Ikuti Kami

Khazanah

Metode Fatwa Yusuf Al-Qaradawi; Ulama yang Sering Jadi Rujukan Muslim Indonesia

Fatwa yusuf al-qardhawi perempuan
Source: Wikipedia

BincangMuslimah.Com – Yusuf Mustofa al-Qaradawi adalah ulama yang karya-karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Pemikirannya banyak menjadi rujukan dan diadaptasi oleh para ulama Indonesia karena mengajarkan nilai yang ramah dan bersifat progresif.

Beliau lahir pada tanggal 9 September tahun 1926 di daerah Safat Turab, Mesir. Beliau berasal dari keluarga yang taat beragama. Ayahnya meninggal saat ia berusia 2 tahun. Ketika dia berusia 5 tahun, pamannya mengajarkannya Alquran dengan intens dan dia berhasil menghafal seluruh Alquran dalam 10 tahun dengan lancar. 

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Ma’had Thantha dan Ma’had Tsanawi, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, fakultas Ushuludin dan lulus dengan Cumlaude dari tahun 1952-1953. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Lembaga Penelitian dan Penyelidikan Masalah Islam dan Perkembangannya selama 3 tahun. Pada tahun 1960, Yusuf al-Qaradawi memulai studi pascasarjana (Dirasat al-‘Ulya) di Universitas Al-Azhar di Kairo, dengan fokus pada Tafsir-Hadis atau Departemen Filsafat Iman.

Beliau pernah dipenjara oleh penguasa militer Mesir karena dituduh mendukung Ikhwanul Muslimin. Setelah meninggalkan penjara ia pindah ke Doha, Qatar, di mana ia dan orang-orang sezamannya mendirikan Ma’had-Din (Lembaga Keagamaan). di Qatar University dengan beberapa fakultas, Yusuf al-Qaradawi sendiri sebagai dekan fakultas Syariah di universitas tersebut. Beliau aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ilmiah, seperti seminar tentang Islam dan hukum Islam, seminar tentang hukum Islam di Libya, kongres pertama tentang kurma Islam di Beirut, kongres internasional pertama tentang ekonomi Islam di Mekkah, dan Kongres tentang hukum Islam di Riyadh.

Pemikiran Syekh Yusuf al-Qaradawi dalam bidang agama dan politik diwarnai oleh pemikiran Syekh Hasan al-Banna. Dia sangat mengagumi Syekh Hasan al-Banna dan menyerap banyak pemikirannya. Hasil dari ketertarikannya pada agama dan politik menyebabkan banyak buku yang ditulisnya. Ada sekitar 150 karyanya, belum lagi majalah pemikirannya.

Baca Juga:  Arti Keselamatan bagi Muslim Puritan dan Moderat Menurut Khaled Abou El Fadl

Buku-bukunya  juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Buku-buku itu juga dicetak ulang beberapa kali. Selain itu, buku-buku tersebut dapat menjelaskan secara rinci wawasan dan perjuangan Yusuf al-Qaradhawi. Salah satu mahakaryanya adalah “Fatawa Mu’ashirah”, yang terdiri dari 2 jilid.

Metode yang gunakan oleh Yusuf Qaradhawi dalam memberikan fatwa bertumpu pada beberapa qawaid yaitu kaidah yang berarti aturan atau patokan. Antara lain:


1. Tidak fanatik dan tidak taqlid.

Pertama-tama yang beliau lakukan adalah melepaskan diri dari fanatic mazhab dan taqlid buta terhadap tokoh tertentu, baik dari kalangan ulama terdahulu maupun ulama belakangan. Meskipun demikian, beliau tetap menghormati sepenuhnya kepada para imam dan ahli fikih. Jadi tidak taqlid kepada mereka bukan berarti meninggalkan atau menodai mereka namun sebaliknya justru mengikuti metode dan cara mereka melaksanakan pesan mereka agar kita tidak taqlid kepada mereka atau orang lain, dan mengambil sesuatu dari sumber tempat mereka mengambil. Namun walaupun bebas atau tidak terlarang menurut syara’ dan adab, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama,  janganlah mengemukakan suatu pendapat tanpa dalil yang kuat.

Kedua, mampu mentarjih yaitu memilih atau menguatkan salah satu dalil atau pemikiran dari berbagai dalil atau pemikiran yang saling bertentangan dengan mempertimbangkan dalil dan argumentasi masing-masing serta memperhatikan sandaran mereka, baik dari dalil naqli maupun aqli.

Ketiga, mempunyai keahlian untuk melakukan ijtihad juz’i yaitu kajian mendalam tentang bagian tertentu dari hukum dan tidak mendalami bagian yang lain.
2. Permudahlah, jangan mempersulit

Pedoman ini didasarkan pada dua alasan:
Pertama, bahwa syariat dibangun atas dasar mempermudah dan menghilangkan kesukaran bagi hamba.

Baca Juga:  Shalawat Musawah, Ajarkan Kesetaraan dan Keadilan

Kedua, Karakteristik zaman yang terus berubah.

