Ikuti Kami

Kajian

Toleransi: Perjumpaan Islam dengan Nasrani dan Romawi

toleransi perjumpaan Islam Nasrani

BincangMuslimah.Com – Dalam sejarahnya, Islam bersinggungan dengan berbagai peradaban dan kepercayaan. Hal tersebut mengajarkan kita akan toleransi yang dicontohkan Rasulullah saw. Tidak hanya ketika Islam berjumpa dengan kaum Yahudi, toleransi juga tergambarkan dalam perjumpaan Islam dengan Nasrani dan Romawi.

Fahrur Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan bahwa kehadiran Islam yang diklaim sebagai rahmat bagi seluruh makhluk hidup dengan tiga fakta empiris, meskipun terkadang Islam menyerukan agamanya dengan mengangkat pedang.

Pertama, peperangan yang dilakukan kaum muslimin hanya ditujukan kepada kelompok yang bersikap arogan dan memusuhi Islam, meskipun pada dasarnya Allah bersikap Rahman dan Rahim, namun di sisi lain Allah menyiksa golongan yang durhaka.

Kedua, pada umumnya pendustaan umat kepada Nabinya pada masa sebelum Islam berakibat diturunkan azab secara langsung dan setelah disyariatkan agama Islam, Allah mengakhiri azab bagi orang-orang yang durhaka sampai ajal menjemput atau bahkan sampai hari kiamat datang.

Ketiga, sisi rahmatan lil alamiin agama Islam dapat dilihat dari karakter pembawa risalah yang merupakan sosok yang berbudi luhur. Dalam Q.S al-Qalam, Allah memuji akhlak Rasulullah yang mulia pada siapapun yang tanpa membedakan agama mereka, “Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar mempunyai budi pekerti yang luhur.” (Q.S. Al-Qalam ayat 4).

Dalam sejarah tercatat hubungan toleransi indah melalui perjumpaan antara antara umat Islam dan Nasrani. Agama Islam dan Kristen sebenarnya telah bertemu saat nabi Muhammad saw. berada di Mekkah. Kala itu nabi Muhammad saw. mulai menyebarkan agama Islam secara terbuka yang diantara dakwahnya seruannya melarang penduduk Mekah menuhankan selain Allah Swt..

Kala itu Rasulullah dan para sahabatnya sering mendapatkan ancaman teror dan intimidasi yang bahkan sampai mengancam keberlangsungan umat Islam, sehingga mereka memutuskan untuk berhijrah ke Etiopia dan negara ini dipilih karena rajanya yang bernama Najasi (Negus) dikenal dengan orang yang sangat baik dan bijak.

Baca Juga:  Menyelami Asal Mula Istilah Pesantren dalam Sejarah

Dalam Fiqih as-Sirah yang ditulis Muhammad Buthi, hijrah yang dipimpin oleh Jakfar bin Abi Thalib di Etiopia itu mendapat sambut yang romantis dari raja dan rakyatnya. Diriwayatkan, setelah dijelaskan tentang agama Islam yang esensi ajarannya sama dengan ajaran yang dibawa nabi Isa ataupun para nabi sebelumnya berupa ajaran tauhid (mengesakan Tuhan). Sang Raja Najasi beserta sejumlah pendeta dan rahib Nasrani di negara tersebut merasa terharu.

Raja Najasi dikabarkan sampai menitikkan air mata, saat dibacakan beberapa ayat dari Surat Maryam yang menceritakan kelahiran dan kenabian Isa, selain kesucian ibunya, Maryam. Padahal sebelumnya orang-orang Mekkah telah mengirim utusan, Amr bin Ash dan Umarah bin al-Walid, yang meminta raja menolak kehadiran umat Islam namun Raja Najasi lebih memercayai sahabat nabi SAW.

Kala itu sikap raja Najasi dan sejumlah pendeta Nasrani membenarkan ajaran tauhid yang dibawa Rasulullah inilah yang digambarkan dalam Q.S Al-Maidah ayat 82 bahwa orang-orang Nasrani itu lebih dekat persahabatannya dengan orang Islam.

