BincangMuslimah.Com – Pada hakikatnya, Islam memberikan hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan termasuk dalam hal organisasi dan politik. Sebab perempuan juga memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan mengemukakan aspirasinya. Nyai Umroh Mahfudzoh Wahib atau Umroh Mahfudzoh Tolchah Mansoer contohnya, salah satu perempuan yang aktif dalam dunia organisasi maupun politik.
Nyai Umroh adalah perempuan kelahiran Gresik, 04 Februari 1936. Beliau merupakan putri sulung dari K.H. Wahib Wahab dan Nyai Hj. Siti Channah. Dari silsilah keluarga besarnya, Nyai Umroh merupakan cucu perempuan pertama K.H. Wahab Hasbullah, salah satu pendiri Organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Karena terlahir dari keluarga yang religius, menjadikan Nyai Umroh tumbuh dan mendapatkan pendidikan di lingkungan pesantren sejak kecil khususnya pesantren Tambakberas, Jombang yang merupakan tanah kelahiran sang ayah.
Nyai Umroh muda memulai pendidikan di daerah kelahirannya yang kemudian dilanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah NU, Boto Putih, Surabaya, meski sebelumnya sempat berhenti sekolah. Kegigihannya untuk belajar membuatnya tidak menyerah hingga keinginannya untuk merantau terwujud saat diterima sebagai siswa Sekolah Guru Agama (SGA), Surakarta.
Ketika di SGA, beliau mulai terjun ke dalam dunia organisasi dan juga politik. Salah satunya dengan bergabung ke dalam salah satu organisasi yang berafiliasi dengan SGA yakni organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai seksi keputrian pada tahun 50-an.
Pada tahun 1952, Nyai Umroh mulai aktif dalam organisasi di lingkungan NU. Seperti terlibat sebagai wakil ketua Fatayat NU cabang Surakarta, di samping mengajar di Perguruan Tinggi Islam Cokro dan nyantri di pesantren al-Masyhudiyah Keprabon, Solo.
Banyaknya pengalaman dan semangat beliau akan pendidikan dan kerja sama dalam organisasi membuat Nyai Umroh sadar akan pentingnya organisasi khusus yang akan menaungi para pelajar. Setelah diskusi panjang atas pemikiran pembentukan organisasi pelajar tersebut, sebagai manifestasinya, terbentuklah sebuah organisasi khususnya bagi pelajar perempuan yang dinamakan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) pada tanggal 2 Maret 1955.
Selain dalam organisasi NU, Nyai Umroh juga aktif berpolitik. Karir politik beliau dimulai sejak beliau menjadi juru kampanye Partai NU pada tahun 50-an dan menjadi bendahara Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan (DPW PPP). Keterlibatannya dalam partai PPP ini mengantarkannya terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) D.I. Yogyakarta periode 1982-1987. Karir politiknya terus meningkat dari Wakil Ketua menjadi Pjs. Ketua DPW PPP D.I. Yogyakarta hingga terpilih sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Persatuan Pembangunan selama dua periode.
Setelah perjalanan panjangnya di dunia politik ini, beliau pernah menikmati masa pensiun pasca pemilu 1997. Namun, tidak selang lama, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan oleh tokoh-tokoh NU mengajak Nyai Umroh kembali terjun ke dunia politik sebagai salah satu anggota DPR RI hasil pemilu 1999 dari Fraksi Kebangkitan Bangsa.
Meskipun Nyai Umroh memiliki kesibukan yang sangat padat di dunia organisasi dan politik, ia tidak kehilangan karakternya sebagai perempuan yang penyayang dan peduli terhadap keluarga. Beliau merupakan ibu dari tujuh anak dari hasil pernikahannya dengan Tolchah Mansoer yang merupakan pendiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).
Setelah perjuangan panjangnya dalam memperjuangkan aspirasi perempuan melalui organisasi dan politik, Nyai Umroh Mahfuzhoh menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Jum’at , 6 November 2009 di usia ke-73 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman komplek Pondok Pesantren Sunni Darussalam, Tempelsari, Yogyakarta.
Sepeninggalan beliau, Nyai Umroh dikenal sebagai perempuan yang sangat inspiratif karena beliau adalah perempuan yang gigih dan pantang menyerah. Salah satunya dibuktikan dengan berdirinya organisasi IPPNU sebagai salah satu badan otonom organisasi Islam terbesar di Indonesia (NU) dengan memperjuangkan aspirasi perempuan khususnya para pelajar yang menjadi generasi penerus agama dan bangsa.