Ikuti Kami

Khazanah

Filosofi Wetu Telu dalam Suku Sasak Lombok

wetu telu sasak lombok
Oleh RaiyaniM - Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=87522759

BincangMuslimah.Com Masyarakat Lombok pada masa pra-Islam tidak pernah menganut agama Hindu atau Budha. Sebelum Islam datang, masyarakat Sasak sudah menyadari adanya Tuhan, tetapi mereka masih belum mengenalnya. Hal itu ditunjukkan melalui keyakinan mereka yaitu, Wetu Telu

Filosofi Wetu Telu

Wetu Telu ini merupakan keyakinan dalam masa pencarian, seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim dulu. Ada beberapa penafsiran mengenai makna Wetu Telu ini seperti yang diungkapkan oleh komunitas Wetu Telu di Bayan (salah satu daerah konsentrasi penganut Wetu Telu). Di antara penafsiran itu adalah:

Pertama, pandangan yang menyatakan bahwa Wetu Telu berarti tiga sistem reproduksi, dengan asumsi kata Wetu berasal dari kata Metu yang berarti muncul atau datang dari, sedangkan Telu berarti tiga. Secara simbolis hal ini mengungkapkan bahwa semua makhluk hidup muncul (metu) melalui tiga macam sistem reproduksi.

Tiga macam sistem reproduksi itu adalah:

Menganak (melahirkan), seperti manusia dan mamalia yang berdaun telinga.

Menteluk (bertelur), seperti burung, unggas dan lain-lain.

Mentiuk, Berkembang biak dari benih atau buah seperti biji-bijian, sayuran, buah-buahan, pepohonan dan tumbuh-tumbuhan lainnya.

Fokus kepercayaan ini tidak hanya terbatas pada tiga sistem reproduksi saja, tapi juga menunjukkan pada kemahakuasaan Tuhan yang memungkinkan makhluk hidup untuk hidup dan berkembangbiak melalui mekanisme tersebut.

Kedua, persepsi yang mengatakan bahwa Wetu Telu melambangkan ketergantungan makhluk hidup satu sama lain. Menurut konsepsi ini, wilayah kosmologis itu terbagi menjadi jagad kecil dan jagad besar. Jagad kecil sapaan alam raya atau mayapada yang terdiri atas dunia, matahari, bulan, bintang dan planet lain. Sedangkan manusia dan makhluk lainnya merupakan jagad kecil yang selaku makhluk sepenuhnya tergantung pada alam semesta.

Baca Juga:  Zuhur Wanasi: Penulis dan Politikus Algeria yang Produktif

Ketiga, konsepsi yang menyatakan bahwa Wetu Telu sebagai sebuah sistem agama termanifestasi dalam kepercayaan bahwa semua makhluk melewati tiga tahap rangkaian siklus; dilahirkan (menganak), hidup (urip) dan mati (mate). Kegiatan ritual sangat terfokus pada rangkaian siklus ini. Setiap tahap, yang selalu beriringan dengan upacara, merepresentasikan transisi dan transformasi status seseorang menuju status selanjutnya; juga mencerminkan kewajiban seseorang terhadap dunia roh. 

Masyarakat Gumi Lombok memiliki dasar Falsafah yang terangkum dalam “Pance Awit Pinajaran Sasak”. Pance awit berarti lima dasar dan pinajaran sasak berarti pembelajaran bagi orang sasak. Lima hal ini lah yang menjadi ideologi masyarakat Lombok’ dan menjadi pegangan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Pance awit Pinajaran Sasak itu adalah: 

Orang Sasak harus bertuhan

Ini adalah hal yang sangat substansial bagi orang sasak. Pernah terjadi di daerah Gerung penebasan leher seorang anak oleh orang tuanya karena tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat. Jauh sebelum masuk Islam ke daerah Lombok, masyarakat sudah tahu tentang Tuhan, namun belum mengenal-Nya.  Mereka menyebutnya dengan Neneq Kaji Saq Saq Kuase. Ketika Budha datang, maka Budha ditolak. Begitu juga dengan Hindu, tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat Sasak. Ketika Islam datang, maka masyarakat Sasak menerima karena istilah Neneq Kaji Saq Saq Kuase tepat dengan kepercayaan dalam agama Islam. 

Masyarakat Lombok meyakini bahwa Tuhan memberikan perintah kepada makhluk-Nya melalui dua cara, yaitu;

Melalui Tradisi

Tradisi adalah petunjuk Tuhan yang diberikan kepada manusia secara langsung, ‘ilmu laduni dalam bahasa Arabnya. Petunjuk ini isyarat kepada manusia sebelum terkena oleh syi’ar agama. Contoh: Orang sasak apabila lewat di depan orang, maka orang Sasak betabeq (mengucapkan permisi).

Baca Juga:  Kehidupan Muhammad Sebelum Menjadi Nabi (2)

Melalui Agama

Agama orang Sasak adalah Islam. Cinta pertama dan terakhir orang Sasak adalah Islam. Tidak ada bukti bahwa orang Sasak pernah menganut agama selain Islam. Apabila ada yang mengatakan suatu perbuatan itu merupakan tradisi, namun tidak sejalan dengan agama, maka itu bukanlah tradisi tetapi sebuah perilaku, atau tingkah laku manusia. Agama itu berfungsi untuk menyempurnakan tradisi. Tradisi semakin sempurna karena perjalanan tradisi itu sudah lama dan mungkin saja terjadi penyimpangan-penyimpangan. Maka di sinilah fungsi agama, menjaga penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi di dalam tradisi.

