BincangMuslimah.Com – Sudah tak asing lagi di telinga, terkait sikap toleransi sahabat Nabi, terutama Umar bin Khattab. Selaku sahabat terdekat Nabi, juga seorang Khalifah Islam, Umar bin khattab begitu dekat dan mencintai siapapun, bahkan pada seorang Yahudi yang non muslim. Memang Umar merupakan sahabat yang penuh kasih dan cinta dalam hatinya.
Sikap toleransi yang ada dalam diri Umar, tak lain ia peroleh dan contoh dari baginda Nabi. Nabi Muhammad adalah sosok yang mengajarkan para sahabat untuk memuliakan dan bergaul dengan non-Muslim. Nabi mengajarkan setiap manusia layak untuk dicintai dan dikasihi sekalipun kita beragama dengannya, selama ia menghormati umat Islam, maka wajib melindunginya.
Terdapat kisah penuh cinta, yang menggambarkan kebaikan hati Umar terhadap non Muslim. Kisah ini dapat dijumpai dalam kitab al Kharraj, karya Qadhi Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim. Dalam kitab al Kharraj, diceritakan kisah khalifah Umar bin Khattab dengan seorang lelaki tua dan miskin dari kalangan agama Yahudi.
Syahdan, pada suatu saat Umar tengah blusukan menyusuri wilayah teritorial kekuasaanya. Sudah lama ia berjalan dan melewati satu daerah demi satu daerah. Hingga ia melewati di depan rumah seorang lelaki tua renta. Pria tua itu seorang yang beragama Yahudi.
Pada saat Umar sedang lewat rumah itu, elaki tua sedang sedang duduk asyik di depan pintu. Melihat si tua bangka itu, Umar pun menegurnya, sembari mengajak berbicara, sepatah dua patah kata. Tak butuh lama, dialog antar keduanya pun terjalin.
Amirul Mukminin ini menanyakan, apa nian yang sedang dilakukan si tua bangka di depan pintu rumahnya. Si lelaki tua Yahudi itu pun menjawab, “Aku sedang susah. Untuk memenuhi kehidupan ku sehari hari,“ katanya berkeluh kesah.
Mendengar itu, tergores sudah hati Umar bin Khattab. Timbul rasa kasihan dan iba terhadap lelaki tua renta itu. Tak berselang lama, Umar memerintahkan pada bawahannya untuk memberikan harta dari harta dari baitul mal pada lelaki Yahudi itu.
Di samping itu, Umar juga memerintahkan bahwa harta dari baitul mal itu juga untuk menanggung kehidupannya dan membiayai hidupnya setiap hari, agar bisa makan dan membeli pakaian yang pantas. Umar juga menyuruh negara untuk menanggung biaya makan keluarganya. Negara harus turut andil membantu rakyatnya.
Itulah Umar bin Khattab, khalifah yang tegas, sekaligus penuh kasih dan sayang. Khalifah yang mencintai manusia tanpa tak memandang suku, ras, dan agamanya. Umar hanya melihat manusia sebagai manusia.Cukuplah kemanusiaan yang menjadi alasan untuk memanusiakan manusia.
Pada kisah lain, tercatat dalam buku Fiqh minoritas : fatwa kontemporer terhadap kehidupan kaum muslimin di tengah masyarakat non muslim, karya dari Yusuf Al Qardhawi memuat kemurahan dan kebaikan hati Khalifah Umar juga pada tetangganya yang beragama Yahudi. Bahkan ia senantiasa berwasiat pada anaknya, Abdullah bin Umar untuk selalu memberikan daging hasil kurban pada tetangganya Yahudi.
Adapun wasiat itu selalu diulang-ulang oleh Umar bin Khattab setiap Idul Adha. Sehingga Abdullah bin Umar hafal dan senantiasa mengingat wasiat itu, sekalipun Umar telah wafat. Tapi nasihat ayahnya masih ternyiang-nyiang.
Ketika masih hidup, Umar memiliki seorang tetangga yang beragama Yahudi. Umar sangat sangat menyayangi tetangganya yang beragama Yahudi itu. Tak pernah mereka berselisih paham, sekalipun berbeda keyakinan. Tak pernah saling menghina dan menjelekkan masing-masing. Saking perhatiannya Umar, kelak ketika ia telah tiada, Umar ingin ingin anaknya, Abdullah memuliakan Yahudi tersebut, persis ketika ia masih hidup.
Nasihat dan wasiat Umar itu senantiasa diingat Abdullah. Meskipun ayahnya telah tiada. Persis ayahnya, Abdullah juga sangat memperhatikan tetangga meraka yang beragama Yahudi. Padahal itu notabenenya seorang non muslim. Yang berbeda keyakinan dan agama dengan ayahnya.
Perhatian penuh cinta Abdullah terhadap Yahudi tersebut, tampak terlihat oleh anaknya. Si anak memberanikan diri bertanya pada Abdullah, terkait alasan begitu mengasihi dan mencintai Yahudi tersebut.
Ibn Umar menjawab, itu adalah wasiat dari ayahnya, Umar bin Khattab untuk memuliakan Yahudi tersebut. Di samping itu, memuliakan dan menghormati tetangga merupakan perintah Rasulullah, kendatipun itu seorang non muslim. Berikut perkataan dari Abdullah bin Umar bin Khattab;
قال ابن عمرو: إن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه سيورثه
Artinya: berkata Abdullah bin Umar; Sesungguhnya Nabi bersabda; Senantiasa Jibril memberikan wasiat kepada ku tentang tetangga ku, sehingga aku menyangka bahwa tetangga ku adalah keluarga ku.
Itulah sekilas kisah terkait Khalifah Umar bin Khattab yang penuh kasih dan cinta pada non muslim. Umar tak membedakan manusia disebabkan agama dan keyakinan yang berbeda-beda. Umar senantiasa mencintai manusia, terlebih mereka yang lemah secara ekonomi, sosial, dan politik. Semoga bermanfaat.