Ikuti Kami

Diari

Tapak Tilas Jejak Mahaguru Ulama Nusantara di Kakap Darat (Eps. 4)

Ulama Nusantara ; Kiai Sholeh Darat
Ulama Nusantara

BincangMuslimah.Com – Matahari sudah sepenggalah tatkala aku membuka mata. Sekeliling tampak berjejer para santriwati memadati ruang kamar menikmati sepoi angin yang makin menyenyakan tidur mereka. Beginilah ajaibnya para santri nusantara, meski tidur dengan kaki harus ditekuk dan saling berdesakkan tapi tetap saja mereka tidur pulas.

Aku bergegas berdiri, membuka ranselku dan mencari beberapa peralatan mandi. Kemudian aku berlalu untuk membersihkan diri. Setelah merasa segar dan melaksanakan salat zuhur, aku mengajak Rahmi untuk kembali melanjutkan tapak tilas yang tertunda sebelumnya.

Aku segera pamit dan mengucapkan terimakasih untuk sambutan hangat para santriwati. Aku segera menaiki boncengan motor dan dengan segera motor melaju keluar dari kompleks pesantren lalu menerobos jalanan yang dipenuhi pepohonan di kiri kanan jalan yang membuat siang ini lebih adem.

Sesampainya di jalan raya Ngaliyan – Semarang, lalu lalang kendaraan cukup ramai. Motor melaju dengan kecepatan sedang karena memang aku tak ingin buru-buru. Cukup rasanya menikmati ritme jalanan Kota Wingko ini. Begitu melewati kawasan kampus UIN Walisongo Semarang, tampak beberapa mahasiswa yang sibuk berseliweran di kawasan kampus hijau ini.

Motor mengarah ke stasiun, melewati Jalan Pemuda yang sekelilingnya berdiri beberapa bangunan bersejarah seperti Lawang Sewu, Tugu Muda, dan Museum Mandala Bhakti. Jika sempat singgah ke Kota Lumpia ini, sempatkanlah mampir ke wisata di kawasan Jalan Pemuda ini.

Kawasan Jalan Pemuda rasanya sudah cukup akrab denganku. Di kawasan ini pula berjejer beberapa gedung pemerintah daerah seperti Balaikota; kantor walikota Semarang, Gedung Keuangan Negara, dan lainnya. Dari Jalan Pemuda kami langsung melaju ke kawasan Stasiun Semarang Poncol dan lanjut menuju ke Kauman yang terletak dekat dengan Pasar Johar; pasar terbesar di kota ini.

Tujuan pertama kali ini adalah salah satu toko buku yang ada di daerah Kauman. Namanya Toha Putra. Rasanya toko buku ini cukup masyhur apalagi bagi mereka yang kerap men-dars kitab-kitab gundul ataupun gondrong dengan ketebalan yang tipis.

Baca Juga:  Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Selain menjual berbagai kitab dan buku-buku bacaan, Toha Putra merupakan salah satu percetakan di Semarang yang cukup banyak mencetak kitab-kitab karya ulama Nusantara.

Terletak di sekitar Masjid Agung Semarang dan Pasar Johar membuat toko ini cukup ramai pengunjung. Beberapa tahun lalu, tepatnya saat aku menginjak kelas 5 KMI aku pernah menjejakkan kaki di toko ini untuk mencari buku pegangan wajib saat itu; Munjid.

Kakekku (Allahu yarhamhu) acapkali merekomendasikanku untuk mencari buku atau kitab langsung ke Kauman karena di sini cukup lengkap. Alasan lain kenapa aku kembali ke sini karena kitab yang kucari merupakan salah satu kitab yang dicetak oleh Toha Putra.

So, sudah jelas kan apa sih tujuan tapak tilas pertama ini? Yuhuuu… kita eksplor dan cari kitab ulama Nusantara ya hehe

Sesampainya di depan toko, aku langsung menanyai ketersediaan kitab yang aku cari. Namun seperti dulu, aku langsung diarahkan ke Toha Putra 1 yang merupakan pusatnya yang terletak tak jauh dari Toha Putra 2 hanya berkisar 7-10 meter.

Aku segera mengajak Rahmi untuk ke sana. Setelah memarkirkan motor, kami langsung naik ke lantai 2 karena memang kitab dan buku disediakan di lantai 2. Bagi kalian pecinta buku maupun kitab, toko ini akan memanjakan kalian dan merayu kalian untuk memboyong koleksinya pulang.

Ada 2 kitab yang aku cari yang ditulis oleh seorang mahaguru ulama Nusantara yang hidup pada abad ke-19. Setelah mencari di deretan rak kitab karya ulama nusantara, aku hanya menemukan satu kitab saja. Satunya? Kosong. Sungguh!! Kitab yang tidak tersedia justru kitab utama yang menjadi incaranku.

Penjaga toko menjelaskan bahwa kitab yang kucari saat ini belum dicetak lagi. Sungguh disayangkan memang jika kitab-kitab khususnya karya ulama negeri sendiri produksinya terhenti dan akan lebih disayangkan lagi jika pengkajinya pun sepi.

Baca Juga:  Hukum Haul untuk Memperingati Orang yang Sudah Meninggal

Namun apa boleh dikata, ya sudahlah toh tidak ada. Aku pun hanya mendapatkan satu kitab saja dan memilih membeli kitab lain yang kurasa menarik. Rahmi sendiri memilih menggaet Qasidah Burdah karangan Imam al-Bushiri untuk dibawanya pulang.

Hari mulai mendung dan rintik mulai turun. Azan asar pun dikumandangkan. Aku segera mengajak Rahmi untuk keluar karena takut berlama-lama di sini akan membuat kalap dan lupa diri.