Berbudaya

Tradisi dan agama apabila tanpa pengaplikasian, bukanlah apa-apa, tidak bermakna. adanya budaya merupakan bentuk aplikasi dari tradisi dan agama. Menurut orang Sasak, budaya adalah cipta, rasa, karsa manusia dalam rangka melaksanakan perintah Tuhan yang menerima melalui tradisi dan agama.

Beradat istiadat

Dalam pandangan orang Sasak, agar tidak terjadi penyimpangan dalam budaya, maka ada yang namanya adat-istiadat. Adat-istiadat ini mengandung aturan-aturan. Adat-istiadat bagi orang Sasak sangat penting, karena kalau manusia tidak memiliki adat, maka dia pun tidak berbudaya, sehingga dia pun bukan manusia yang tidak bertradisi sama sekali. Dia pun termasuk tidak beragama, maka manusia yang tidak beradat, maka dia kafir. 

Melihat Pance Awit Pinajaran Sasak ini, Mpu Prapanca ketika singgah di Gumi Lombok, maka Ia memberikan julukan bagi suku sasak, yaitu “Lombok Mirah Sasak Adi”. Lombok artinya jujur, Mirah artinya permata, Sasak artinya satu-satunya, dan Adi artinya keutamaan atau kesantunan. Jadi artinya secara keseluruhan adalah kejujuran bagaikan permata dan sebagai satu-satunya cara untuk menuju keutamaan atau kesantunan.

Rekomendasi

Menyambut Ramadhan Tradisi Megengan Menyambut Ramadhan Tradisi Megengan

Menyambut Ramadhan dengan Tradisi Megengan: Sejarah dan Makna Simbolis

meminjamkan harta wakaf orang meminjamkan harta wakaf orang

Hukum Menarik Kembali Uang Adat Perspektif Islam

hukum mapati mitoni islam hukum mapati mitoni islam

Hukum Tradisi “Mapati” dan “Mitoni” bagi Ibu Hamil dalam Islam

tata cara melempar jumrah tata cara melempar jumrah

Makna Filosofis Rangkaian Ibadah Haji

Ditulis oleh

Penulis Buku “NW Studies II” dan “Senandung Aforisme, Catatan Ruang Waktu Etika dan Cinta Si Gadis”. Saat ini sedang menyelesaikan gelar Magister Aqidah dan Filsafat Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

Berikut Keutamaan Memberi Bantuan Kepada Korban Bencana Alam! Berikut Keutamaan Memberi Bantuan Kepada Korban Bencana Alam!

Berikut Keutamaan Memberi Bantuan Kepada Korban Bencana Alam!

Muslimah Talk

pelestarian lingkungan alquran hadis pelestarian lingkungan alquran hadis

Upaya Pelestarian Lingkungan dalam Alquran dan Hadis

Kajian

 Air Meluap, Hutan Menyusut, Membaca Akar Banjir Ekologis di Sumatera  Air Meluap, Hutan Menyusut, Membaca Akar Banjir Ekologis di Sumatera

 Air Meluap, Hutan Menyusut, Membaca Akar Banjir Ekologis di Sumatera

Muslimah Talk

Aleta Baun Aktivis Ekofeminisme Aleta Baun Aktivis Ekofeminisme

Aleta Baun, Aktivis Ekofeminisme dari Timur Indonesia

Muslimah Talk

Koalisi Masyarakat Sipil Minta Presiden Segera Menetapkan Status Darurat Bencana Nasional Banjir Besar di Sumatera Koalisi Masyarakat Sipil Minta Presiden Segera Menetapkan Status Darurat Bencana Nasional Banjir Besar di Sumatera

Koalisi Masyarakat Sipil Minta Presiden Segera Menetapkan Status Darurat Bencana Nasional Banjir Besar di Sumatera

Berita

memberi daging kurban nonmuslim memberi daging kurban nonmuslim

Hukum Menerima Bantuan dari Non Muslim Saat Bencana

Kajian

Perempuan Istihadhah mandi shalat Perempuan Istihadhah mandi shalat

Wajibkah Perempuan Istihadhah Mandi Setiap Hendak Shalat?

Kajian

Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib

Hukum Menyetubuhi Istri yang Sedang Istihadah

Kajian

Trending

Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib

Hukum Menyetubuhi Istri yang Sedang Istihadah

Kajian

pendarahan sebelum melahirkan nifas pendarahan sebelum melahirkan nifas

Apakah Darah yang Keluar Setelah Kuret Termasuk Nifas?

Kajian

Darah nifas 60 hari Darah nifas 60 hari

Benarkah Darah Nifas Lebih dari 60 Hari Istihadhah?

Kajian

flek cokelat sebelum haid flek cokelat sebelum haid

Muncul Flek Coklat sebelum Haid, Bolehkah Shalat?

Kajian

Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Apakah Darah Kuning dan Hitam Disebut Darah Haid?

Kajian

Perempuan Istihadhah mandi shalat Perempuan Istihadhah mandi shalat

Wajibkah Perempuan Istihadhah Mandi Setiap Hendak Shalat?

Kajian

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

Nikah Siri Sah dalam Islam? Ini Kata Pakar Perbandingan Mazhab Fikih

Keluarga

Darah Haid yang Terputus-putus Darah Haid yang Terputus-putus

Rumus Menghitung Darah Haid yang Terputus-putus

Kajian

Connect