Ikuti Kami

Subscribe

Kajian

Manifestasi Cinta dalam Rumah Tangga

Manifestasi Cinta Rumah Tangga

BincangMuslimah.Com – Mahligai rumah tangga laksana istana bagi seorang raja dan permaisurinya. Ia merupakan tempat bagi ketenangan dan kedamaian dari suatu interaksi bersama. Rumah tangga merupakan dunia bagi sekelompok insan yang sedang mengais hidup melalui nafas-nafas pernikahan. Cinta dalam rumah tangga perlu terus dipupuk dan dipertahankan.

Rasulullah Saw. sejak awal menggambarkan rumah (al-bait), sebagai tempat terjalinnya rumah tangga, dengan ungkapan indah penuh makna, baiti jannati (rumahku surgaku). Ungkapan tersebut tentunya bukan hanya sekedar ingin menggambarkan rumah sebagai tempat idaman para manusia, yaitu surga. Namun lebih dari itu, bahwa rumah akan menjadi surga bagi penghuninya manakala di dalamnya terjalin rumah tangga yang harmonis, penuh cinta dan kasih sayang.

Jalinan rumah tangga bagai sebuah bangunan rumah. Dikatakan rumah manakala ia terdiri dari sekumpulan dinding, pintu, atap, kaca, fentilasi, dan lain sebagainya. Kesempurnaan rumah terletak pada beragamnya bagian-bagian yang mengusung dan membentuknya. Semakin banyak bagian-bagian varian yang menjadi faktor penyempurna dan menjadi penyebab indahnya ornamen rumah, maka ia akan semakin nampak menjadi tempat yang aman dan nyaman sebagai sesuatu yang disebut “rumah”.

Begitu pula dengan rumah tangga. Rumah tangga terdiri dari sekumpulan insan yang terbalut erat dalam hubungan pernikahan dan kekerabatan jika dilihat dari sisi luarnya. Namun yang tak kalah penting juga, rumah tangga merupakan sekumpulan hubungan yang bersifat psikis dari kedua pasangan suami istri ataupun dengan sanak famili yang lain.

Mendambakan rumah tangga harmonis bukan hanya sebuah hidangan makanan yang terdiri dari racikan bumbu cinta dan kasih sayang, namun ia juga terdiri dari rempah-rempah pelengkap kecemburuan, cinta, kasih sayang, keegoisan, kesalahan, kekhilafan dan lain sebagainya. Karena pada hakikatnya, ketika kita hendak membangun rumah tangga, sejatinya kita sedang berusaha untuk menghidangkan makanan lezat yang bukan hanya terdiri dari satu dua racikan saja, namun makanan tersebut merupakan sekumpulan olahan makanan lezat mengenyangkan dari berbagai racikan bumbu.

Memang untuk mendambakan bangunan rumah tangga harmonis, perlu adanya keseimbangan antara sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia. Sejak awal, Al-Qur’an telah memberitahukan bahwa Allah Swt. telah memberikan ilham kepada jiwa ini untuk memiliki dua potensi sekaligus, yakni potensi untuk melakukan keburukan (fujur) dan potensi untuk melakukan kebaikan (taqwa) [QS. Al-Syams, ayat: 8]. Meski begitu, allah memuji hambanya yang telah memanfaatkan potensi kebaikan yang ia miliki dan mencela bagi orang yang telah mengotori jiwanya dengan melakukan hal-hal yang buruk.

Romantisme ini memang harus dibangun dan diciptakan, tidak bisa kemudian hanya menjadi ornamen angan-angan di dalam fikiran, ia membutuhkan usaha untuk menciptakannya. Coba kita lihat bagaimana sikap Rasulullah menghadapi seorang istri yang dicintainya, seorang istri yang cerdas dan mempunyai kedudukan yang terpandang lagi bagus agamanya.