3. Berbicara kepada manusia dengan bahasa zamannya 

Kaidah yang Syekh al-Qaradawi pegang ialah beliau berbicara kepada manusia menggunakan bahasa zamannya atau bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat penerima fatwa. Beliau berupaya menjauhi istilah-istilah yang sukar dipahami atau ungkapan-ungkapan aneh. Dan sebaliknya, mencari kata-kata yang lebih mudah dicerna.

4. Berpaling dari sesuatu yang tidak bermanfaat 

Kaidah keempat yang Syekh al-Qaradawi gunakan adalah beliau tidak menyibukan diri dalam masyarakat apabila hal itu tidak bermanfaat. Adakalanya mendapat pertanyaan-pertanyaan yang tidak serius atau bermaksud mengejek, menghadapi hal tersebut beliau akan mengesampingkannya bahkan sama sekali tidak akan meresponnya. Sebab, menurut beliau hal itu dapat menimbulkan bahaya dan tidak bermanfaat, meruntuhkan dan tidak membangun, memecah belah dan tidak mempersatukan umat.
5. Bersikap moderat

Kaidah kelima yang beliau gunakan ialah bersikap moderat yakni, tidak tafrith (memperingan) dengan ifrath (memperberat). Beliau tidak ingin seperti orang-orang yang melepaskan ikatan-ikatan hukum yang telah tetap dengan alasan mengikuti perkembangan zaman seperti yang dilakukan orang-orang yang mengabdikan diri pada modernisasi.
6. Memberikan hak fatwa berupa keterangan dan penjelasan 

Syekh al-Qaradawi kurang menyukai cara sebagian ulama terdahulu atau sekarang dalam menjawab pertanyaan hanya menggunakan kata boleh atau tidak boleh, halal atau haram, benar atau batil tanpa memberikan penjelasan dan uraian yang memadai, sehingga beliau tidak dapat membedakan antara fatwa atau karangan. Dengan demikian, ia hanya jadi pengajar belaka.

Demikian metode fatwa yang digunakan oleh Syekh Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama yang sering menjadi rujukan umat muslim Indonesia.

Rekomendasi

puasa syawal kurang enam puasa syawal kurang enam

7 Hikmah Puasa Menurut Syekh Yusuf al-Qardhawi

single mom ulama besar single mom ulama besar

Kisah Ibu dari Rabi’ah Ar-Ra’yi, Single Mom yang Didik Anaknya Jadi Ulama Besar

Fatwa Ramah Terhadap Perempuan Fatwa Ramah Terhadap Perempuan

Syekh Ahmad Thayyib dan Payung Fatwa Ramah Terhadap Perempuan (Bagian 2)

Syekh Ahmad Thayyib Syekh Ahmad Thayyib

Syekh Ahmad Thayyib dan Payung Fatwa Ramah Terhadap Perempuan (Bagian 1)

Ditulis oleh

Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Pengertian Najis dalam Islam yang Perlu Kita Ketahui

Ibadah

Fatwa MUI: Harus Menghapus Kosmetik Waterproof Sebelum Berwudhu Fatwa MUI: Harus Menghapus Kosmetik Waterproof Sebelum Berwudhu

Fatwa MUI: Wajib Menghapus Kosmetik Waterproof Sebelum Berwudhu

Muslimah Daily

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Muslimah Talk

Bukan Cengeng: Menangis adalah Hak Setiap Orang Tidak Hanya Perempuan

Diari

Kisah Patah Hati Sayyidah Khadijah Kisah Patah Hati Sayyidah Khadijah

Kisah Patah Hati Sayyidah Khadijah

Muslimah Talk

Selain Perlindungan pada Perempuan, Edukasi Anak Laki-Laki Sejak Dini Sebelum Kekerasan Seksual Terjadi

Keluarga

Fatwa MUI: Harus Menghapus Kosmetik Waterproof Sebelum Berwudhu Fatwa MUI: Harus Menghapus Kosmetik Waterproof Sebelum Berwudhu

Wajibkah Suami Memberikan Nafkah Skincare?

Keluarga

Pola Asuh Terhadap Orang Tua yang Sudah Lansia Pola Asuh Terhadap Orang Tua yang Sudah Lansia

Pola Asuh Terhadap Orang Tua yang Sudah Lansia

Keluarga

Trending

Talak Menurut Hukum Islam atau Hukum Negara, Mana yang Berlaku??

Kajian

Baayun Maulud, Budaya Masyarakat Banjar saat Memperingati Hari Kelahiran Nabi

Kajian

pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar   pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar  

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Islam

Kajian

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Muslimah Talk

suami suara tuhan suami suara tuhan

Pengertian Keluarga Sakinah dan Makna Perkawinan dalam Islam

Keluarga

Bukan Cengeng: Menangis adalah Hak Setiap Orang Tidak Hanya Perempuan

Diari

Tiga Penafsiran Perempuan dalam Al-Qur’an Menurut Amina Wadud Tiga Penafsiran Perempuan dalam Al-Qur’an Menurut Amina Wadud

Tiga Penafsiran Perempuan dalam Al-Qur’an Menurut Amina Wadud

Kajian

Cara Mengatasi Orang yang Nyinyir Menurut Imam Syafi’i

Muslimah Daily

Connect