Aku memintanya untuk mengantarku ke stasiun karena aku harus mengambil kereta pulang ke Grobogan. Tapi Rahmi menolak dan menegurku yang sedari pagi belum makan nasi. Ah…terlalu lebay memang dia ini. Meskipun belum makan nasi, tapi ciki-ciki dan roti sudah sangat cukup mengganjal perutku ini.

Akhirnya aku mengajaknya untuk mencari warung di sekitaran Pasar Johar dan sekalian memang dia berniat membeli sesuatu. Akhirnya kami tak menemukan warung makan sedangkan dia? Aduhai… borong baranglah.

Langit semakin menangis saat kami keluar pasar. Motor segera melaju kencang, berjalan memutari Pasar Johar hingga sampailah di Kawasan Kota Lama Semarang. Kami segera menuju Stasiun Poncol karena jadwal keberangkatan kereta ke Grobogan terhitung tinggal beberapa jam lagi.

Kami melewati jalan-jalan desa dipandu oleh sang Google Maps. Makin melaju, kami makin bingung dengan daerah yang kami lalui ini. Fiksss… kali ini kami kesasar di daerah orang. Bermodalkan keberanian bertanya, kami pun menanyai setiap orang ke mana jalan menuju Stasiun Poncol.

Gampang saja aslinya jika aku ingin menuju Grobogan cukup ambil kereta yang berangkat dari Stasiun Tawang yang terletak dekat Kawasan Kota Lama. Toh… kereta yang berangkat dari Poncol selanjutnya akan berhenti di Tawang. Tapi masalahnya Rahmi tak tau jalan pulang ke Ngaliyan jika dia menurunkanku di Stasiun Tawang.

Baca Juga:  Mengenal Nyai Hj Chamnah; Tokoh Sufi Perempuan Tarekat Tijaniyah

Alih-alih aku tak ingin membuat anak orang kesasar sendirian, jadilah kami kesasar barengan. Hadeuh….!! Setelah jauh masuk ke gang-gang perumahan dan hingga akhirnya sampai di jalan raya, kami pun menemukan titik terang. Yes, we got the way to Poncol Station.

Sebelum bertolak langsung ke St. Poncol, aku pun mengajak Rahmi untuk memberikan hak badan ini untuk mendapatkan amunisi. Setelah selesai dengan urusan perut, kami langsung ke stasiun. Tak butuh waktu lama, 15 menit kemudian kami sudah sampai di stasiun yang tadi pagi kami singgahi.

Tepat saat aku membeli tiket, Kereta Kedung Sepur jurusan Poncol-Ngrombo telah gagah berdiri di bantalan rel, siap mengantarkanku menuju kampung halaman. Cukup dengan merogoh kocek Rp 10.000 aku siap pulang ke Grobogan.

Aku pun menyalami Rahmi dan mengucap salam perpisahan dan sampai jumpa esok hari. Aku segera melewati gate dan melambaikan tangan pada Rahmi yang dengan baik hati mau aku repoti sedari pagi.

Aku sudah di kereta, tiketku menginformasikan bahwa aku tak kebagian seat alias harus berdiri. Namun, saat kereta melaju banyak kursi yang kosong. Walhasil, petugas mempersilakanku untuk mengisinya.

Aku menikmati pemandangan di luar kereta dengan hujan yang makin membasahi lantai bumi nusantara ini. Lalu aku menyandarkan kepalaku pada bangku sembari bergumam mari kita lanjutkan tapak tilas ini esok hari. Hari ini biarkan aku pulang walau sejenak.

Bersambung….

Rekomendasi

Hukum haul orang meninggal Hukum haul orang meninggal

Hukum Haul untuk Memperingati Orang yang Sudah Meninggal

bantahan ketuhanan nabi isa bantahan ketuhanan nabi isa

Ijtihad Ulama tentang Sab’ah Ahruf

kesejahteraan guru belum tercapai kesejahteraan guru belum tercapai

Pandangan Islam akan Kesejahteraan Guru yang Belum Tercapai

Kyai Kholil Bangkalan Sang Maha Guru

Ditulis oleh

Tim Redaksi Bincang Muslimah. Penulis adalah alumnus Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah dan Pondok Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat

Komentari

Komentari

Terbaru

konsep keluarga konsep keluarga

Tips Mendidik Anak dengan Bahagia

Keluarga

suami suara tuhan suami suara tuhan

Pengertian Keluarga Sakinah dan Makna Perkawinan dalam Islam

Keluarga

Hukum Menggunakan Mahar Sebagai Modal Usaha

Keluarga

Apakah Meninggalkan Shalat Jumat 3 kali Dihukumi Kafir?

Ibadah

Apa yang Harus Dilakukan Apabila Merasa Keluar Angin Saat Shalat?

Kajian

Pandangan Michael Hart Terhadap Nabi Muhammad

buku

doa baru masuk islam doa baru masuk islam

Pemahaman Fase Menopause Bagi Perempuan Berusia 40an dan Cara Mengatasinya

Diari

Apakah Alasan Islam Memperbolehkan Perceraian?

Keluarga

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

Baayun Maulud, Budaya Masyarakat Banjar saat Memperingati Hari Kelahiran Nabi

Kajian

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar   pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar  

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Islam

Kajian

suami suara tuhan suami suara tuhan

Pengertian Keluarga Sakinah dan Makna Perkawinan dalam Islam

Keluarga

Rimpu, Tradisi dan Ekspresi Perempuan Islam di Bima

Kajian

Ummu Sulaim Ummu Sulaim

Ibu Sempurna dalam Pandangan Masyarakat

Diari

Connect