BincangMuslimah.Com – Lafaz basmalah masih memiliki misteri dan keistimewaan yang tidak bisa dihitung oleh jari. Setelah mengungkap delapan kisah pada terbitan sebelumnya, Imam Fakhruddin Ar-Razi kembali melanjutkan kisah yang luar biasa terkait tafsir lafaz basmalah dalam Mafatih al-Ghaib, kitab karangannya.
Salah satu keajaiban yang beliau ungkap adalah lafaz basmalah bisa mendekatkan seseorang lebih kepada rabbnya. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh hadis Rasulullah saw,
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ بسم الله الرَّحْمَنِ الرحيم فَقَالَ هُوَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ وَمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اسْمِ اللَّهِ الأَكْبَرِ إِلا كَمَا بَيْنَ سَوَادِ الْعَيْنَيْنِ وَبَيَاضِهِمَا مِنَ القرب.
Artinya: “sesungguhnya Usman bin Affan bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai bacaan basmalah. Lalu Rasulullah Saw menjawab; “Basmalah merupakan salah satu dari nama-nama Allah, yang mana diantara ia (hamba) dan nama Allahu Akbar, tak ubahnya seperti di antara bagian hitam mata dan putihnya, saking dekatnya.”
Kisah berikutnya masih disampaikan oleh Imam Ar-Razi dalam kitabnya Mafatih Al-Ghaib juz 1, halaman 158;
:التَّاسِعَةُ
اجْعَلْ نَفْسَكَ قَرِينَ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى حَتَّى لَا تَبْعُدَ عَنْهُ فِي الدَّارَيْنِ، رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ دَفَعَ خَاتَمَهُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ: اكْتُبْ فِيهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَدَفَعَهُ إِلَى النَّقَّاشِ وَقَالَ: اكْتُبْ فِيهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، فَكَتَبَ النَّقَّاشُ فِيهِ ذَلِكَ، فَأَتَى أَبُو بَكْرٍ بِالْخَاتَمِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَى النَّبِيُّ فِيهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، مَا هَذِهِ الزَّوَائِدُ؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا رَضِيتُ أَنْ أُفَرِّقَ اسْمَكَ عَنِ اسْمِ اللَّهِ، وَأَمَّا الْبَاقِي فَمَا قُلْتُهُ، وَخَجِلَ أَبُو بَكْرٍ، فَجَاءَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَّا اسْمُ أَبِي بَكْرٍ فَكَتَبْتُهُ أَنَا لِأَنَّهُ مَا رَضِيَ أَنْ يُفَرِّقَ اسْمَكَ عَنِ اسْمِ اللَّهِ فَمَا رَضِيَ اللَّهُ أَنْ يُفَرِّقَ اسْمَهُ عَنِ اسْمِكَ، وَالنُّكْتَةُ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ لَمَّا لَمْ يَرْضَ بِتَفْرِيقِ اسْمِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ اسْمِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَجَدَ هَذِهِ الْكَرَامَةَ فَكَيْفَ إِذَا لَمْ يُفَارِقِ الْمَرْءُ ذِكْرَ اللَّهِ تَعَالَى؟.
Kisah Kesembilan:
Hendaklah kamu mencari teman yang mengingatkan kepada allah ta’ala agar tidak jauh darinya di dunia dan akhirat. Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwa nabi membayar cincinnya kepada Abu Bakar As-Siddiq dan Nabi berkata: “Tulislah di dalamnya kalimat laa ilaha illallah muhammad rasulullah (disambung)”
Kemudian abu bakar menyerahkan cincin itu kepada tukang pahat dan berkata: “Tulislah di dalamnya kalimat laa ilaha illallah muhammad rasulullah” lalu tukang pahat mengukir pada cincin tersebut.
Setelah itu Abu Bakar datang membawa cincin itu kepada Nabi saw, Nabi melihat pada cincin itu “laa ilaha illallah muhammad rasulullah abu bakar as-siddiq (dipisah).” Lantas Nabi bertanya, “Wahai Abu Bakar, apa embel-embel ini?
Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak ingin membedakan namamu dengan nama Allah, dan selebihnya aku tidak mengatakannya.”
Abu Bakar merasa malu. Kemudian Jibril datang dan berkata: “Wahai Rasulullah, adapun nama Abu Bakar aku menulisnya karena dia tidak ingin membedakan namamu dengan nama Allah, maka Allah tidak ingin membedakan namanya dengan namamu.”
Dikisahkan bahwa Abu Bakar ketika dia tidak ingin untuk membedakan nama Muhammad dari nama Allah Swt., ia mendapatkan kemuliaan tersebut. Jadi bagaimana jika seseorang tidak meninggalkan dalam mengingat Allah Swt.?
:الْعَاشِرَةُ
أَنَّ نُوحًا عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمَّا رَكِبَ السَّفِينَةَ قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ مَجْراها وَمُرْساها [هُودٍ: 41] فَوَجَدَ النَّجَاةَ بِنِصْفِ هَذِهِ الْكَلِمَةِ، فَمَنْ وَاظَبَ عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ طُولَ عُمْرِهِ كَيْفَ يَبْقَى مَحْرُومًا عَنِ النَّجَاةِ؟ وَأَيْضًا أَنَّ سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلَامُ نَالَ مَمْلَكَةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ بِقَوْلِهِ: إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ [النَّمْلِ: 30] فَالْمَرْجُوُّ أَنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَالَهُ فَازَ بِمُلْكِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Kisah Kesepuluh:
Ketika Nabi Nuh a.s naik ke atas kapal, Ia berkata, “dengan nama Allah Swt., pada waktu pergi dan berlabuhnya.” ia menemukan keselamatan dengan setengah dari kalimat ini. Jadi siapa pun yang istiqamah dengan kalimat ini sepanjang hidupnya, bagaimana dia bisa tetap kehilangan keselamatan?
Dan juga diceritakan bahwa Nabi Sulaiman a.s. memperoleh kerajaan dunia dan akhirat dengan mengatakan: sesungguhnya itu (surat) dari Nabi Sulaiman dan bahwa surat itu dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pemurah, yang Maha Penyayang, diharapkan bahwa ketika hamba mengatakan kalimat itu, ia akan memperoleh kerajaan dunia dan akhirat.
Itulah kisah tentang keajaiban tafsir basmalah yang diungkap oleh Imam Ar-Razi dalam kitab Mafatih al-Ghaib yang mana salah satu faedahnya adalah bisa mendatangkan keberuntungan dan mendekatkan kita kepada Allah Swt. Sekian, semoga bermanfaat.