Ikuti Kami

Khazanah

Tiga Metode Merawat Kesehatan Mental dalam Islam

Merawat Kesehatan Mental
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Islam memiliki konsep tersendiri dan khas mengenai kesehatan mental. Dalam Islam, metode merawat kesehatan mental dibagi menjadi tiga; metode imaniyah, islamiyah, dan ihsaniyah. Berikut penjelasan tentang ketiga metode tersebut.

Metode Imaniyah

Iman secara harfiah berarti rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang yang beriman, jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi masalah hidup. 

Dengan iman, seseorang memiliki tempat bergantung, mengadu, dan memohon saat mengalami kesulitan hidup. Keimanan tidak akan menjadikan seseorang mudah putus asa, meskipun mengalami kegagalan atas usahanya. 

Sesungguhnya orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ialah sebaik-baik makhluk. Keimanan akan mengarahkan seseorang untuk muhasabah diri. 

Contohnya, ia akan selalu memikirkan apakah yang dilakukannya sudah sesuai dengan hukum-Nya atau belum. Apabila telah sesuai, namun masih mengalami kegagalan, maka ia akan berusaha menemukan hikmah di balik kegagalan tersebut. Boleh jadi Allah Swt. sedang menguji kualitas keimanannya melalui kegagalan ataukah Dia mengasihi hamba-Nya supaya ia tidak sombong atau angkuh ketika mendapat kesuksesan. 

Keimanan memberikan dampak besar bagi seseorang. Terutama membuat manusia percaya diri, meningkatkan kesabaran, kuat menghadapi ujian kehidupan, membangkitkan rasa tenang dan tenteram dalam jiwa, menimbulkan kedamaian hati, dan memberi perasaan bahagia. 

Keimanan kepada Allah selalu dibarengi oleh ketaqwaan kepada-Nya. Taqwa artinya takut melanggar ketentuan Allah, menjaga atau membentengi diri dari bermacam dorongan yang tercela dan perbuatan mungkar, dan menjaga diri dari tingkah laku yang tidak terpuji. 

Seseorang yang menerapkan metode Imaniyah akan memiliki karakter berikut :

Pertama, karakter rabbani, yakni karakter yang mampu mengambil dan mengamalkan sifat-sifat dan nama-nama Allah Swt. ke dalam tingkah laku nyata sebatas pada kemampuan manusiawinya.

Baca Juga:  Ratu Sinuhun, Pencetus Awal Undang-undang Ramah Perempuan

Kedua, karakter malaki, yakni karakter yang mampu mengambil dan mengamalkan sifat-sifat malaikat yang agung dan mulia. Karakter kepribadian malaki terbagi lagi menjadi empat macam, yaitu karakter qur’ani, rasuli, mementingkan hari akhir, dan takdiri. 

Yang dimaksud dengan karakter qur’ani adalah mampu mengambil dan mengamalkan nilai-nilai Alquran dalam tingkah laku nyata. Karakter ini didapat dengan membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalam Alquran  dan Sunnah.

Sedangkan karakter rasuli adalah karakter yang mampu mengambil dan mengamalkan sifat-sifat rasul yang mulia. Di antaranya adalah bersikap jujur (al-shiddiq), dapat dipercaya (al-amanah), menyampaikan informasi atau wahyu (al-tabligh), dan cerdas (al-fathanah).

Selain karakter qur’ani dan rasuli, karakter yang berwawasan dan mementingkan hari akhir juga termasuk karakter malaki. Praktik konkrit dari karakter ini adalah dengan melakukan shalat, zakat, dan selalu bertaqwa.

Terakhir, karakter takdiri adalah yakni karakter yang menghendaki adanya penyerahan dan kepatuhan pada hukum, aturan, dan sunnah Allah Swt.

Metode Islamiah

Islam secara bahasa memiliki tiga makna, yaitu penyerahan dan ketundukan (al-silm), perdamaian dan keamanan (al-salm), serta keselamatan (al-salamah). Penerapan metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim (syakhshiyah al-muslim) yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci, dan dapat beradaptasi dalam segala situasi. Kondisi ini merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kesehatan mental. 

