Ikuti Kami

Kajian

Empat Klasifikasi Pendidik dalam Alquran

klasifikasi pendidik dalam alquran
Source: gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Dalam perspektif Al-Ghazali, pendidik diartikan sebagai orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, dan mensucikan hati sehingga menjadi dekat dengan Sang Khalik. Sedangkan pengertian pendidik dalam perspektif pendidikan Islam yaitu seorang yang bertanggungjawab atas perkembangan peserta didik dengan mengusahakan perkembangan segenap potensi peseta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Apabila kita meninjau teks-teks agama, terdapat empat klasifikasi pendidik dalam perspektif Alquran yang meliputi:

Allah Swt.

Salah satu klasifikasi pendidik yang disebutkan dalam Alquran adalah Allah Swt. Dalam Alquran disebutkan bahwa pada hakikatnya pendidik yang paling utama adalah Allah Swt. Sebagai guru, Allah Swt. telah memberikan segenap gambaran yang baik dan yang buruk sebagai sarana ikhtiar umat manusia menjadi baik dan bahagia hidup di dunia hingga akhirat. Demi mencapai tujuan tersebut, Allah mengutus Nabi-Nabi yang patuh dan tunduk kepada kehendak-Nya untuk menyampaikan ajaran Allah kepada umat manusia. Sebagaimana dalam firman Allah Swt. dalam surat al-Baqarah ayat 31:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar-benar orang yang benar”. (QS. al-Baqarah: 31).

Pendidikan Allah mencakup seluruh kebutuhan alam semesta ini. Allah sebagai pendidik alam semesta dengan penuh kasih sayang. Sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Fatihah, Allah sebagai pendidik telah mengajarkan Nabi Muhammad berupa turunnya ayat-ayat Alquran untuk disampaikan kepada umatnya. Seperti Allah mengajari dan menganjurkan Nabi berdakwah.

Rasulullah saw

Kedudukan Nabi sebagai pendidik atau guru yang langsung ditunjuk oleh Allah Swt. Tingkah laku Nabi dijadikan sebagai suri teladan bagi umatnya. Dalam surat al-Ahzab ayat 15, Allah berfirman : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab : 15).

Baca Juga:  Etika Bertetangga dalam Alquran; Berbahagia Atas Kesuksesan Tetangga

Seluruh tingkah laku Rasulullah senantiasa terjaga dan diawasi oleh Allah Swt. Segala perintah dan laranganya benar-benar wahyu dari Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam surat an-Najm ayat 3-4:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur-an) menurut kemauan hawa nafsunya.” “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm : 3-4). Nabi sebagai pendidik yang “sempurna” menjadi keniscayaan bagi manusia untuk menteladaninya.

Orang Tua

Kedudukan orang tua sebagai pendidik anak-anaknya juga telah dijabarkan dalam Alquran. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 13:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13).

Dalam Alquran, disebutkan ragam sifat yang harus dimiliki oleh orang tua sebagai pendidik. Pengenalan utama adalah ketuhanan dan pengenalan Tuhan yang mengandung hikmah atau kesadaran mengenai kebenaran yang didapatkan melalui ilmu dan rasio, dapat bersyukur kepada Allah, gemar memberi nasihat pada anak agar tidak mensekutukan Tuhan, memerintahkan anaknya agar melaksanakan shalat, serta sabar dalam menghadapi penderitaan. Orang tua adalah sosok yang paling bertanggung jawab terhadap anak keturunannya. Seperti sabda Nabi, yang berbunyi:

“Tiap-tiap anak terlahir dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, Majusi.”

Orang Lain

Maksud dari pendidik orang lain adalah orang yang tidak ada kaitan langsung nasabnya terhadap anak didiknya. Terdapat ayat Alquran yang menjelaskan Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir. Sebagaimana dalam surat al-Kahfi ayat 66, Allah berfirman:

“Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmuilmu yang telah diajarkan kepadamu?.” (QS. al-Kahfi: 66).

