Ikuti Kami

Khazanah

Menyambut Ramadhan dengan Tradisi Megengan: Sejarah dan Makna Simbolis

Menyambut Ramadhan Tradisi Megengan
Source: gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Dalam budaya Indonesia, menyambut bulan puasa Ramadhan seringkali diawali dengan tradisi-tradisi tertentu. Salah satu di antara aktivitas menyambut Ramadhan adalah tradisi megengan yang merupakan salah satu bagian dari kebiasaan masyarakat Jawa yang dilakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Biasanya tradisi ini dilaksanakan pada malam terakhir bulan Ruwah. 

Dari sisi etimologinya, kata “megengan” memiliki arti megeng yang maknanya menahan dan an mengandung arti proses yang dilakukan secara terus menerus. Hal tersebut bermakna peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan. Yakni, bulan di mana kita diwajibkan untuk berpuasa, yaitu menahan untuk tidak melakukan segala perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa. 

Sedangkan kata “ruwah” diseraMenyambut Ramadhan dengan Tradisi Megenganp dari bahasa Arab yakni “arwah”, yang bermakna orang yang sudah meninggal. Jadi, isi acara dari tradisi megengan adalah selametan yang bertujuan untuk mengirimkan doa kepada leluhur yang sudah meninggal. Tradisi megengan sendiri mulai muncul pada masa Kerajaan Demak, kira-kira pada tahun 1500 M. 

Menurut Prof. Nur Syam, berbagai macam tradisi yang sering kali dilakukan oleh masyarakat Jawa, salah satunya adalah megengan, pada hakikatnya itu adalah penerimaan orang Jawa atas ajaran Islam yang sudah diyakini kebenarannya. 

Upacara megengan adalah hasil kreasi dari waliyullah, khususnya Sunan Kalijaga dalam proses penyebaran agama Islam pada orang Jawa. Masyarakat Jawa memiliki cita rasa ketuhanan yang khas, sehingga memerlukan cara-cara yang khusus dalam penyebaran Islamnya. Masyarakat Jawa yang menyukai olah batin, maka juga diperlukan lambang-lambang yang sesuai dengan dunia ritual dan olah rasanya. Di  sinilah peran penting para waliyullah dalam Islamisasi di Nusantara. 

Tata cara tradisi megengan biasanya dilakukan oleh umat muslim di masjid. Acara tersebut dilaksanakan setelah menunaikan salat isya’ dan diikuti oleh masyarakat umum. Pembacaan doa-doa dan tahlil dilakukan secara bersama-sama. Kemudian ditutup dengan pembagian makanan yang sebelumnya telah dibawa oleh mereka yang hadir pada acara tersebut.

Baca Juga:  Perjalanan Hagia Sophia, dari Gereja Hingga Jadi Museum dan Masjid

Beberapa makna simbolis yang terkandung dalam tradisi megengan adalah;

Permohonan maaf sebelum memasuki bulan Ramadhan

Dalam acara tradisi megengan, biasanya disuguhkan sejenis kue yang dikenal dengan istilah apem. Kue apem adalah makanan tradisional yang kerap kali dihidangkan dalam acara-acara sakral, yakni acara tahlil atau mengirimkan doa kepada orang yang sudah meninggal.

Makna simbolik dari kue apem ialah karena penamaan kue tersebut berasal dari kata “ngafwan” atau “ngafwun” yang memiliki arti maaf atau permohonan maaf. Sehingga, dengan dihidangkannya kue apem dalam tradisi megengan merupakan simbol saling memohon maaf kepada sesame gar bersih dari dosa-dosa sebelum memasuki bulan puasa Ramadhan.

Mengikat kerukunan dengan saling berbagi kepada sesama

Setiap masyarakat yang ikut serta dalam tradisi megengan pasti membawa makanan dengan tujuan supaya makanan tersebut mendapatkan doa-doa, sehingga menjadi makanan berkat atau barakah. Ketika acara selametan selesai, makanan berkat tersebut dibagikan kembali kepada masyarakat. Ini merupakan simbol saling berbagi antar sesama untuk mengikat kerukunan warga masyarakat. 