Saat dibacakan al-Qur’an mereka langsung mengakui kebenarannya, terutama yang berkaitan dengan keesaan Allah dan kedatangan Rasul Muhammad, karena hal demikian itu juga telah tercantum dalam kitab-kitab suci yang telah diwahyukan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad seperti Nabi Isa, Musa, Yaqub dan lainnya.

Toleransi juga tergambar ketika Islam berjumpa dengan Romawi. Dalam buku yang ditulis Sudarto berjudul Konflik Islam-Kristen dijelaskan bahwa Heraclius kala itu adalah Raja Romawi yang berkuasa di Syam. Ketika menerima surat yang dikirim Nabi Muhammad juga mengakui kebenaran dari ajaran keesaan Tuhan yang diuraikan dalam surat yang diterimanya.

Namun karena ia masih mempertimbangkan kedudukannya, maka ia tidak berani menyatakan terang-terangan menjadi seorang muslim. Heraclius hanya bisa menyatakan bisa mengerti dan memahami isi surat nabi Muhammad SAW. Ketika beberapa raja dari negara tetangga membujuk Heraclius untuk membalas kiriman surat nabi SAW dengan mengadakan perlawanan senjata dan mereka siap membantu, namun sang raja menolak. Dengan tegas menyatakan tidak akan bermusuhan dengan pemerintahan Islam Madinah. Hal yang sama juga disampaikan oleh raja Muqauqis di Mesir, setelah ia menerima surat dari nabi SAW.

Baca Juga:  Benarkah Cincin Tunangan Bid’ah dan Haram?

Menurut catatan Max I Dimont, seorang sejarawan Yahudi sebagaimana dikutip Nurcholish Madjid dalam bukunya “Islam, Doktrin dan Peradaban”, Dimont menyebutkan politik yang dibawa Islam saat masuk ke Spanyol (Andalusia) merupakan rahmat yang mengakhiri kekuasaan Bani Umayyah selama 500 tahun.

Kebebasan beragama benar-benar dijamin di Spanyol dengan menghasilkan harmonisasi umat Islam, Kristen dan Yahudi. Mereka hidup rukun dan damai sehingga bisa menghantarkan Spanyol berada di puncak kejayaan dan peradaban, dengan sumbangannya yang sangat besar di bidang saintek di Barat. Dimont menggambarkan kebebasan beragama yang dikembangkan pemerintah Islam saat itu telah menciptakan Spanyol sebagai negara untuk tiga agama.

Rekomendasi

Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim

Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim

Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim

Berbuat Baik terhadap Non-Muslim dalam Prinsip al-Quran

Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim

Pentingnya Sikap Toleransi dalam Kajian Hadis Nabi

Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim

Tafsir Surah al-Mumtahanah Ayat 8: Menghormati Pemeluk Agama Lain

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

Komentari

Komentari

Terbaru

Haul ke-15 Gus Dur: Mengasah Nurani untuk Membela yang Lemah

Berita

Shalat Perempuan, Haruskah Memakai Mukena? Shalat Perempuan, Haruskah Memakai Mukena?

Shalat Perempuan, Haruskah Memakai Mukena?

Muslimah Daily

Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya

Ratna Indraswari Ibrahim: Perempuan Difabel yang Berdaya

Tak Berkategori

Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab

Kesopanan Lebih Dihargai Daripada Umur: Etika Berbahasa dan Tanggung Jawab

Muslimah Daily

Enam Hal yang Membatalkan Wudhu Enam Hal yang Membatalkan Wudhu

Benarkah Wudhu Dapat Menggugurkan Dosa?

Ibadah

Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif

Konsekuensi Ketiadaan Suara Perempuan di Lembaga Legislatif

Muslimah Talk

pendidikan perempuan pendidikan perempuan

Profesi-profesi Perempuan di Masa Nabi Saw

Muslimah Daily

Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual? Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual?

Tafsir Hadis: Benarkah Perempuan Kurang dalam Hal Akal dan Spiritual?

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Kata Nabi Tentang Seseorang yang Senang Membully Temannya

Kajian

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

ratu bilqis ratu bilqis

Tafsir Q.S An-Naml Ayat 23: Meneladani Kepemimpinan Ratu Balqis dalam Politik

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Bolehkah Akikah Anak Kembar dengan Satu Kambing?

Ibadah

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Connect