbolehkan ‘azl itu menunjukkan bahwa ‘azl tidaklah haram.Pemahaman ini tidak serta-merta menafikan kemakruhan ‘azl”. (Muhyiddin Syaraf an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, Beirut-Dar Ihya` at-Turats, cet. ke-2, 1329 H., juz. 10, h. 9)   

Baca Juga:  Benarkah Pekerjaan Rumah Tangga Hanya Urusan Istri?

Penjelasan singkat di atas dapat dijadikan sebagai rujukan mengenai hukum kebolehan KB dalam pandangan Islam. Kemudian, Ulama NU pada tanggal 21-25 Syawal 1379 H/ 18-22 April 1960 dalam Konbes Pengurus Besar Syuriyah NU ke-1 telah mengkaji terkait Family Planning (Perencanaan Keluarga).

Pada Muktamar ke-28 di Pon-pes Al-Munawwir Krapyak 26-28 Rabiul Akhir 1410 H/ 25-28 November 1989 M, menghasilkan putusan kebolehan menggunakan spiral sebagaimana ‘azl¸ ataupun alat kontrasepsi yang lain. (Ahkamul Fuqaha, Surabaya-Khalista bekerjasama dengan LTN PBNU, cet ke-1, 2011, h, 302 dan 450-452).

Rekomendasi

berhubungan seksual istri hamil berhubungan seksual istri hamil

Hukum Berhubungan Seksual dengan Istri yang Hamil

implan iud dilepas meninggal implan iud dilepas meninggal

Apakah KB Implan atau IUD Harus Dilepas Jika Seseorang Sudah Meninggal?

pendarahan sebelum melahirkan nifas pendarahan sebelum melahirkan nifas

Pendarahan Sebelum Melahirkan, Apakah Termasuk Nifas?

mom war persaingan ibu mom war persaingan ibu

Fenomena Mom War, Persaingan antar Ibu yang Harus Dihentikan

Ditulis oleh

Alumni Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Pegiat Sastra Arab, dan Gender Islam.

Komentari

Komentari

Terbaru

konsep keluarga konsep keluarga

Tips Mendidik Anak dengan Bahagia

Keluarga

suami suara tuhan suami suara tuhan

Pengertian Keluarga Sakinah dan Makna Perkawinan dalam Islam

Keluarga

Hukum Menggunakan Mahar Sebagai Modal Usaha

Keluarga

Apakah Meninggalkan Shalat Jumat 3 kali Dihukumi Kafir?

Ibadah

Apa yang Harus Dilakukan Apabila Merasa Keluar Angin Saat Shalat?

Kajian

Pandangan Michael Hart Terhadap Nabi Muhammad

buku

doa baru masuk islam doa baru masuk islam

Pemahaman Fase Menopause Bagi Perempuan Berusia 40an dan Cara Mengatasinya

Diari

Apakah Alasan Islam Memperbolehkan Perceraian?

Keluarga

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

Baayun Maulud, Budaya Masyarakat Banjar saat Memperingati Hari Kelahiran Nabi

Kajian

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar   pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar  

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Islam

Kajian

suami suara tuhan suami suara tuhan

Pengertian Keluarga Sakinah dan Makna Perkawinan dalam Islam

Keluarga

Rimpu, Tradisi dan Ekspresi Perempuan Islam di Bima

Kajian

Ummu Sulaim Ummu Sulaim

Ibu Sempurna dalam Pandangan Masyarakat

Diari

Connect