Ikuti Kami

Muslimah Talk

Shutter 2025 versi Indonesia: Potret Horor, Trauma, dan Kritik terhadap Kekerasan Seksual

Shutter 2025 Versi Indonesia: Potret Horor, Trauma, dan Kritik terhadap Kekerasan Seksual
KapanLagi.Com

BincangMuslimah.Com – Film Shutter adalah remake dari film Thailand Shutter (2004) yang disutradarai oleh Banjong Pisanthanakun dan Parkpoom Wongpoom. Meskipun sekilas seperti kisah supranatural dan dan penuh scene horornya, film ini menyimpan kritik sosial yang tajam terhadap kekerasan seksual, budaya diam, dan kurangnya empati terhadap korban.

Melalui pendekatan simbolik dan narasi misterius, Shutter menyingkap bagaimana trauma dan rasa bersalah dapat menghantui pelaku maupun saksi yang membiarkan kekerasan terjadi. Jika mengaitkan dengan konteks Indonesia, isu ini semakin relevan di tengah meningkatnya kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan dan kampus, yang sering kali melibatkan pelaku dengan posisi kuasa.

Review ini mengkaji film Shutter dari perspektif kekerasan seksual, budaya diam, dan kurangnya empati, serta menautkannya dengan kondisi sosial dan nilai-nilai Islam yang menegaskan pentingnya keadilan, perlindungan korban, dan penolakan terhadap kezaliman.

Sinopsis Singkat

Shutter bercerita tentang Darwin, seorang fotografer muda, dan pacarnya Pia, yang tanpa sengaja menabrak seorang perempuan saat pulang dari pesta malam. Setelah kejadian itu, mereka mulai dihantui oleh bayangan misterius dalam setiap foto yang diambil Darwin.

Ketika mereka menyelidiki, terungkap bahwa sosok tersebut adalah Lilies mantan kekasih Darwin yang menjadi korban pemerkosaan oleh teman-teman Darwin. Sementara Darwin sendiri memilih untuk diam dan memotret kejadian itu. Ketakutan dan rasa bersalah Darwin berujung pada serangkaian peristiwa mengerikan. inilah menjadi bukti bahwa dosa moral dan pengkhianatan terhadap korban tidak pernah benar-benar hilang

Trauma dan Luka Psikologis Kekerasan Seksual

Film ini menampilkan Lilies sebagai representasi dari korban kekerasan seksual yang mengalami luka psikis mendalam. Kekerasan seksual tidak hanya menimbulkan penderitaan fisik, tetapi juga menorehkan trauma psikologis yang panjang. Banyak korban mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, gangguan tidur, kehilangan kepercayaan diri, hingga isolasi sosial.

Baca Juga:  Novel Guru Aini: Sebuah Narasi Haru tentang Pendidikan, Tekad, dan Perempuan Tangguh

Dalam Shutter, mengisahkan bahwa Lilies mengurung diri di kamar, menjauh dari kehidupan sosialnya, hingga menyobek-nyobek bajunya. Hal ini sejalan dengan hasil riset psikologi yang menunjukkan bahwa korban kekerasan seksual kerap mengalami kehilangan kontrol atas tubuh dan hidupnya. Sehingga mencari cara untuk menumpulkan rasa sakit emosional.

Trauma yang dialami korban kekerasan seksual bisa berlangsung lama, menyebabkan fobia, ketakutan ekstrem terhadap interaksi sosial, dan bahkan keinginan untuk mengakhiri hidup. Oleh karena itu, film ini mengajak penonton untuk memahami bahwa luka akibat kekerasan seksual bukan sekadar pengalaman masa lalu, tetapi penderitaan yang terus menghantui keberadaan seseorang

Relasi Kuasa dan Budaya Diam

Salah satu aspek paling kuat dari Shutter adalah kritiknya terhadap budaya diam (culture of silence) yang melingkupi kekerasan seksual. Darwin, yang sebenarnya menyaksikan pemerkosaan terhadap Lilies, justru memilih untuk diam dan memotret kejadian tersebut tindakan yang mencerminkan hilangnya empati dan moralitas.

