Ikuti Kami

Kajian

Qadha Shalat bagi Perempuan Haid, Begini Ketentuannya

qadha shalat perempuan haid
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Sebagai seorang muslimah, meninggalkan shalat  dalam keadaan haid memang sudah diketahui. Namun, persoalan qadha shalat bagi perempuan ketika datang dan berhentinya darah haid selagi waktunya memungkinkan untuk shalat, agaknya masih sedikit yang tahu. 

Padahal, ketika ketika menelisik literatur fikih perempuan, banyak ulama yang menyinggung perihal shalat yang harus diqadha karena haid ini. Untuk menentukan shalat apa yang diqadha, perempuan harus memperhatikan betul kapan darah haid keluar dan berhentinya.

Tidak Ada Kewajiban Shalat Bagi Perempuan Haid

Suci dari najis dan hadas merupakan syarat sah shalat. Tentunya, perempuan haid tidak termasuk dalam kategori ini karena ia mempunyai hadas besar. Oleh karenanya, tidak ada kewajiban bagi dirinya untuk shalat. 

Syarat sendiri difenisikan sebagai berikut: 

ما يلزم من عدمه العدم، ولا يلزم من وجوده وجود ولا عدم لذاته

Artinya: Syarat adalah sesuatu yang jika syarat tersebut tidak ada maka pasti yang disyaratkan tidak ada dan tidak mesti jika ada syarat yang dipersyaratkan itu harus ada atau harus tidak ada.”

Secara ringkas, penjelasannya adalah suci disebut syarat, sedangkan shalat  adalah objek yang disyaratakan suci. Maka, ketika seseorang tidak suci, pasti dia tidak bisa shalat. Beda halnya ketika seseorang suci, ia bisa shalat dan tidak. Maksudnya, ketika seseorang suci, bisa saja tujuannya bukan untuk shalat, hanya ingin menjadikan dirinya daimul wudhu, selalu dalam keadaan berwudhu. 

Dengan kata lain, kewajiban shalat tidak akan ada jika syaratnya tidak ada, misalnya suci. Jika tidak ada suci maka kewajiban shalatpun tidak ada. 

Shalat yang Wajib Diqadha ketika Datangnya Darah haid

Jika mani’ datang melewati jarak waktu yang sekiranya cukup digunakan untuk melaksanakan shalat, sementara dirinya belum melaksanakannya, maka ia harus mengqadha shalat tersebut. Yang wajib diqadha adalah shalat yang belum sempat dikerjakan saja, tidak shalat sebelum atau sesudahnya, begitu juga bukan shalat yang bisa dijamak. Kenapa ini disebutkan di sini? Karena pada ketentuan berikutnya memiliki rincian yang berbeda. 

Baca Juga:  Empat Hikmah Haid bagi Perempuan

Keterangan ini berdasarkan paparan yang dijelaskan dalam kitab Sullam at-Taufiq ‘ala Is’ad ar-Rrafiq, juz 1, halaman 72. 

فإن طرأ مانع كحيض بعد ما مضى من وقتها ما يسعها وطهرها لنحو سلس لزمه قضاؤها وقد بقي من الوقت قدر تكبيرة لزمته وكذا ما قبلها إن جمعت معه

 

Artinya: “Apabila mani’ (penghalang shalat) seperti haid datang setelah berlalu dari waktu shalat yang cukup untuk mengerjakan shalat dan untuk bersuci bagi semacam orang yg berpenyakit salas maka dia wajib mengqodlo sholat tersebut. Atau mani’ tersebut hilang, sedang waktu shalat masih ada sekitar cukup untuk takbiratul ihram maka dia wajib melaksanakan shalat itu, demikian juga sholat sebelumnya jika bisa dijamak dengannya”.

