BincangMuslimah.Com– Rasa cinta dan kasih sayang sudah menjadi sebuah fitrah yang Allah berikan kepada setiap hamba-Nya. Cinta yang paling diutamakan ialah cinta kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Mengenai pembagiannya, Ibn Qayyim al-Jauziyah yang diinformasikan oleh Abdul Mujib telah menjelaskan sepuluh tingkatan dalam cinta. Sepuluh tingkatan ini yaitu:
al-‘Alaqah, yaitu cinta yang memiliki rasa ketergantungan hati kepada kekasih. Orang ini menaruh cinta dengan bergantung pada banyak hal, yaitu berupa hati, jiwa, cita-cita, harapan, hingga masa depannya.
al-Iradah, yaitu cinta karena ada tendensi atau keinginan hati serta menuntut sesuatu kepada sang kekasih. Cinta ini cenderung menuntut pada sang kekasih agar perasaan dan perhatian diberikan kepada pencipta.
al-Shababah, yaitu cinta yang mana hati tercurahkan pada apa yang dicintai, sehingga dirinya tidak dapat mengendalikan hatinya. Hatinya telah cenderung pada satu objek yang menetap sehingga tidak akan berpaling pada objek yang lain.
al-Gharam, yaitu tingkatan cinta yang sudah sangat mantap merasuk ke dalam hati. Pada tingkatan ini, seseorang banyak berkorban, menghabiskan waktunya, dan meluapkan rasa cintanya kepada sang kekasih sehingga tak ada waktu sedikit pun untuk mencintai dirinya sendiri.
al-Widdad, yaitu kemurnian, ketulusan, dan kedalaman cinta. Seseorang yang dipenuhi dengan rasa lapang, tidak akan kosong dan dipengaruhi hal-hal buruk. Widdad juga merupakan salah satu asma Allah yang bermakna dicintai (al-Maudud) dan mencintai (al-Wad).
al-Syaghaf, yakni cinta ini telah sampai di tahap kedalaman hati. Kedalaman hati ini juga biasanya dikenal dengan kasmaran. Hati yang ikhlas menerima dan selalu mencintai.
al-Isyq, yaitu cinta yang mengasyikkan. Seseorang akan asyik bersama orang yang dicintainya dan menghabiskan waktu bersama. Keadaan ini diumpamakan seperti orang yang sedang dimabuk asmara yang terlalu asik bersama hingga tak mengenal waktu. Isyq memiliki arti cinta yang telah mencapai tahap puncak.
al-Tatayyum, yaitu cinta yang diakibatkan oleh rasa penghambaan. Cinta ini diibaratkan anak kepada orang tuanya, yang mana cintanya dalam bentuk merendahkan diri.
al-Ta’abbud, yakni cinta dimana seseorang (hamba) merasakan bahwa dirinya dimiliki oleh yang dicintai yaitu Allah Swt. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hakikat penghambaan adalah puncak dari cinta.
al-Khallah, yaitu cinta di mana ruh telah menyatu sehingga tidak ada ruang yang kosong bagi yang lain untuk masuk. Cinta ini hanya dimiliki oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad, sehingga keduanya disebut al-Khalil. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qs. an-Nisa:125
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
Artinya: “Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kecintaan-Nya”.
Itulah sepuluh tingkatan cinta menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah. Jika kita berasumsi bahwa cinta menjadi sumber kebahagiaan maka kesepuluh peringkat cinta itu benar-benar harus dicapai semaksimal mungkin, Kualitas cinta bukan diperoleh dengan gratis, melainkan dengan pengorbanan bahkan penderitaan. Seseorang boleh mundur satu atau dua langkah untuk menggapai kebahagiaan cinta.