Budaya diam seperti ini juga banyak ditemukan di dunia nyata. Menurut data Komnas Perempuan, sekitar 80 persen korban kekerasan seksual di Indonesia memilih untuk tidak melapor. Baik karena rasa malu, takut terhadap pelaku, maupun tidak percaya pada sistem keadilan. Fenomena ini sering disebut sebagai fenomena gunung es, di mana kasus yang terlaporkan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan yang sesungguhnya jauh lebih besar.

Ketika kekerasan seksual terjadi dalam konteks relasi kuasa misalnya antara dosen dan mahasiswa atau atasan dan bawahan korban sering kali merasa tidak punya posisi untuk melawan. Dalam film Shutter, dominasi Darwin dan kawan-kawannya menggambarkan bagaimana kekuasaan laki-laki dapat digunakan untuk membungkam dan mengobjektifikasi perempuan. Sikap Darwin yang memilih diam demi karier dan reputasi menjadi simbol umum dari sistem patriarki yang lebih peduli pada citra sosial dibandingkan penderitaan korban.

Baca Juga:  Ketika Harapan Orang Tua Berkamuflase Menjadi Ekspektasi Tinggi: Anak Berprestasi, tapi Tidak Bahagia

Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan

Realitas kekerasan seksual di Indonesia menunjukkan situasi yang tidak jauh berbeda dengan tema film tersebut. Berdasarkan data Komnas Perempuan (2022–2024), perguruan tinggi menempati posisi tertinggi dalam kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Hasil dari survey di 661 kampus, terdapat 1.133 kasus kekerasan seksual, dengan 94 persen korban adalah perempuan. Sebagian besar pelaku adalah orang dengan posisi kuasa dosen, pembimbing akademik, atau pejabat kampus.

Ironisnya, antara 70–80 persen korban memilih untuk tidak melapor. Baik karena takut tidak mendapat kepercayaan maupun karena stigma sosial yang masih menilai korban sebagai pihak yang “memancing” tindakan tersebut. Fenomena ini memperlihatkan bahwa kekerasan seksual tidak hanya bersumber dari perilaku individu. Tetapi juga dari sistem sosial yang menormalisasi ketimpangan dan mengabaikan suara korban.

Film Shutter menjadi alegori bagi situasi ini: keheningan yang Darwin pertahankan akhirnya menghancurkan diri sendiri. Sebuah metafora bahwa masyarakat yang membiarkan ketidakadilan akan terus dihantui oleh dosa kolektifnya.

Respons Islam terhadap Kekerasan Seksual

Islam menolak segala bentuk kezaliman, termasuk kekerasan terhadap perempuan. Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas amal perbuatannya:

Setiap jiwa bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuatn.” (QS. Al-Muddatstsir [74]: 38).

Ayat ini menegaskan prinsip tanggung jawab individu dan penolakan terhadap pembenaran kekerasan dalam bentuk apa pun. Kekerasan seksual bertentangan dengan nilai ‘adl (keadilan) dan rahmah (kasih sayang), dua prinsip moral utama dalam Islam.

Dalam QS. An-Nisā’: 19, Allah melarang suami menyakiti istrinya secara paksa:

Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) dengan cara yang baik…”

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menekankan penghormatan terhadap martabat perempuan dan menolak segala bentuk pemaksaan, baik fisik maupun seksual.

Baca Juga:  Alasan Kenapa UU PRT Harus Segera Disahkan

Selain hukuman bagi pelaku, Islam juga menuntut perlindungan dan pemulihan korban. Konseling berbasis nilai Islam dapat membantu korban mengatasi trauma melalui pendekatan spiritual seperti zikir, doa, dan pembacaan Al-Qur’an. Pendekatan ini menggabungkan penyembuhan psikologis dan spiritual, memperkuat kembali harga diri korban yang telah hancur akibat kekerasan.

Kesimpulan: Refleksi dari Cahaya dan Bayangan

Shutter bukan sekadar kisah hantu yang menakutkan, tetapi juga sebuah peringatan moral tentang konsekuensi dari keheningan dan kehilangan empati. Film ini mengajak penonton merenungkan bahwa kekerasan seksual bukan hanya persoalan individu. Tetapi juga persoalan sosial, budaya, dan moral yang harus ditangani bersama.

