BincangMuslimah.Com – Surah Ali Imran ayat 134 mengandung pesan penting tentang sifat-sifat mulia yang harus dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa. Hikmah dalam ayat ini dapat digunakan sebagai dasar relasi bagi pasangan suami istri.
Bagaimanakah nilai-nilai dalam Surah Ali Imran Ayat 134 yang sebaiknya menjadi sebagai pondasi dalam rumah tangga?
Kandungan Pokok Surah Ali Imran Ayat 134
الَّذِيْنَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(Q.S. 3 Ali ‘Imran ayat 134)
Ayat ini menjelaskan terkait orang-orang yang gemar bersedekah baik dalam keadaan lapang maupun sempit, mampu menahan amarah, serta mudah memaafkan kesalahan orang lain. Allah juga menegaskan bahwa Dia mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Melalui ayat di atas, ada empat nilai utama yang dapat diterapkan dalam konteks rumah tangga sebagai pasangan suami istri. Empat nilai tersebut yaitu: kemurahan hati, kesabaran dalam menahan amarah, sikap pemaaf, dan menjalankan kebaikan bersama.
Kemurahan Hati dalam Nafkah dan Perhatian
Allah menyatakan bahwa salah satu ciri orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa menginfakkan hartanya, baik dalam keadaan lapang maupun sempit.
Mereka yang dijanjikan surga yang luas, sebagaimana disebutkan dalam ayat sebelumnya, adalah orang-orang yang menjadikan berbagi sebagai kebiasaan baik dan tetap melakukannya dalam segala situasi.
Dalam konteks rumah tangga, ini mengajarkan bahwa suami istri harus selalu berusaha saling memberi, baik dalam bentuk materi maupun perhatian, kasih sayang, dukungan emosional dan waktu.
Tidak hanya saat kondisi ekonomi sedang baik, tetapi juga ketika dalam kesulitan, pasangan suami istri harus tetap berbagi dan mendukung satu sama lain dengan penuh keikhlasan.
Menahan Amarah untuk Keharmonisan Rumah Tangga
Setiap rumah tangga pasti menghadapi perbedaan pendapat dan konflik. Ayat ini mengajarkan bahwa menahan amarah adalah kunci dalam menjaga keharmonisan pernikahan.
Saat emosi memuncak, pasangan suami istri harus belajar mengendalikan diri, mengelola emosi, menghindari kata-kata yang menyakitkan, dan tidak mengambil keputusan dalam keadaan marah.
Dengan demikian, dapat meminimalisir pertengkaran dan hubungan tetap terjaga dengan baik.
Memaafkan Kesalahan Pasangan
Dalam Surah Ali Imran ayat 134, terdapat kata al-‘afwu yang merupakan bentuk turunan dari kata yang sama dan sering diterjemahkan sebagai “maaf.” Secara makna, al-‘afwu berarti menghapus.
Dengan demikian, seseorang yang memaafkan orang lain sejatinya menghapus luka di hatinya akibat kesalahan yang telah dilakukan oleh orang lain terhadapnya.
Sikap pemaaf adalah kecenderungan untuk memberikan maaf kepada orang lain tanpa menyimpan rasa benci atau dendam di dalam hati. Kemampuan untuk memaafkan merupakan salah satu bentuk nyata dari ketakwaan kepada Allah.
Dalam kehidupan berumah tangga, pasti ada kesalahan dari pasangan, baik sengaja maupun tidak. Tidak ada manusia yang sempurna, sehingga sikap pemaaf akan membantu menghindari dendam dan mempererat hubungan suami istri. Dalam ayat ini sangat menekankan sikap pemaaf sebagai bagian dari ketakwaan.
Suami dan istri harus saling berlapang dada, tidak menyimpan dendam, dan lebih mengutamakan kebaikan serta keharmonisan. Dengan saling memaafkan, hubungan menjadi lebih kuat dan penuh keberkahan.
Saling Berbuat Kebaikan
Dalam kontkes rumah tangga, pasangan suami dan istri perlu saling mendukung untuk meningkatkan kualitas diri, keimanan, dan kehidupan secara keseluruhan.
Kebaikan dalam pengabdian kepada Allah serta interaksi dengan sesama harus senantiasa dijaga dan ditingkatkan. Bersikap baik, memperbaiki diri, serta melakukan kebaikan yang lebih bermakna bagi semua orang merupakan prinsip utama dalam ihsan.
Allah mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan. Perbuatan baik atau ihsan memiliki makna luas. Secara bahasa, ihsan mengandung dua aspek utama.
Pertama, memberikan manfaat atau kenikmatan kepada orang lain. Kedua, memperbaiki perilaku diri sendiri berdasarkan ilmu dan pemahaman, sehingga mendatangkan manfaat pribadi.
Allah menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang berbuat ihsan. Besarnya ganjaran ini dapat menjadi dorongan bagi setiap individu untuk selalu berbuat baik dalam segala aspek kehidupan.
Pesan dalam ayat ini mengajarkan umat Islam untuk senantiasa berbuat baik, menjaga hati dari sifat pemarah, serta mengedepankan sikap pemaaf dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Keempat nilai ini, jika dapat menerapkannya dengan baik, akan menjadikan rumah tangga lebih harmonis, penuh kasih sayang, dan mendapat keberkahan dari Allah.
Dengan menerapkan ajaran dari ayat ini, kita dapat membangun rumah tangga atas dasar kasih sayang, pengertian, dan ketakwaan kepada Allah, sehingga pasangan suami istri dapat menjalani kehidupan pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
2 Comments