Ikuti Kami

Kajian

Tiga Kemungkinan Salah Tafsir Ayat Bias Gender Menurut Kiai Hussein Muhammad

tafsir Ayat Bias gender

BincangMuslimah.Com – Kekerasan merupakan sebuah fenomena ketidakadilan gender. Penyebab kekerasan terhadap perempuan merupakan akibat dari marjinalisasi, stereotype, subordinasi bahkan beban ganda terhadapnya. Ketika terjadi kekerasan terhadap perempuan, orang dengan mudah mengatakan karena perempuan lemah, pantas menerimanya atau sebutan-sebutan lain yang justru tidak memberikan penguatan dan membuat mental dan psikis perempuan korban kekerasan merasa terlindungi.

Nasaruddin Umar dalam buku Qur’an Untuk Perempuan, berpendapat selama ini penafsiran al-Qur’an yang maskulin masih sering dijadikan dasar untuk menolak kesetaraan gender sehingga menyebabkan ketimpangan.mKitab-kitab tafsir dijadikan referensi dalam mempertahankan status quo dan melegalkan pola hidup patriarki, yang memberikan hak-hak istimewa kepada laki-laki dan cenderung memojokkan perempuan. Laki-laki dianggap sebagai jenis kelamin utama, dan perempuan sebagai jenis kelamin kedua (the second sex). Beberapa rujukan tersebut mengandung tidak sedikit salah tafsir ayat yang cenderung bias gender. Anggapan ini mengendap di alam bawah sadar masyarakat dan membentuk etos kerja yang timpang.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Husein Muhammad dalam buku Islam Agama Ramah Perempuan. Menurutnya, ada beberapa kemungkinan adanya penafsiran yang terkesan agak timpang dan cenderung bias gender terhadap ayat-ayat yang berkenaan dengan hubungan laki-laki dan perempuan sehingga menimbulkan perspektif diskriminatif atau subordinatif terhadap perempuan. Di antaranya :

Pertama, karena kekeliruan dalam menginterpretasikan bunyi teks secara harfiah.

Kedua, cara atau metode penafsiran yang parsial atau tidak utuh, sepotong-sepotong, sebagian, atau separo dari keseluruhan teks.

Ketiga, penafsiran terhadap teks-teks Alquran sering kali didasari dan dikuatkan oleh hadis-hadis lemah (daif), hadis palsu (mawdu‘) atau hadis-hadis israiliyyat.

Tiga kemungkinan itu pada akhirnya terakumulasi dalam interpretasi dan sering kali kurang memperhatikan sosio-kultur; di mana dan kapan firman itu diturunkan, atau disebut dengan asbab al-nuzul dan asbab al-wurud.

Baca Juga:  Kepemimpinan Perempuan dalam Islam Bukan Masalah Teologi

Selain adanya manipulasi hadis-hadis nabi untuk suatu kepentingan. Salah satu dari sejumlah faktor yang membuat fenomena kekerasan terhadap perempuan menjadi kuat dan efektif adalah adanya dukungan atau kultur patriarki yang hegemoni.

Selanjutnya, beberapa contoh teks kekerasan terhadap perempuan dalam Alquran itu mendapat legitimasi dari pandangan atau pemahaman penafsiran tertentu. Konsep-konsep dalam ajaran Islam yang biasa dipakai untuk membenarkan kekerasan atau menyudutkan wanita misalnya, larangan untuk meninggalkan rumah, kecuali ada keperluan mendesak. Hal ini seperti termaktub dalam QS. al-Ahzab [33]:33, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah dulu”. Oleh sebagian orang, ayat ini dipahami sebagai ketentuan Tuhan yang mewajibkan kaum perempuan untuk tinggal di dalam rumah (Ahmad b. Hanbal. Al-Musnad li al-Imam Ahmad Ibn Hanbal, Vol. 1, h. 461).

Pemahaman di atas  juga didukung oleh hadis, yang antara lain diriwayatkan oleh sahabat ‘Usman bin ‘Affan bahwa Rasulullah bersabda; “Seorang istri yang keluar tanpa izin dari rumah suaminya akan dilaknat oleh segala yang ada di permukaan bumi hingga ikan-ikan di laut”.

Memahami ayat-ayat Alquran sebagaimana di atas merupakan pemahaman yang tidak utuh. Ayat-ayat ini ditujukan kepada para istri Nabi dan untuk konteks tertentu dan tidak ditujukan kepada semua kaum perempuan muslimah yang lain. Dalam beberapa teks keagamaan, kekerasan terhadap perempuan juga muncul dalam bentuknya yang cukup krusial. Contohnya adalah segala amal kebaikan perempuan dianggap gugur di hadapan Tuhan, hanya karena dia terlambat melayani kebutuhan seksual suaminya.

Diriwayatkan dalam suatu hadis bahwa Rasulullah bersabda; “Seorang perempuan yang rajin salat malam, sering berpuasa, tetapi ketika oleh suaminya diajak ke ranjang, ia terlambat, maka pada hari kiamat ia akan diseret dengan rantai bersama-sama setan ke neraka paling dasar”. Dalam teks lain diungkapkan betapa kebaikan seorang perempuan menjadi tidak berharga sama sekali, hanya karena ia berbicara kurang sopan di hadapan suami. “Andaikata ada seorang perempuan memiliki seluruh isi dunia ini, dan menafkahkan semua itu kepada suaminya, kemudian ia menyebut-nyebut jasanya itu di hadapannya, Allah akan menghapuskan pahala amalnya itu dan ia akan dikumpulkan bersama-sama Qarun”.

Teks-teks yang memiliki salah tafsir ayat dan cenderung bias gender tersebut oleh sementara orang dijadikan dasar untuk menjustifikasi keharusan perempuan taat terhadap laki-laki (suami) secara absolut. Padahal kedua teks di atas tidak valid, atau dalam ilmu hadis digolongkan sebagai hadis mawdu‘. Ini dijadikan sebuah cara untuk memanipulasi agama untuk kepentingan laki-laki (Muhammad b. Hibban. Sahih Ibn Hibban, Vol. 3, h.258).

Baca Juga:  Inner Child yang Terluka Berdampak Besar bagi Perempuan Dewasa

Wallahu’alam.

Rekomendasi

Empat Perspektif Kesetaraan Menurut Huzaemah T. Yanggo

Tradisi Humkoit/Koin: Melahirkan dalam Pengasingan

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

zainab al-ghazali zainab al-ghazali

Zainab Al-Ghazali; Mufassir Perempuan Pelopor Feminisme Islam

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

Komentari

Komentari

Terbaru

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect