BincangMuslimah.Com – Kelahiran Rasulullah atau Maulid Nabi, menjadi angin segar bagi para kehidupan perempuan di zaman beliau. Saat zaman jahiliyah, para perempuan dan anak-anak kerap kali (dan bahakan selalu) diperlakukan tidak secara manusiawi. Perempuan dianggap lemah, tidak berharga, dan hanya menempati posisi kelas dua dalam masyarakat. Islam yang dibawa Nabi saw. memberikan penghormatan yang sangat tinggi bagi perempuan.
Para Perempuan menjadi bagian penting dari kehidupan keluarga dan masyarakat. Rasulullah saw. menegaskan bahwa perempuan memiliki hak untuk hidup, dihargai, dilindungi, dan diperlakukan dengan mulia. Beliau menunjukkan teladan nyata dengan penuh kasih sayang kepada para putrinya, cucunya, juga para perempuan di sekitarnya. Sebagaimana shirah-shirah berikut:
Akhlak Rasulullah yang Baik terhadap Anak-Anak Perempuan
Rasulullah saw. memberi teladan dalam memperlakukan anak perempuan dengan penuh kasih sayang. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah al-Anshari disebutkan:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلاِبِي الْعَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا
“Bahwa Rasulullah saw. pernah shalat dengan menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah saw. dan Abu al-‘Ash ibn Rabi’ah ibn Abd Syams. Bila sujud beliau letakkan, dan bila berdiri beliau menggendongnya lagi.” (HR. al-Bukhari).
Hadis ini menunjukkan kelembutan Nabi saw. sekaligus penghormatan beliau kepada anak-anak perempuan. Bahkan dalam ibadah, beliau tetap memperlihatkan kasih sayang sehingga menjadi teladan bagi umat Islam agar memuliakan putri-putri mereka dengan cinta dan kelembutan.
Hadis ini memperlihatkan betapa Rasulullah saw. sangat dekat dengan anak-anak perempuannya. Beliau tidak menjadikan keberadaan cucunya sebagai beban, bahkan menggendongnya sambil melaksanakan shalat. Sikap ini mengajarkan bahwa kasih sayang kepada anak tidak boleh terhenti meskipun sedang sibuk dengan urusan pribadi, termasuk dalam ibadah. Rasulullah saw. menunjukkan bahwa kelembutan dan tanggung jawab sebagai kakek sekaligus orang tua tetap bisa berjalan berdampingan dengan ketaatan kepada Allah swt.
Dari sini kita belajar bahwa Islam menempatkan anak perempuan pada posisi mulia. Mereka tidak boleh dipandang rendah, apalagi disia-siakan sebagaimana terjadi pada masa jahiliyah. Rasulullah saw. justru mencontohkan bahwa anak perempuan adalah karunia besar yang membawa keberkahan. Setiap orang tua hendaknya menjaga, mendidik, dan memperlakukan putrinya dengan penuh kasih sayang agar tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berakhlak, dan beriman.
Kisah Rasulullah dan Istri
Dalam salah satu hadis riwayat Abu Dawud, Ahmad, dan al-Nasai menyebutkan peristiwa menarik Rasulullah saw :
اسْتَأْذَنَ أَبُو بَكْرٍ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَمِعَ صَوْتَ عَائِشَةَ عَالِيًا فَلَمَّا دَخَلَ تَنَاوَلَهَا لِيَلْطِمَهَا وَقَالَ لاَ أَرَاكِ تَرْفَعِينَ صَوْتَكِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَعَلَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- يَحْجُزُهُ وَخَرَجَ أَبُو بَكْرٍ مُغْضَبًا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- حِينَ خَرَجَ أَبُو بَكْرٍ ، كَيْفَ رَأَيْتِنِى أَنْقَذْتُكِ مِنَ الرَّجُلِ . قَالَ فَمَكَثَ أَبُو بَكْرٍ أَيَّامًا ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَوَجَدَهُمَا قَدِ اصْطَلَحَا فَقَالَ لَهُمَا أَدْخِلاَنِى فِى سِلْمِكُمَا كَمَا أَدْخَلْتُمَانِى فِى حَرْبِكُمَا. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ فَعَلْنَا قَدْ فَعَلْنَا
Artinya, “Pada suatu ketika, Abu Bakar meminta izin untuk datang ke rumah Nabi saw. Namun setiba di rumahnya, ia mendengar suara tinggi ‘Aisyah. Setelah masuk, ia langsung meraih ‘Aisyah untukmenamparnya, sambil berkata ‘Aku telah mendengarmu membentak Rasulullah saw.’ Namun, niatnya segera dihalangi Nabi saw. Abu Bakar pun akhirnya pulang dalam keadaan kesal. Setelah mertuanya itu pulang, beliau bertanya kepada ‘Aisyah, ‘Bagaimana menurutmu tentangku yang telah menyelamatkanmu dari pria itu?’ Selama beberapa hari, Abu Bakar pun tak bicara, sampai kembali meminta izin mendatangi Rasulullah saw. dan mendapati keduanya sudah kembali rukun. Beliau berkata kepada keduanya, ‘Bawalah aku dalam kedamaian kalian berdua sebagaimana kalian membawaku dalam pertengkaran kalian.’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Sudah, kami sudah melakukannya,’” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan al-Nasai).