Merawat dan melestarikan nilai-nilai ajaran Islam

Jika dipandang dari sudut dakwah, tradisi megengan merupakan cara untuk menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, bahwa tradisi megengan merupakan hasil kreasi waliyullah untuk mengakulturasikan ajaran Islam dengan tradisi masyarakat setempat. Demikianlah uraian terkait tradisi megengan yang menjadi tradisi rutinan masyarakat Jawa dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Wallahu a’lam.[]

Referensi: (Lilik Setiawan, dkk, Fenomena Sosial Keagamaan Masyarakat Jawa dalam Kajian Sosiologi)

Fauzi Himma S, Makna Simbolik dalam Budaya “Megengan” Sebagai Tradisi penyambutan Bulan Ramadhan)

(Nur Syam, Megengan Sebagai Tradisi Persiapan Menuju Puasa)

 

Rekomendasi

Uang Panai, Wajibkah?

wetu telu sasak lombok wetu telu sasak lombok

Filosofi Wetu Telu dalam Suku Sasak Lombok

meminjamkan harta wakaf orang meminjamkan harta wakaf orang

Hukum Menarik Kembali Uang Adat Perspektif Islam

hukum mapati mitoni islam hukum mapati mitoni islam

Hukum Tradisi “Mapati” dan “Mitoni” bagi Ibu Hamil dalam Islam

Ditulis oleh

Alumni prodi Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Ampel, Surabaya. Minat pada kajian Islam dan Alquran. Kini juga aktif sebagai penulis di tafsirquran.id.

Komentari

Komentari

Terbaru

Hj. Maria Ulfa; Qari’ah Terbaik Indonesia yang Konsisten Syiar Tilawah Alquran Hingga Usia Senja Hj. Maria Ulfa; Qari’ah Terbaik Indonesia yang Konsisten Syiar Tilawah Alquran Hingga Usia Senja

Hj. Maria Ulfa; Qari’ah Terbaik Indonesia yang Konsisten Syiar Tilawah Alquran Hingga Usia Senja

Khazanah

kesehatan reproduksi remaja kesehatan reproduksi remaja

Parenting Islami : Empat Bentuk Psikologis yang Dibutuhkan Anak dalam Sorotan Islam

Keluarga

Faizah Ali Syibromalisi: Ulama Perempuan dalam Jajaran Majelis Ulama Indonesia Faizah Ali Syibromalisi: Ulama Perempuan dalam Jajaran Majelis Ulama Indonesia

Faizah Ali Syibromalisi: Ulama Perempuan dalam Jajaran Majelis Ulama Indonesia

Muslimah Talk

Membangun Generasi Tangguh: Prof. Maila Dinia Husni Rahiem Bicara tentang Resiliensi dan Growth Mindset Membangun Generasi Tangguh: Prof. Maila Dinia Husni Rahiem Bicara tentang Resiliensi dan Growth Mindset

Bicara Pola Pikir Berkembang Bersama Prof. Maila Dinia Husni Rahiem

Muslimah Talk

Prof. Amelia Fauzia: Filantropi di Indonesia Masih Minim Riset dan Pengembangan Prof. Amelia Fauzia: Filantropi di Indonesia Masih Minim Riset dan Pengembangan

Prof. Amelia Fauzia: Filantropi di Indonesia Masih Minim Riset dan Pengembangan

Muslimah Talk

Next Class: Podcast Inspiratif dari LP2M UIN Jakarta Bersama Para Guru Besar Perempuan Next Class: Podcast Inspiratif dari LP2M UIN Jakarta Bersama Para Guru Besar Perempuan

Next Class: Podcast Inspiratif dari LP2M UIN Jakarta Bersama Para Guru Besar Perempuan

Berita

Jika Semua Bersandar Padaku, Maka Aku Bersandar Pada Tuhan Jika Semua Bersandar Padaku, Maka Aku Bersandar Pada Tuhan

Jika Semua Bersandar Padaku, Maka Aku Bersandar Pada Tuhan

Muslimah Daily

Ning Najhaty Sharma: Pemikiran Kritis nan Lugas dalam Balutan Karya Sastra Ning Najhaty Sharma: Pemikiran Kritis nan Lugas dalam Balutan Karya Sastra

Ning Najhaty Sharma: Pemikiran Kritis nan Lugas dalam Balutan Karya Sastra

Muslimah Talk

Trending

Kata Nabi Tentang Seseorang yang Senang Membully Temannya

Kajian

ratu bilqis ratu bilqis

Meneladani Kisah Ratu Bilqis Sebagai Sosok Perempuan Pemberani

Muslimah Talk

Peran Perempuan di Balik Sumpah Pemuda sampai Lahirnya Kongres Perempuan

Kajian

Cerita Seru Serba-Serbi Mondok: Selamat Hari Santri!!!

Diari

kesehatan reproduksi remaja kesehatan reproduksi remaja

Parenting Islami : Empat Bentuk Psikologis yang Dibutuhkan Anak dalam Sorotan Islam

Keluarga

Suami Istri Bercerai Anak Suami Istri Bercerai Anak

Suami Istri Bercerai, Anak Harus Memilih Siapa?

Keluarga

Parenting Islami : Ini Empat Cara Mendidik Anak yang Over Aktif

Keluarga

Pengaruh Sumpah Pemuda dalam Kebangkitan Perempuan

Muslimah Daily

Connect