BincangMuslimah.Com– Kehadiran anak dalam setiap rumah tangga memang selalu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu kehadirannya. Bahkan kehadiran anak adalah perhiasan dunia yang sangat indah. karenanya Islam menganjurkan agar memperlakukan anak dengan cara yang baik-baik dan indah sesuai dengan tuntutan syariat. Dalam al-Quran Allah menjelaskannya dalam QS. al-Kahfi[18] ayat 46:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak- anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. ( QS. al-Kahfi[18] ayat 46)
Allah telah menjelaskan yang menjadi kebanggaan manusia di dunia ini ialah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat memperhatikan keduanya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada orang yang memilikinya. Karena itu, harta dan anak dapat menjadikan seseorang takabur dan merendahkan orang lain.
Karena itu dalam ayat ini menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar, Allah SWT memberi peringatan bahwa harta dan anak itu memanglah perhiasan yang sangat indah. Namun sayang, perhiasan indah itu hanyalah bersifat sementara karena memiliki batasan waktunya.
Lewat ayat ini, Allah menegaskan bahwasanya keduanya hanyalah perhiasan dalam hidup duniawi bukanlah perhiasan dan bekal untuk ukhrawi. Padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa dan tidak patut dijadikan bahan kesombongan.
Ayat ini mengabarkan kepada kita semua bahwasanya anak merupakan perhiasan yang harus dijadikan jalan bagi orang tua untuk melakukan amal shaleh yang akan mengantarkan kepada rida Allah SWT. Dalam tafsir Kemenag (Dapartemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya: 2006) disebutkan, jika orang tua tidak mampu memperlakukan anak dengan cara yang tidak baik layaknya sebagai perhiasan yang tidak mengundang pahala dan ridha Allah swt maka kehadiran anak akan berubah menjadi sebuah cobaan.
Lewat ayat ini pula, Allah SWT juga menjelaskan bahwa yang patut dibanggakan hanyalah amal kebajikan yang hasilnya dirasakan oleh manusia sepanjang zaman sampai akhirat. Amal kebajikan lebih baik pahalanya di sisi Allah dibandingkan harta dan anak-anak yang jauh dari petunjuk Allah dan tentu menjadi pemberi syafaat bagi orang yang memilikinya di hari akhirat kelak ketika harta dan anak tidak lagi bermanfaat
Sementara menurut al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi, penyebutan harta dan anak dalam ayat ini memiliki keterkaitan. Harta merupakan sebuah perhiasan meskipun tidak mempunyai anak, dan bukan sebaliknya. Karena orang yang mempunyai anak sedang ia tidak mempunyai harta maka orang itu berada dalam kesengsaraan dan kemelaratan. Serta menyebabkan semua anaknya hidup dalam keadaan penuh kesengsaraan.
Maka, diantara keduanya haruslah seimbang agar jauh dari kemelaratan. Pendapat al-Maraghi ini menunjukkan bahwasanya orang tua dilarang menelantarkan anak dan wajib memenuhi kebutuhan anak. Anak bukan hanya sekedar harta dunia atau tabungan akhirat, ia merupakan sebuah tanggungjawab dan amanah yang diberikan ole Allah Swt.