BincangMuslimah.Com – Berikut ini penjelasan terkait perbedaan azimah dan rukhsah. Secara bahasa azimah berarti tekad yang kuat.
Sedangkan secara istilah syara’, azimah adalah ketetapan hukum berdasarkan dalil syar’i dan tidak bertentangan dengan dalil lain yang rajih (unggul) seperti kewajiban shalat, zakat, puasa, haji, dan seterusnya.
Hal ini sebagaimana penjelasanan Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya Ushul al-Fiqih al-Islami juz I halaman 112;
ما شرع من الاحكام الكلية ابتداء لتكون قانونا عاما لكل المكلفين في جميع الاحوال كالصلاة والزكاة وسائر الشعائر الاسلامية الكلية
“Azimah adalah hukum-hukum umum yang disyari’atkan sejak semula sebagai aturan umum bagi setiap mukallaf di semua kondisi seperti shalat, zakat, puasa dan lainnya.”
Pengertian serupa disampaikan Syekh Najmu al-Din al-Thūfi dalam kitabnya Syarhu Mukhtashar al-Raudhah juz I halaman 457;
الْعَزِيمَةُ لُغَةً: الْقَصْدُ الْمُؤَكَّدُ، وَشَرْعًا: الْحُكْمُ الثَّابِتُ لِدَلِيلٍ شَرْعِيٍّ خَالٍ عَنْ مُعَارِضٍ
“Azimah secara bahasa berarti tekad yang kuat dan secara istilah syara’ azimah adalah ketetapan hukum berdasarkan dalil syar’i dan tidak ada dalil lain yang merintangi.”
Sementara rukhsah adalah ketetapan hukum yang menyalahi hukum umum karena ada udzur. Seperti kebolehan memakan bangkai dalam kondisi darurat. (al-Jami’ li masȃili ushuli al-Fiqhi [Hal:79])
Syekh Zakariya al-Anshari dalam kitabnya Ghayatu al-Wushul halaman 19 menjelaskan;
(والحكم) أي الشرعي إذ الكلام فيه (إن تغير) من حيث تعلقه من صعوبة له على المكلف (إلى سهولة) كأن تغير من حرمة شيء إلى حله (لعذر مع قيام السبب للحكم الأصلي) المتخلف عنه للعذر، (فرخصة)
(وإلا) أي وإن لم يتغير الحكم كما ذكر بأن لم يتغير كوجوب المكتوبات أو تغير إلى صعوبة كحرمة الاصطياد بالإحرام بعد إباحته قبله، أو إلى سهولة لا لعذر كحل ترك الوضوء لصلاة ثانية مثلاً لمن لم يحدث بعد حرمته بمعنى أنه خلاف الأولى، أو لعذر لا مع قيام السبب للحكم الأصلي كإباحة ترك ثبات واحد منا لعشرة من الكفار في القتال بعد حرمته، وسببها قلتنا ولم يبق حال الإباحة لكثرتنا حينئذ، وعذر الإباحة مشقة الثبات المذكور لما كثرنا. (فعزيمة)
“Jika suatu hukum berubah menjadi mudah karena ada udzur dan sebab hukum asalnya tidak hilang maka dinamakan rukhshah. Namun, jika tidak berubah seperti kewajiban shalat lima waktu atau berubah menjadi sulit seperti keharaman berburu saat ihram maka dinamakan azimah.
Demikian pula dinamakan azimah, jika hukum itu berubah menjadi mudah akan tetapi tidak dilandasi suatu udzur. Seperti kebolehan tidak berwudhu ketika hendak shalat bagi orang yang wudhu’nya belum batal.
Begitupun jika berubah menjadi mudah karena udzur tapi sebab hukum asalnya hilang. Seperti kebolehan tidak menghadapi sepuluh orang kafir bagi satu orang muslim saat perang.
Yang mana sebelum itu pasukan muslim masih sedikit sehingga satu orang diharuskan melawan sepuluh musuh. Setelah umat Islam banyak, satu orang tidak lagi diharuskan menghadapi seupuluh musuh. Perubahan hukum ini tidak dinamakan rukhshah melainkan azimah.”
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa azimah adalah hukum umum yang disyari’atkan secara mendasar untuk menjadi aturan umum bagi setiap mukallaf (pihak yang dibebankan hukum) di semua kondisi.
Sedangkan rukhsah adalah hukum yang disyari’atkan karena ada udzur seperti masyaqqah (beban berat) dan hajat (kebutuhan mendesak) yang dihadapi oleh mukallaf.
Demikian penjelasan perbedaan azimah dan rukhsah. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Ditulis oleh Achmad Fawaid, salah satu kontributor Bincangsyariah.Com. Tulisan ini merupakan kerjasama antara Bincang Syariah X Bincang Muslimah. Selama Ramadhan ini kami akan menayangkan pelbagai konten tentang “Islam Itu Mudah”. Ikuti terus konten keislaman Bincang Syariah selama Ramadhan 1443 H.
2 Comments