Suatu ketika, Shafiyah binti Huyay Ummul Mu’minin melakukan perjalanan (safar) bersama Rasulullah, saat itu adalah gilirannya. Ia ketinggalan (rombongan) karena untanya berjalan lambat, lalu ia menangis. Maka Rasulullah datang mengusap air matanya dengan menggunakan kedua tangannya, kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis. (HR. Imam An-Nasa’i)

Mengenai jalinan rumah tangga ini, kita masih mempunyai salah satu figur panutan yang bernama Sayyidina Umar bin Khattab ra. Beliau dianugerahi Allah Swt. dengan ketegasan sekaligus hati yang lembut. Kisah rumah tangga Sayyidina Umar dapat menggambarkan betapa tinggi budi pekerti sang Khalifah dalam menghormati istri.

Syahdan, diceritakan seorang laki-laki datang kepada Sayyidina Umar bin Khattab. Ia hendak mengadukan istrinya karena marah-marah kepadanya. Lelaki tersebut jengkel dan ingin mengadukan kelakuan istrinya kepada Amirul Mu’minin. Setiap kali datang ke rumah Amirul Mu’minin ia tidak pernah bertemu dengannya. Sayyidina Umar selalu pergi sebelum ia datang. Suatu ketika, laki-laki itu datang lagi ke rumah Sayyidina Umar bin Khattab. Sampai di depan rumah, ia tidak langsung mengetuk pintu. Sayyidina Umar justru berdiri di depan.

Lelaki itu pun tertegun sejenak. Secara tak sengaja, ia mendengar sang Khalifah sedang dimarahi istrinya. Sang istri terdengar membesar-besarkan masalah yang remeh. Nada suara perempuan itu meninggi. Sang Amirul Mu’minin cenderung pasif menghadapi kemarahan istrinya.

Laki-laki kemudian berkata dalam hatinya, “Jika seorang Amirul Mu’minin saja seperti itu, bagaimana denganku?” Ia kemudian berbalik hendak pergi. Sayyidina Umar keluar rumah dan melihat tamunya hendak pergi. Ia pun bertanya, “Apa keperluanmu?” laki-laki tersebut kemudian berbalik dan berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, aku datang untuk mengadukan perangai buruk istriku dan sikapnya kepadaku. Tapi, aku mendengar hal yang sama pada istrimu” kata lelaki itu.

Sayyidina Umar bin Khattab kemudian tersenyum. Dia pun mengisahkan kepada laki-laki itu mengapa Sayyidina Umar yang keras begitu sabar menghadapi istrinya. “Wahai saudaraku, aku tetap sabar menghadapi perbuatannya karena itu memang kewajibanku.”

Alih-alih menghardik istrinya, Sayyidina Umar malah menceritakan betapa besar jasa istrinya dalam kehidupannya di dunia, “Bagaimana aku bisa marah kepada istriku, karena dialah yang mencuci bajuku, dialah yang memasak roti dan makananku, ia juga yang mengasuh anak-anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya,” jawabnya.

Sayyidina Umar kemudian menasehati lelaki itu untuk bersikap sabar kepada istrinya karena istrinyalah yang membuat ia tenteram di sampingnya. “Karena istriku, aku merasa tenteram (untuk tidak berbuat dosa). Maka aku harus mampu menahan diri terhadap perangainya.”

Wahai Amirul Mu’minin istriku juga demikian,” kata lelaki itu. Amirul Mu’minin pun menjawab, “Maka hendaknya engkau mampu menahan diri karena yakinlah hal tersebut hanya sebentar saja,” kata Amirul Mu’minin.

Sungguh indah perangai sang Khalifah. Beliau seorang presiden bagi negara digdaya, beliaulah hakim tertinggi yang memutuskan suatu hukum pada zamannya, beliau pula panglima perang yang sangat ditakuti oleh segenap musuh-musuhnya. Namun ternyata, dibalik ketegasannya sebagai figur seorang pemimpin, Sayyidina Umar bin Khattab menyimpan mutiara dari samudera kepribadiannya yang mendalam.

Menyikapi hal ini, Rasulullah memberi pelajaran bagi kita bahwa: “Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya, maka ia rida dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” (HR. Muslim).