Berikut beberapa karakter yang akan terbentuk:

Pertama, karakter syahadatain, yakni karakter yang mampu membebaskan diri dari segala belenggu duniawi, seperti; materi dan hawa nafsu.

Kedua, karakter mushalli, yakni karakter yang mampu berkomunikasi dengan Allah (ilahi) dan dengan sesama manusia (insani). Komunikasi ilahiah ditandai dengan takbir, sedangkan komunikasi insaniah ditandai dengan salam. 

Karakter mushalli juga menghendaki kesucian lahir dan batin. Kesucian lahir diwujudkan dalam wudhu, sedangkan kesucian batin diwujudkan dalam bentuk keikhlasan dan kekhusyukan

Baca Juga:  Perjalanan Hagia Sophia, dari Gereja Hingga Jadi Museum dan Masjid

Ketiga, karakter muzakki, yakni karakter yang berani mengorbankan hartanya demi kebersihan dan kesucian jiwanya (QS. At-Taubah : 103). Karakter ini menghendaki adanya pencarian harta secara halal dan menyalurkannya dengan cara yang halal pula.

Keempat, karakter sha’im, yakni karakter yang mampu mengendalikan dan menahan nafsu yang rendah dan liar. Contohnya, hubungan seksual pada waktu, dan tempat yang dilarang.

Kelima, karakter hajji, yakni karakter yang rela mengorbankan harta, waktu, bahkan nyawa demi memenuhi panggilan Allah Swt. Karakter ini menghasilkan jiwa yang sederajat, memiliki wawasan yang luas, melawan kebatilan, dan meningkatkan wawasan spiritual.

Metode Ihsaniah

Ihsan secara bahasa artinya baik. Orang yang baik (muhsin) ialah orang yang mengetahui hal-hal baik, mengaplikasikan dengan cara yang baik, dan dilakukan dengan niatan baik pula. Metode ini apabila dilakukan dengan benar akan membentuk kepribadian muhsin (syakhshiyah al-muhsin) yang dapat dijalani melalui beberapa tahapan:
Pertama, tahapan permulaan (al-bidayah). Tahapan ini disebut juga tahapan takhalli artinya mengosongkan diri dari segala sifat-sifat kotor , tercela, dan maksiat.

Kedua, tahapan kesungguhan dalam menempuh kebaikan (al-mujahadat). Pada tahapan ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat tercela dan maksiat. Kemudian ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang terpuji. Tahapan ini disebut juga tahalli artinya upaya mengisi diri dengan sifat-sifat yang baik. 

Ketiga, tahapan merasakan (al-muziqat). Pada tahapan ini, seorang hamba tidak hanya mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, namun ia merasakan kenikmatan, kedekatan, kerinduan dengan-Nya. Tahapan ini disebut Tajalli. Tahapan ini bagi para sufi umumnya didahului oleh dua proses, yaitu al-Fana dan Al-Baqa. 

Seseorang apabila mampu menghilangkan wujud jasmaniah dengan cara menghilangkan nafsu liarnya dan tidak terikat oleh materi atau lingkungan sekitar, ia telah berada dalam proses Al-Fana. Kondisi ini kemudian beralih kepada kebaqaan wujud ruhaniyah yang ditandai dengan tetapnya sifat-sifat ketuhanan. 

Baca Juga:  Tasawuf Jalaludin Rumi yang Banyak Berbicara tentang Perempuan

Ketika tahapan tersebut telah dilalui maka muncullah yang disebut dengan al-hal, yakni kondisi spiritual yang telah mencapai kebahagiaan tertinggi yang dicita-citakannya. Kondisi ini merupakan karunia dan rahmat dari Allah.

Itulah metode merawat kesehatan mental dalam Islam. Dapat ditegaskan bahwa iman dan takwa memiliki kaitan yang sangat erat dengan masalah kejiwaan. Iman dan takwa itulah yang disinggung dalam arti psikologi dan kesehatan mental yang sesungguhnya bagi manusia dalam Islam. Relasi agama dengan kesehatan mental dalam Islam adalah sebagai terapi, yang terletak pada sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Swt. Ketenangan jiwa akan diperoleh yang kemudian akan menjadikan hidup manusia seimbang dunia akhirat. 

