BincangMuslimah.Com – Irma Hidayana merupakan doktor bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Columbia, Amerika Serikat yang menjadi penggagas dari platform Laporcovid19.org yang bergerak untuk membantu mengumpulkan data Covid-19. Platform ini juga membantu advokasi online terkait berbagai permasalahan dan keluhan mengenai Covid-19. Platform ini dijalankan oleh organisasi independen sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat dan kesehatan. Platform digital berisi informasi seputar pandemi Covid-19 yang transparan bagi masyarakat. Ia bekerja bersama dengan banyak aktivis dengan latar belakang yang beragam.
Irma Hidayana lulus dari Fakultas Filsafat UGM pada 1999. Dulunya, ia banyak mengkritisi pemerintahan Orde Baru bersama rekan-rekannya di pers mahasiswa. Sikap kritisnya itu ternyata bertahan lama dan membuatnya banyak memperhatikan kinerja pemerintah, hingga kemudian bekerja di ICW (Indonesia Corruption Watch) pada tahun 2000. Di ICW, ia menjabat sebagai Deputy to Public Service Monitoring yang bersinggungan langsung dengan urusan yang menyangkut masyarakat. Pengalamannya di ICW membuatnya sadar, betapa banyak kebijakan pemerintah yang tidak transparan dan justru merugikan masyarakat.
Rupanya, dari pengalaman organisasi dan pekerjaan inilah kepedulian Irma terhadap kondisi masyarakat tumbuh. Sebelumnya itu ia telah mencoba bermacam-macam pekerjaan ia jalani. Mulai dari editor jurnal, pembawa acara di stasiun radio, sampai koresponden di media lokal. Berbagai macam profesi dilakoninya demi menemukan ketetapan hati. Hingga akhirnya ia bekerja di Save the Children (LSM internasional) pada 2006. Satu hal yang ia perjuangkan bersama Save the Children adalah sadar pentingnya pemberian ASI oleh ibu kepada anak.
Kemudian pada 2008, Ia secara spesifik lebih memperhatikan isu kesehatan masyarakat dan mengawasi penanganan kesehatan oleh pemerintah. Bahwasanya, salah satu ciri pemerintahan yang baik adalah yang peduli terhadap hak atas kesehatan yang dimiliki masyarakat. Irma menyimpulkan, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dibutuhkan tata laksana yang baik (good governance).
Dari sinilah titik balik bagi perempuan 45 tahun ini terjadi. Ia meneguhkan ketetapan hati untuk bergerak di bidang kesehatan masyarakat, yakni memperjuangkan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini jugalah yang mendorongnya untuk menempuh pendidikan di Ilmu Kesehatan Masyarakat (MPH) dari Montclair State University, Amerika Serikat. Sejak 2015 setelah lulus, ia berprofesi sebagai konsultan independen dan bekerja di UNICEF Indonesia. Saat ini ia melanjutkan post doktoralnya dengan program studi yang sama. Perempuan yang semasa kuliah pernah ikut aksi demo mahasiswa tahun 1998 ini tak pernah menyangka ia akan seperti ini.
Hingga di Februari 2020, ia melihat berita orang-orang meninggal yang dicurigai Covid-19, termasuk waktu itu ada salah satu pejabat negara yang meninggal dan dikubur dengan prosedur penyakit menular. Ia mulai bertanya-tanya karena pemerintah menyatakan wabah pandemi belum tiba Semakin hari, semakin banyak informasi dan keluhan dari teman dan kerabat yang mengabarkan saudara dekatnya tiba-tiba sesak napas, demam tinggi, lalu tak lama meninggal. Namun, pemerintah masih menyebutnya semuanya negatif, meskipun salah satu pasien yang jelas meninggal dengan gejala Covid-19 di rumah sakit di Semarang disebut karena flu babi.
Akhirnya dari keresahannya melihat kekacauan data dan informasi yang disajikan pemerintah ini, Ia dan sejumlah anak-anak muda lain membentuk Laporcovid19.org, sebuah wabah digital untuk mengumpulkan data berbasis pelaporan warga. Tidak hanya korban meninggal, warga juga diajak aktif melaporkan kondisi diri termasuk kerentanan penyakit, bansos, pelanggaran dalam pembatasan sosial berskala besar, hingga berbagai permasalahan lain terkait penanganan terkait Covid-19. Dari upaya yang telah dilakukannya, ia menyatakan bahwa kita perlu bergotong royong dalam menghadapi pandemic.
3 Comments