BincangMuslimah.Com – Apa yang dipikirkan oleh isi kepala ketika mendengar kehidupan dunia prostitusi? Mungkin tidak perlu dideskripsikan secara detail, hampir semua orang tahu bagaimana pendapat masyarakat terhadap kehidupan dunia malam. Siapa sangka, di dunia malam terdapat sebuah kisah pejuang hak perempuan dan anak.
Dalam film “Gangubai Kathiyawadi”, ada sisi lain yang disorot yaitu, seorang pekerja prostitusi yang memperjeuangkan hak perempuan. Gangubai Kathiyawadi – nama pemeran utama sekaligus judul film – adalah seorang anak perempuan yang berasal dari keluarga terpandang di desanya, Kathiawar. Gangubai punya suatu mimpi yang sudah lama ingin dicapai. Menjadi seorang aktris di dunia perfilman.
Hingga suatu hari, kekasihnya bernama Ramnik menyampaikan suatu kabar. Ramnik berjanji jika ia bisa mewujudkan mimpi Gangubai menjadi pemain film. Asal, Gangubai mau diajak pergi ke kota Mumbai.
Janji tersebut tentu disambut dengan hati yang teramat bahagia oleh Gangubai. Ia pun berpikir ingin langsung mengabarkan pada sang ayah sekaligus meminta izin kepadanya. Namun niat tersebut dicegah oleh Ramnik dengan alasan, ayah Gangubai pasti tidak akan mengizinkan mereka pergi.
Akhirnya Gangubai pergi bersama Ramnik. Sayangnya, Ramnik telah berniatan buruk pada Gangubai. Ia malah dibawa ke Kamanthipura dan dijual oleh Ramnik kepada Bibi Sheela, seorang mucikari sekaligus penguasa di tempat itu.
Gangubai dijual seharga 1000 rupee dan terpaksa menjalani kehidupan yang kelam di dunia malam. Mimpi menjadi pemain peran di perfilman gugur di Kamathipura. Merasakan banyaknya hak-hak perempuan dan anak yang berada di lokalisasi melahirkan suatu tekad dari Gangubai.
Di mana ia mulai memperjuangkan hak-hak perempuan yang berada di Kamathipura, begitu pun mereka yang bekerja sebagai pekerja seksual. Setelah kepergiaan bibi Sheela, Gangubai lah yang menjadi pemimpin.
Beberapa pembaharuan dan pemenuhan hak yang ia lakukan adalah menghadirkan hari libur bagi pekerja seksual. Ia juga membuat pernikahan di Kawasan Kamathipura bisa terselenggara untuk pertama kali. Padahal di wilayah lokalisasi tersebut sangat mustahil mewujudkan sebuah pernikahan.
Tidak sampai di sana, Gangubai turut memperjuangkan pendidikan anak-anak yang ibunya bekerja dari pekerja seksual. Anak-anak tersebut sempat mendapatkan diskriminasi hingga penolakan dari pihak sekolah. Namun berkat koneksi dengan seorang jurnalis, Gangubai berhasil memastikan anak-anak tersebut bersekolah.
Satu statement dari Gangubai cukup membuat hati bergetar. Kenapa jika mereka dari rumah bordil. Mereka berhak dapat pendidikan. Kupastikan mereka terdidik, Bapa. Bayangkan jika salah satu dari mereka menjadi dokter, insinyur atau pengacara. Hidupnya akan berubah.
Upaya yang paling fenomenal dari Gangubai adalah ia berhasil memenangkan petisi. Dan selama hidupnya, Ganggu memastikan perempuan pekerja seksual di Kamathipura tidak akan pernah menjadi tunawisma.
Cerita di atas merupakan cuplikan dari film India yang mengusung biografi dibalut criminal-drama. Disutradarai dan diproduseri oleh Sanjay Leela Bhansali, film berjudul Gangubai Kathiyawadi diangkat dari kisah nyata.
Cerita ini sebelumnya diangkat dari novel berjudul Mafia Queens Of Mumbai karya S. Hussain Zaidi. Film ini nyatanya menuai banyak pujian dan respons yang cukup mendalam dari berbagai lapisan masyarakat. Nilai-nilai kemanusiaan, dan sosial pun terasa dari film ini.
Masyarakat menganggap jika dunia prostitusi merupakan kehidupan kelam yang tiada kebaikan. Namun siapa kira, ada sisi lain yang ada di dalam sana. Tentang hak-hak sebagai manusia yang tidak bisa didapatkan, belum lagi kekerasan yang kerap kali didapatkan.
Alur cerita di dalam film ini juga menggambarkan jika perempuan rentan menjadi korban perdagangan manusia hingga berakhir ke dunia prostitusi. Dan masih banyak lagi nilai-nilai baik yang bisa diambil dari film ini. Bagaimana manusia dituntut untuk melihat suatu situasi bukan hanya dengan mata, tapi juga dengan hati nurani yang dimiliki.
Demikian cuplikan kisah perjuangan Gangubai Kathiyawadi, pekerja prostitusi yang memperjuangkan hak perempuan.