Rekomendasi

Machiavellianisme dalam Romansa: Ketika Kesehatan Mental Jadi Korban Machiavellianisme dalam Romansa: Ketika Kesehatan Mental Jadi Korban

Machiavellianisme dalam Romansa: Ketika Kesehatan Mental Jadi Korban

Pentingnya Perhatian Kepada Ibu Pasca Melahirkan Pentingnya Perhatian Kepada Ibu Pasca Melahirkan

Pentingnya Perhatian Kepada Ibu Pasca Melahirkan

Dua Alasan Kenapa Jangan Mempertahankan Fenomena ‘Laki-Laki Tidak Bercerita’ Dua Alasan Kenapa Jangan Mempertahankan Fenomena ‘Laki-Laki Tidak Bercerita’

Dua Alasan Kenapa Jangan Mempertahankan Fenomena ‘Laki-Laki Tidak Bercerita’

Lima Karakter Sayyidah Maryam dalam Al-Quran Lima Karakter Sayyidah Maryam dalam Al-Quran

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Ditulis oleh

Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

3 Komentar

3 Comments

Komentari

Terbaru

Cantik dan Imaji Tubuh Menurut Andien Aisyah, Yura Yunita dan Natasha Rizky

Kajian

Pengertian Taman Pemakaman untuk Umat Islam Pengertian Taman Pemakaman untuk Umat Islam

Pengertian Taman Pemakaman untuk Umat Islam

Muslimah Talk

Lies Marcoes Natsir: Cita-cita Islam Adalah Kesetaraan

Muslimah Talk

Luna dan Maxime: Apakah Sah Akad Nikahnya? Luna dan Maxime: Apakah Sah Akad Nikahnya?

Luna dan Maxime: Apakah Sah Akad Nikahnya?

Kajian

Mana yang Lebih Utama, Berbakti kepada Orang Tua atau Istri? Mana yang Lebih Utama, Berbakti kepada Orang Tua atau Istri?

Mana yang Lebih Utama, Berbakti kepada Orang Tua atau Istri?

Keluarga

Hari Keluarga Internasional: Bagaimana Konsep Keluarga Ideal dalam Al-Quran? Hari Keluarga Internasional: Bagaimana Konsep Keluarga Ideal dalam Al-Quran?

Hari Keluarga Internasional: Bagaimana Konsep Keluarga Ideal dalam Al-Quran?

Keluarga

Ramai Temuan Komunitas Facebook yang Lakukan Pelecehan di Bawah umur, Sinyal Rumah Belum jadi Ruang Aman untuk Anak Ramai Temuan Komunitas Facebook yang Lakukan Pelecehan di Bawah umur, Sinyal Rumah Belum jadi Ruang Aman untuk Anak

Ramai Temuan Komunitas Facebook yang Lakukan Pelecehan di Bawah umur, Sinyal Rumah Belum jadi Ruang Aman untuk Anak

Muslimah Talk

Hibridasi Islam dan Feminisme Ala Neng Dara Affiah

Muslimah Talk

Trending

posisi imam perempuan jamaah posisi imam perempuan jamaah

Shalat Berjamaah Bagi Perempuan, Sebaiknya di Mana?

Ibadah

Istri Pilih Karir keluarga Istri Pilih Karir keluarga

Parenting Islami : Nabi Menegur Sahabat yang Pilih Kasih kepada Anak, Ini Alasannya

Keluarga

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Diari

Sinopsis Film Rentang Kisah: Potret Muslimah yang Berdaya  

Diari

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan? Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Ibadah

Bagaimana Islam Memandang Konsep Gender?

Kajian

Benarkah Rasulullah Menikahi Maimunah saat Peristiwa Umratul Qadha?

Kajian

Hibridasi Islam dan Feminisme Ala Neng Dara Affiah

Muslimah Talk

Connect