Ikuti Kami

Kajian

Hukum Menerima Upah dari Membaca Alquran

beberapa Dimakruhkan Membaca Alquran
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Di antara ibadah yang dianjurkan bagi umat Islam adalah membaca Alquran. Beberapa acara atau kegiatan juga biasa dibuka dengan pembacaan Alquran, seperti yang lazim kita lihat di Indonesia. Sebagian dari mereka menerima upah dari membaca Alquran. 

Sebelum membahas mengenai hukum menerima upah dari membaca Alquran, mari kita ulas dalil-dalil yang menerangkan tentang keutamaan membaca Alquran. Terdapat banyak dalil yang menerangkan tentang keutamaan membaca Alquran, salah satunya adalah hadis berikut ini :

   أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ  

 Artinya: Ibadah yang paling utama bagi umatku adalah membaca Alquran. (HR. Baihaqi). 

Lantas, apa hukum menerima upah dari membaca Alquran?

Pendapat pertama, sebagian para ulama, seperti Imam Az-Zuhri dan Imam Hanafi  berpendapat bahwa tidak boleh (haram) mengambil upah dari membaca atau mengajarkan Alquran. Para ulama ini berpegang kepada beberapa dalil salah satunya dari firman Allah yang melarang menjual ayat-ayat-Nya dengan harga dunia. Di antara ayat tersebut yaitu:

وَلَا تَشْتَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِى ثَمَنًا قَلِيلًا وَإِيَّٰىَ فَٱتَّقُونِ

Artinya: Dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah. (Al-Baqarah: 41)

Seorang ulama ahli tafsir dari golongan tabi’in yang bernama Imam Abul ‘Aliyah Ar-Riyahi (Wafat 90 H). menafsirkan ayat 41 surat al-Baqarah di atas, sebagaimana telah diungkapkan oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab tafsirnya Addurul Mantsur.

Imam Abusy-Syaikh telah meriwayatkan firman Allah dari Imam Abul ‘Aliyah: “Dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit”, beliau berkata: Kamu tidak boleh mengambil upah mengajarkan (Alquran) karena sesungguhnya hanya Allah yang akan menerima upah kepada para ulama dan hukama (ahli hikmah). Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang makan upah mengajar atau membaca Alquran, sebagai berikut :

Baca Juga:  Tuntunan Hidup Minimalis dalam Al-Qur’an

Bacalah Alquran, dan jangan terlalu berlebihan, jangan terlalu lalai, jangan makan upah mengajar al-Qurân dan memperbanyak harta melalui Alquran. (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Ibnu Hajar).


Pendapat kedua, para ulama di antaranya Imam Syafi’i, Malik, Ahmad bin Hanbal dan Abu Tsur membolehkan mengambil upah dari membaca atau mengajarkan Alquran, karena ada hadis sahih yang terang-terangan membolehkannya, 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa ada sekelompok sahabat Nabi melewati sebuah perkampungan, lalu orang kampung tersebut meminta mereka untuk mengobati kepala suku mereka yang terkena sengatan hewan berbisa, para sahabat mau mengobati dengan syarat orang kampung itu memberi imbalan beberapa ekor kambing, setelah terjadi kesepakatan, salah seorang sahabat mengobatinya dengan membaca surat al-Fatihah, seketika itu juga si sakit langsung sembuh dan mereka memenuhi akad serta memberikan beberapa ekor kambing yang disepakati, sebagian sahabat menolaknya, karena dianggap mengambil upah dari bacaan Alquran. 

Sesampainya di Madinah, mereka mengadukan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللهِ  

Artinya: Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil upahnya adalah (membaca) kitab Allah. (HR Bukhari).

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu bahwa seorang wanita menawarkan dirinya untuk dinikahi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berniat menikahinya. Maka seorang sahabat meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menikahkan wanita itu dengan dirinya. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan sahabat tersebut untuk mencari maharnya, namun dia tidak memiliki apa-apa. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan apakah dia hafal beberapa surat al-Qurân. Dia menjawab, “hafal beberapa surat”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Baca Juga:  Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

“Kami telah menikahkanmu dengan perempuan tersebut, dengan mahar megajarkan wanita itu beberapa surat Alquran yang engkau hafal”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bisa dipahami dari hadis ini bahwa imbalan membaca atau mengajar Alquran adalah halal, sehingga dapat dijadikan sebagai mahar layaknya emas, perak dan lain-lain. Masalah mengambil imbalan membaca atau mengajarkan Alquran ini, seorang ulama yang betul-betul pakar dalam bidang Tafsir dan Hadis yang bernama Imamul Huda Abul Laits As-Samarqandi (Wafat 373 H), memberikan penjelasan dalam kitabnya, Bustanul ‘Arifin sebagai berikut :

Mengajarkan al-Qurân itu ada tiga macam: satu, mengajarkannya semata-mata karena Allah dan sama sekali tidak mengambil upah. Dua, mengajarkannya dengan tujuan/syarat mendapatkan upah. Tiga, mengajarnya tanpa ada syarat apapun, namun apabila diberi hadiah (amplop) diterimanya. Yang pertama dapat dipastikan mendapat pahala dan merupakan perbuatan para Nabi (atas mereka rahmat dan keselamatan). Adapun yang kedua, masih diperselisihkan. Menurut pendapat sahabat-sahabat kami dari ulama Mutaqaddimin hal itu hukumnya tidak boleh berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”. 