Baca Juga:  Bolehkah Mewakafkan Tanah Sengketa?

Berpindah sementara kewajiban orang tua mendidik anak-anaknya kepada pendidik atau guru, bisa dikarenakan dual hal; Pertama, karena orang tua lebih fokus akan kewajiban keuangan atau kebutuhan terhadap anak-anaknya. Kedua, karena orang tua mempunyai keterbatasan waktu atau kemampuan dalam mendidik atau mengajar anaknya.

Dalam pemikiran Al-Ghazali, pendidik dituntut mempunyai beberapa sifat keutamaan yang menjadi kepribadiannya, di antaranya: sabar, kasih sayang, sopan, tidak riya, tidak takabbur, tawadhu, pembicaraan terarah, bersahabat, tidak pemarah, membimbing dan mendidik dengan baik, sportif, Ikhlas, dan lainnya.

Terutama bagi seorang pendidik muslim tidak cukup hanya berbekal budi pekerti yang luhur, tetapi pendidik harus profesional dan dapat mengkaitkan Alquran dengan ilmu pengetahuan yang semakin pesat perkembangannya, sehingga Alquran betul-betul Kalamullah yang senantiasa aktual tanpa mengenal batas waktu.

Pendidik sebagai bagian yang terpenting di dunia pendidikan menjadi figur di lingkungannya dalam mengantarkan anak-anak didiknya pada kehidupan masa depan yang lebih cerah. Pendidik sebagai ujung tombak dalam memberantas kebodohan dan kemaksiatan. Maka, seorang pendidik harus memiliki karakteristik qurani dengan jalan yang persuasif dan konstruktif.

Memahami dari penjelasan yang sudah tertulis di atas maka dapat dipetik kesimpulan bahwasannya terdapat empat klasifikasi pendidik dalam  Alquran: Allah Swt. sebagai pendidik seisi alam semesta, para nabi sebagai pendidik umat manusia, kedua orang tua sebagai pendidik anak dari nasabnya, dan orang lain sebagai orang yang membantu mendidik anak didik secara universal.

Sumber

Rahmadani. “Pendidik Dalam Perspektif A-Qur’an”. Jurnal Sains Riset. Vol. 9, No. 2. 2019.

Rekomendasi

perempuan hak memilih pasangan perempuan hak memilih pasangan

Tidak Hanya Perempuan, Laki-laki pun Harus Menahan Pandangan

meletakkan al-Qur'an di lantai, Mengenal Hermeneutika Feminisme: Metode Penafsiran Al-Qur’an Berbasis Feminisme meletakkan al-Qur'an di lantai, Mengenal Hermeneutika Feminisme: Metode Penafsiran Al-Qur’an Berbasis Feminisme

Langkah-langkah dalam Memahami Alquran

doa setelah membaca Alquran doa setelah membaca Alquran

Doa yang Dibaca Setelah Membaca Alquran

beberapa Dimakruhkan Membaca Alquran beberapa Dimakruhkan Membaca Alquran

Beberapa Tempat dan Keadaan yang Dimakruhkan Membaca Alquran

Ditulis oleh

Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial

Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial

Muslimah Talk

Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan

Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan

Muslimah Talk

Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir  Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir 

Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir 

Khazanah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia? Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Muslimah Talk

tantangan menjalani i'tikaf ramadhan tantangan menjalani i'tikaf ramadhan

Amalan yang Dianjurkan Ulama Saleh di Bulan Maulid Nabi

Ibadah

Cara Shalat Gerhana Bulan Cara Shalat Gerhana Bulan

3 Amalan yang Bisa Dilakukan Saat Gerhana Bulan

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Trending

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Kajian

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Kajian

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Ibadah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Kenapa Harus Hanya Perempuan yang Tidak Boleh Menampilkan Foto Profil?

Diari

Connect