Begitulah yang diajarkan baginda Rasul kepada ummatnya dalam menumbuhkan cinta dalam biduk rumah tangga. Juga keteladanan cinta dari para Khalifah sahabat Nabi dalam menanamkan buah cinta di antara suami-istri. Tak seperti ucapan cinta dalam lisan yang saat ini ramai didengungkan tapi miskin pengamalan, nasihat cinta sang baginda nabi begitu indah dalam angan dan indah dalam pengamalan. Semoga kita senantiasa belajar dari nasehat sang baginda rasul tercinta serta sepenggal kisah keteladanan beliau dan sahabatnya dalam memupuk sakinah, mawaddah dan rahmah dalam berumah tangga. Wallahua’lam.

*Tulisan ini pernah diterbitkan di Bincangsyariah.com

Rekomendasi

Hukum Menyetubuhi Istri Saat Haid Hukum Menyetubuhi Istri Saat Haid

Hukum Menyetubuhi Istri Saat Haid

rasulullah melarang tindakan kdrt rasulullah melarang tindakan kdrt

Rasulullah Melarang Keras Tindakan KDRT

Menolak Ajakan Istri Berhubungan Menolak Ajakan Istri Berhubungan

Hukum Istri Curhat Masalah Rumah Tangga Pada Orang Lain

perempuan keluar malam bekerja perempuan keluar malam bekerja

E-Commerce Sebagai Upaya Mengurangi Risiko Beban Ganda bagi Perempuan

Redaksi
Ditulis oleh

Redaksi bincangmuslimah.com

1 Komentar

1 Comment

    Komentari

    Terbaru

    konteks tentang sifat allah konteks tentang sifat allah

    Larangan Mengabaikan Konteks dari Teks tentang Sifat Allah

    Kajian

    Dampak Ghibah Saat Puasa Dampak Ghibah Saat Puasa

    Ngaji Hadis: Dampak Ghibah Saat Puasa

    Kajian

    pahala puasa tetap sempurna pahala puasa tetap sempurna

    Agar Pahala Puasa Tetap Sempurna

    Kajian

    Lima Kesalahan Orang Berpuasa Lima Kesalahan Orang Berpuasa

    Lima Kesalahan Orang Berpuasa

    Kajian

    hikmah perintah puasa islam hikmah perintah puasa islam

    Lima Dosa Besar yang Harus Dijauhi di Bulan Ramadhan

    Kajian

    Akhlak Nabi: Amanah termasuk dengan Non-Muslim

    Khazanah

    sunnah berbuka makanan manis sunnah berbuka makanan manis

    Apakah Sunnah Berbuka dengan Makanan Manis?

    Kajian

    berbuka puasa shalat dahulu berbuka puasa shalat dahulu

    Lebih Baik Mana, Berbuka Puasa atau Shalat Terlebih Dahulu?

    Kajian

    Trending

    nama anak kakek buyutnya nama anak kakek buyutnya

    Apakah Anak Rambut yang Tumbuh di Dahi Termasuk Aurat Shalat?

    Berita

    Pandangan Islam Tentang Perempuan yang Bekerja

    Muslimah Daily

    Keutamaan Menikahi Seorang Janda

    Ibadah

    Hukum Berdandan Sebelum Shalat

    Ibadah

    islam ibadah aktivitas ritual islam ibadah aktivitas ritual

    Benarkah Muslimah Tidak Boleh Shalat Zuhur hingga Selesai Shalat Jumat?

    Ibadah

    Azzahra al-batul putri rasulullah Azzahra al-batul putri rasulullah

    Julukan Azzahra dan Al-Batul untuk Fathimah Putri Rasulullah

    Khazanah

    Doa Mendengar Azan Keutamaannya Doa Mendengar Azan Keutamaannya

    Doa Agar Tidak Overthinking dari Ibnu Atha’illah as-Sakandari

    Ibadah

    puasa sunnah hari jumat puasa sunnah hari jumat

    Bagaimana Hukum Puasa Sunnah pada Hari Jumat?

    Ibadah

    Connect