BincangMuslimah.Com – Beberapa waktu belakangan ini, istilah Fomo mencuat di media sosial. Walau masih terdengar asing, Fomo nyatanya sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tanpa disadari, mungkin saja Fomo ada di dalam diri pribadi. Berikut upaya menghindari Fomo dalam kacamata Islam.
Apa itu FOMO?
Fomo adalah singkatan dari istilah Fear of Missing Out yaitu kecemasan yang kerap melanda generasi milenial. Rentang usia yang berisiko terkena Fomo adalah mereka yang lahir di tahun 1981 hingga 1996.
Situasi ini diperparah ketika generasi tersebut tersentuh dengan media sosial seperti Instagram, Facebook, Youtube dan sebagainya. Seperti yang diketahu bersama, seiring perkembangan zaman, teknologi semakin berkembang.
Informasi yang melimpah ruah dapat diterima secepat kilat. Hanya hitungan detik, belasan, puluhan hingga ribuan informasi menunggu untuk dibuka. Situasi ini menjadi satu pemicu orang bisa menjadi Fomo.
Orang yang mengalami Fomo cenderung gelisah. Hatinya tidak tenang jika barang sehari tidak memeriksa pergerakan di media sosial. Alasan yang membuat kecemasan itu muncul adalah orang-orang ini tidak ingin ketinggalan informasi.
Selain itu orang yang menderita Fomo menunjukkan tanda ingin selalu mempromosikan diri lewat update di media. Walau belum pasti, sesuatu yang ditunjukkan di media sosial adalah sebuah kejujuran.
Hal yang membuat hati meringis adalah unggahan di media sosial nyatanya bersifat palsu dan mencari sensi. Atau, ingin memperlihatkan bahwa dirinya bahagia padahal sebenarnya tidak.
Di sisi lain, akibat sering melihat pergerakan media sosial, kehidupan pribadi kerap disandingkan dengan orang lain. Selanjutnya muncul rasa tidak puas pada diri sendiri dan merasa diri selalu kurang. Dan kehidupan milik orang lain jauh sempurna.
Lama kelamaan, jika terus dibiarkan orang yang mengalami Fomo akan selalu merasa cemas dan gelisah. Pada tahap ekstrim, orang Fomo saat tidak memegang handphone akan merasa takut tertinggal informasi. Begitu juga saat kesulitan jaringan internet.
Parahnya lagi orang yang alami Fomo lebih memikirkan kehidupan orang lain ketimbang diri sendiri. Akibatnya, selalu merasa cemas, takut dan gusar dapat berdampak pada psikis. Bukan tidak mungkin situasi ini berujung pada gangguan kesehatan mental seperti stres dan depresi.
Upaya Menghindari Fomo dalam Islam
Untuk menghindari menjadi ‘kaum’ Fomo, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan.
Pertama, muhasabah diri sendiri. Cobalah untuk menyediakan waktu yang tenang, menjauhi hiruk pikuk lalu intropeksi diri.
Ketahui hal-hal yang membuat hati merasa buncah dan gelisah. Fokus saja pada diri sendiri tentang apa yang bisa diperbuat hari ini dan esok hari.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr ayat 18).
Kedua, untuk terlepas dari perilaku Fomo, seseorang bisa memulai dengan merasa cukup pada dirinya. Selalu merasa bersyukur dengan apa yang didapatkan hari ini. Dan tidak perlu berlomba-lomba untuk mencapai standar dari orang lain.
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS Luqman Ayat 12).
Karenanya, tidak perlu menjadi Fomo. Bukankah setiap kehidupan hambanya telah ditentukan oleh Allah SWT. Jadi untuk apa khawatir dan merasa cemas karena merasa tertinggal dengan informasi lain. Sedangkan Allah telah memberikan takdir hamba-Nya.
1 Comment