Contohnya adalah waktu Dzuhur pukul 12.00 WIB. Pada waktu tersebut Aisyah belum melaksanakan shalat Dzuhur. Sepuluh menit kemudian, ketika ia akan melaksanakan wudhu dan cek celana dalamnya, ternyata ada darah haid pertamanya baru keluar. Maka yang wajib diqadha  Aisyah hanyalah shalat dzuhur, tidak dengan shalat Ashar

Shalat yang Wajib Diqadha ketika Berhentinya Darah haid

Persoalan selanjutnya adalah ketika darah berhenti. Jika hilangnya darah haid masih berada dalam waktu shalat yang masih cukup untuk digunakan mengucapkan takbiratul ihram (mengucapkan Allahu akbar), namun shalat tersebut tidak mungkin dilaksanakan di dalam waktunya. Maka, ketentuannya adalah sebisa mungkin dilaksanakan di waktu tersebut. Jika tidak, bisa diqadha di waktu shalat setelahnya.

Perlu digaris bawahi, persoalan berhentinya darah ini mempunyai ketentuan khusus. Shalat yang diqadha tidak hanya shalat saat darah haid itu hilang, namun juga shalat sebelumnya yang bisa dijamak.

Agar lebih paham, penulis akan memaparkan dengan contoh. 

Baca Juga:  Islam Juga Melihat Pengalaman Perempuan dalam Memutuskan Fatwa

Pukul 17.50 adalah berhentinya darah haid, kemudian waktu 18.00 WIB masuk waktu shalat Maghrib. Waktu 10 menit di sini cukup untuk mengucapkan takbiratul ihram. Dengan begitu, ada kewajiban untuk mengqadha shalat Ashar. Karena shalat Ashar bisa digabung atau dijamak dengan shalat dzuhur, maka shalat Dzuhur juga ikut dijamak. 

Itulah beberapa ketentuan tentang qadha shalat bagi perempuan haid. Sebagai muslimah yang memiliki tanggungan untuk shalat lima waktu, kita harus lebih memperhatikan lagi kapan darah haid keluar dan berhenti.

 

Rekomendasi

sheila hasina influencer fikih sheila hasina influencer fikih

Ning Sheila Hasina, Influencer Fikih Perempuan

flek cokelat sebelum haid flek cokelat sebelum haid

Muncul Flek Coklat sebelum Haid, Bolehkah Shalat?

melihat aurat terpisah tubuh melihat aurat terpisah tubuh

Apakah Rambut Rontok Perempuan Termasuk Aurat? 

Darah Kuning Darah Kuning

Apakah Darah Kuning dan Hitam Disebut Darah Haid?

Ditulis oleh

Sarjana Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pegiat Kajian Bidang Fikih.

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

alasan diwajibkannya membasuh wudhu alasan diwajibkannya membasuh wudhu

Alasan Filosofis Diwajibkannya Membasuh Wajah, Tangan, Kepala, dan Kaki saat Wudhu

Kajian

Pembubaran Ibadah Katolik Pamulang Pembubaran Ibadah Katolik Pamulang

Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik di Pamulang: Islam Melarang Menyakiti Umat Beda Agama

Kajian

pekerja migran dilarang jilbab pekerja migran dilarang jilbab

Ketika Pekerja Migran Dilarang Majikannya untuk Memakai Jilbab, Apa yang Harus Dilakukan?

Kajian

Menjawab Salam Agama Lain Menjawab Salam Agama Lain

Haruskah Menjawab Salam dari Pemeluk Agama Lain?

Kajian

pewarna karmin halal dikonsumsi pewarna karmin halal dikonsumsi

Apakah Makanan dari Pewarna Karmin Halal Dikonsumsi? Berikut Fatwa para Ulama Dunia

Video

Pembangunan Ibadah Agama Lain Pembangunan Ibadah Agama Lain

Nabi Pernah Memerintahkan Sahabat untuk Membantu Pembangunan Rumah Ibadah Agama Lain

Khazanah

Kenaikan Suhu Udara Ekstrem Kenaikan Suhu Udara Ekstrem

Waspada Dampak Kenaikan Suhu Udara Ekstrem bagi Perempuan

Muslimah Daily

Nyai Nafiqah ulama perempuan Nyai Nafiqah ulama perempuan

Nyai Nafiqah: Sosok Ulama Perempuan dan Istri Kyai Hasyim

Khazanah

Trending

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

nama bayi sebelum syukuran nama bayi sebelum syukuran

Hukum Memberi Nama Bayi Sebelum Acara Syukuran

Ibadah

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

Connect