BincangMuslimah.Com – Selayaknya manusia pada umumnya, tentu kita sering kali melakukan kesalahan bahkan tak jarang memendam prasangka buruk pada Allah Swt atas ketetapan yang diberikan kepada kita. Padahal sudah jelas Allah mengatakan firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 216 yang berbunyi:
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”. (Q.S Al-Baqarah [2]:216)
Dari ayat tersebut sudah jelas dikatakan bahwasanya segala hal yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah, begitu pula sebaliknya. Sehingga sudah sepantasnya kita bersikap husnudzan dengan segala ketetapan yang telah Allah berikan.
Seperti halnya kisah Nabi Nuh As ketika Ia meminta kepada Allah agar membebaskan anaknya dari azab karena anak tersebut merupakan bagian dari keluarganya, kemudian Allah mengatakan bahwa dia bukanlah keluarga Nabi Nuh karena perbuatannya yang kurang baik, Allah meminta agar Nabi Nuh tidak meminta sesuatu yang ia tidak ketahui hakikatnya.
Atas perbuatannya tersebut kemudian Nabi Nuh berdoa yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 47 yang berbunyi:
رَبِّ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِيْ بِهٖ عِلْمٌ ۗوَاِلَّا تَغْفِرْ لِيْ وَتَرْحَمْنِيْٓ اَكُنْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ
Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon ampun kepada-Mu sesuatu yang aku tidak ketahui hakikatnya. Kalau engkau tidak mengampuniku dan menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang rugi”. (Q.S Hud: 11:47)
Doa ini Nabi Nuh panjatkan agar ia tidak meminta hal yang tidak diketahui hakikatnya. Semoga kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang merugi dan senantiasa mendapat ampunan dari Allah SWT atas apa yang tidak kita ketahui.
Wallahu a’lam bisshawab