Dalam perspektif Islam, tanggung jawab terhadap korban kekerasan seksual tidak berhenti pada penghukuman pelaku, melainkan mencakup upaya kolektif untuk menciptakan masyarakat yang adil, empatik, dan berkeadilan gender. Nilai rahmah (kasih sayang) dan ‘adl (keadilan) harus menjadi fondasi setiap sistem sosial agar tidak ada lagi “bayangan” penderitaan yang menghantui nurani manusia.

Terakhir, film ini yang akan tayang pada 30 Oktober 2025 mendatang, direkomendasikan untuk ditonton para akademisi. Mulai dari mahasiswa, dosen, hingga peneliti.

Rekomendasi

Santri Berdaya: Tak Hanya Ngaji, ini Kiprah Santri di Dunia Profesi! Santri Berdaya: Tak Hanya Ngaji, ini Kiprah Santri di Dunia Profesi!

Santri Berdaya: Tak Hanya Ngaji, ini Kiprah Santri di Dunia Profesi!

Peran Perempuan di Balik Sumpah Pemuda sampai Lahirnya Kongres Perempuan

Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda

Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda

Suami Istri Bercerai Anak Suami Istri Bercerai Anak

Suami Istri Bercerai, Anak Harus Memilih Siapa?

Ditulis oleh

Alumni pascasarjana Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas PTIQ Jakarta dan PKU Masjid Istiqlal, santri Pasca Tahfidz di Bayt Al-Qur'an di bawah naungan Pusat Studi Qur'an (PSQ) angkatan 23.

Komentari

Komentari

Terbaru

Santri Berdaya: Tak Hanya Ngaji, ini Kiprah Santri di Dunia Profesi! Santri Berdaya: Tak Hanya Ngaji, ini Kiprah Santri di Dunia Profesi!

Santri Berdaya: Tak Hanya Ngaji, ini Kiprah Santri di Dunia Profesi!

Khazanah

Peran Perempuan di Balik Sumpah Pemuda sampai Lahirnya Kongres Perempuan

Kajian

Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda

Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda

Muslimah Talk

Suami Istri Bercerai Anak Suami Istri Bercerai Anak

Suami Istri Bercerai, Anak Harus Memilih Siapa?

Keluarga

Momentum Hari Santri: Refleksi Kehadiran Santri di Ruang Publik Momentum Hari Santri: Refleksi Kehadiran Santri di Ruang Publik

Momentum Hari Santri: Refleksi Kehadiran Santri di Ruang Publik

Muslimah Talk

Cerita Seru Serba-Serbi Mondok: Selamat Hari Santri!!!

Diari

Parenting Islami : Ini Empat Cara Mendidik Anak yang Over Aktif

Keluarga

Kekuatan Batin Perempuan: Menguak Jalan Sunyi Dan Jembatan Keilahian Di Era Modern Kekuatan Batin Perempuan: Menguak Jalan Sunyi Dan Jembatan Keilahian Di Era Modern

Kekuatan Batin Perempuan: Menguak Jalan Sunyi Dan Jembatan Keilahian Di Era Modern

Muslimah Talk

Trending

Kata Nabi Tentang Seseorang yang Senang Membully Temannya

Kajian

ratu bilqis ratu bilqis

Meneladani Kisah Ratu Bilqis Sebagai Sosok Perempuan Pemberani

Muslimah Talk

Peran Perempuan di Balik Sumpah Pemuda sampai Lahirnya Kongres Perempuan

Kajian

Cerita Seru Serba-Serbi Mondok: Selamat Hari Santri!!!

Diari

Ruby Kholifah: Pejuang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Muslimah Talk

Suami Istri Bercerai Anak Suami Istri Bercerai Anak

Suami Istri Bercerai, Anak Harus Memilih Siapa?

Keluarga

Parenting Islami : Ini Empat Cara Mendidik Anak yang Over Aktif

Keluarga

Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda

Dolly Salim: Perempuan yang Tercatat dalam Sejarah Sumpah Pemuda

Muslimah Talk

Connect