Akhlak Rasulullah yang Penyayang terhadap Istri Beliau
Hadis itu menceritakan bahwa Abu Bakar suatu kali datang ke rumah Nabi saw. Ia mendengar suara tinggi putrinya, Aisyah, yang berbicara kepada Rasulullah saw. Sebagai seorang ayah, Abu Bakar merasa tidak pantas jika putrinya meninggikan suara kepada suaminya yang juga seorang Rasul. Maka, ia pun bergegas masuk dan hampir saja menampar Aisyah. Namun, Nabi saw. segera menghalangi niat itu dan melindungi istrinya dari teguran keras ayahnya.
Setelah peristiwa itu, Abu Bakar sempat merasa kesal lalu pergi. Beberapa hari kemudian ia kembali meminta izin masuk ke rumah Nabi saw. Kali ini ia mendapati suasana sudah kembali damai. Rasulullah saw. dan Aisyah tampak rukun seperti biasa, tanpa ada sisa pertengkaran. Melihat hal itu, Abu Bakar tersenyum dan berkata, “Bawalah aku dalam kedamaian kalian berdua sebagaimana kalian membawaku dalam pertengkaran kalian.” Rasulullah saw. menjawab dengan bijak, “Sudah, kami sudah melakukannya.” Kisah tersebut memperlihatkan betapa Nabi saw. selalu mengutamakan ketenangan dan tidak membiarkan masalah berlarut-larut dalam rumah tangganya.
Dari kejadian tersebut terlihat jelas bagaimana Rasulullah saw. mendidik keluarganya dengan kelembutan dan kasih sayang. Seorang ayah yang begitu sayang kepada putrinya tetap ingin memberikan teguran keras ketika merasa ada kesalahan. Namun, Nabi saw. justru menahan tangan Abu Bakar, menunjukkan bahwa cara terbaik dalam membina keluarga bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kesabaran dan pengertian.
Akhlak Rasulullah yang Baik terhadap Budak Perempuan
Beliau sangat memahami kondisi perempuan, termasuk kelemahannya, sehingga lebih memilih melindungi istrinya daripada membiarkannya mendapat hukuman. Ini menjadi gambaran bahwa kasih sayang beliau melampaui kasih sayang seorang ayah sekalipun.
Suatu hari Rasulullah pergi ke pasar dengan membawa delapan dirham untuk membeli kebutuhan keluarga. Uang itu direncanakan untuk membeli makanan dan barang-barang yang diperlukan di rumah. Namun di tengah perjalanan, beliau melihat seorang budak perempuan yang menangis tersedu-sedu. Rasulullah pun mendekatinya dengan lembut dan bertanya mengapa ia menangis. Sang budak lalu bercerita bahwa uang majikannya hilang, padahal ia mendapat tugas untuk berbelanja. Jumlah uang yang hilang itu delapan dirham, sama persis dengan yang dibawa Rasulullah. Dengan hati yang penuh kasih, Rasulullah langsung memberikan uangnya agar budak tersebut dapat melanjutkan belanjaannya dan tidak lagi bersedih. Rasulullah rela menunda kebutuhannya sendiri demi membuat hati orang lain merasa lega.
Meski uang sudah diganti, budak perempuan itu tidak berhenti menangis. Ketika ditanya lagi oleh Rasulullah, ia mengaku masih takut dimarahi majikannya karena pulang terlambat. Rasa takut itu begitu besar hingga membuatnya tetap gelisah meski persoalan uang telah selesai. Rasulullah yang penuh kesabaran tidak membiarkannya dalam ketakutan. Beliau menawarkan diri untuk ikut mengantarkannya pulang ke rumah majikannya. Dengan tulus, beliau menyampaikan bahwa jika sang majikan hendak marah atau menghukumnya, maka beliau sendiri yang akan menanggungnya. Bahkan Rasulullah siap menggantikan bila majikannya berniat mencambuk budaknya.
Ketika akhirnya sampai di rumah majikannya, Rasulullah menjelaskan keadaan budak perempuan tersebut dengan penuh kelembutan. Bukannya marah, majikan itu justru luluh hatinya melihat bagaimana Rasulullah membela budaknya. Keikhlasan dan keberanian Rasulullah membuat majikan itu berpikir ulang tentang sikapnya. Pada akhirnya, ia tidak hanya membebaskan budaknya dari ancaman hukuman, tetapi juga memerdekakannya. Lebih jauh lagi, sang majikan terinspirasi oleh keteladanan Rasulullah hingga akhirnya menerima Islam sebagai agamanya.
Maulid Nabi sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan
Berdasarkan shirah beliau, tentunya Memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. juga berarti kita meneguhkan kembali misi besar yang beliau bawa yaitu membebaskan manusia dari penindasan dan menegakkan kemuliaan, termasuk kemuliaan perempuan. Kisah-kisah teladan Rasulullah saw. dalam memperlakukan anak perempuan, istri, bahkan perempuan lainnya memberikan kita pesan bahwa Islam hadir dengan wajah penuh kasih sayang dan penghormatan.
Dari beliaulah, kita belajar bahwa perempuan adalah anugerah Allah yang harus dijaga, dimuliakan, dan diberdayakan. Maka, memaknai maulid berarti meneladani sikap Nabi saw. dengan terus menumbuhkan budaya penghormatan kepada perempuan dalam keluarga, masyarakat, hingga kehidupan berbangsa, agar ajaran rahmatan lil-‘alamin benar-benar hidup di setiap zaman.
1 Comment