Dan segolongan dari ulama kontemporer seperti Imam ‘Ishani bin Yusuf, Imam Nashr bin Yahya, dan Imam Abi Nashr bin Salam mengatakan bahwa hal itu hukumnya boleh. Mereka berkata: “Afdhalnya ia mensyaratakan (menentukan) upah untuk membimbing hafalan dan mengajarkan menulis (Alquran). Namun jika ia menentukan upah untuk mengajarkan Alquran, menurut hemat kami hal itu tidak ada salahnya, karena umat Islam telah turun-temurun melakukan hal itu dan mereka memerlukannya. Adapun yang ketiga, hal itu hukumnya boleh berdasarkan kesapakan para ulama, karena Nabi Saw adalah pengajar bagi makhluk (Allah) dan beliau biasa menerima hadiah”.

Dari kedua pendapat di atas dengan berbagai argumen masing-masing, sebagian para ulama mencari jalan tengah, yakni tidak dibenarkan mengambil atau menerima upah membaca atau mengajarkan Alquran kecuali untuk memenuhi biaya kebutuhan pokok pembaca dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Karena apabila diharamkan sama sekali, dikhawatirkan akan langkanya orang yang mau mengajar, mendakwahkan, dan menyiarkan agama Allah. 

Baca Juga:  Sejarah Kewajiban Melaksanakan Ibadah Haji

Karena para juru dakwah tersebut disibukkan oleh aktivitas kesehariannya mencari nafkah. Hal ini nantinya akan berakibat jelek kepada generasi penerusnya, mereka tidak lagi memahami agama Allah karena tidak ada lagi orang yang mengajarinya. Apabila dibolehkan tanpa adanya syarat yang berarti dibolehkan mencari kekayaan sebanyak-banyaknya dari profesi qori’ (pembaca Alquran) ataupun pendakwah.

Sumber:

Jurnal “Imbalan Membaca Alquran dalam Perspektif Tafsir Ahkam” karya Hartono (Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung) 2021

Tarmizi, Erwin. Harta Haram Muamalat Kontemporer (Bogor: P.T. Berkat Mulia Insani, 2016).

Rekomendasi

perempuan hak memilih pasangan perempuan hak memilih pasangan

Tidak Hanya Perempuan, Laki-laki pun Harus Menahan Pandangan

meletakkan al-Qur'an di lantai, Mengenal Hermeneutika Feminisme: Metode Penafsiran Al-Qur’an Berbasis Feminisme meletakkan al-Qur'an di lantai, Mengenal Hermeneutika Feminisme: Metode Penafsiran Al-Qur’an Berbasis Feminisme

Langkah-langkah dalam Memahami Alquran

doa setelah membaca Alquran doa setelah membaca Alquran

Doa yang Dibaca Setelah Membaca Alquran

beberapa Dimakruhkan Membaca Alquran beberapa Dimakruhkan Membaca Alquran

Beberapa Tempat dan Keadaan yang Dimakruhkan Membaca Alquran

Ditulis oleh

Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

Komentari

Komentari

Terbaru

Perempuan Istihadhah mandi shalat Perempuan Istihadhah mandi shalat

Wajibkah Perempuan Istihadhah Mandi Setiap Hendak Shalat?

Kajian

Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib

Hukum Menyetubuhi Istri yang Sedang Istihadah

Kajian

air ketuban air ketuban

Keluar Darah saat Hamil, Termasuk Darah Haid atau Istihadhah?

Ibadah

mandi idul fitri perempuan mandi idul fitri perempuan

Niat Mandi Wajib Setelah Haid

Ibadah

Menikah Siri tanpa Izin Istri Sah, Apakah Masuk Kategori Perzinahan? Menikah Siri tanpa Izin Istri Sah, Apakah Masuk Kategori Perzinahan?

Menikah Siri tanpa Izin Istri Sah, Apakah Masuk Kategori Perzinahan?

Kajian

Menunda Bersuci Setelah Haid, Apakah Boleh? Menunda Bersuci Setelah Haid, Apakah Boleh?

Menunda Bersuci Setelah Haid, Apakah Boleh?

Kajian

Di Balik Candaan “Ibu Sambung”: Mengapa Sosok Ayah Seperti Daehoon Jadi Harapan Banyak Perempuan Indonesia Di Balik Candaan “Ibu Sambung”: Mengapa Sosok Ayah Seperti Daehoon Jadi Harapan Banyak Perempuan Indonesia

Di Balik Candaan “Ibu Sambung”: Mengapa Sosok Ayah Seperti Daehoon Jadi Harapan Banyak Perempuan Indonesia

Keluarga

hukum menggagalkan pertunangan haram hukum menggagalkan pertunangan haram

Bolehkah Istri Menjual Mahar Nikah dari Suami?

Kajian

Trending

Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib

Hukum Menyetubuhi Istri yang Sedang Istihadah

Kajian

pendarahan sebelum melahirkan nifas pendarahan sebelum melahirkan nifas

Apakah Darah yang Keluar Setelah Kuret Termasuk Nifas?

Kajian

Darah nifas 60 hari Darah nifas 60 hari

Benarkah Darah Nifas Lebih dari 60 Hari Istihadhah?

Kajian

flek cokelat sebelum haid flek cokelat sebelum haid

Muncul Flek Coklat sebelum Haid, Bolehkah Shalat?

Kajian

Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Apakah Darah Kuning dan Hitam Disebut Darah Haid?

Kajian

Perempuan Istihadhah mandi shalat Perempuan Istihadhah mandi shalat

Wajibkah Perempuan Istihadhah Mandi Setiap Hendak Shalat?

Kajian

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

Nikah Siri Sah dalam Islam? Ini Kata Pakar Perbandingan Mazhab Fikih

Keluarga

Darah Haid yang Terputus-putus Darah Haid yang Terputus-putus

Rumus Menghitung Darah Haid yang Terputus-putus

Kajian

Connect