Ikuti Kami

Diari

Tapak Tilas Jejak Mahaguru Ulama Nusantara di Kakap Darat (Eps. 5)

Ulama Nusantara ; Kiai Sholeh Darat
Ulama Nusantara

BincangMuslimah.Com – Tapak tilas jejak mahaguru ulama nusantara ini masih terus berlanjut. Kereta yang membawaku berhenti di Stasiun Gubug. Hujan masih setia berjatuhan saat aku turun dari kereta. Ya… inilah kampung halamanku, Gubug, salah satu kecamatan di Kabupaten Grobogan. Sembari menunggu hujan reda, aku menghubungi kakak sepupuku mengabarkan bahwa aku telah sampai di stasiun.

Tak begitu lama, tampak dari kejauhan seseorang yang mengendarai motor beat merah melaju ke arahku menerobos gerimis yang masih rintik-rintik. Ya betul, itu kakakku. Aku segera naik ke boncengan dan dia segera menyalakan mesin lalu meninggalkan stasiun bersama sisa-sisa air hujan.

10 menit kemudian, kami memasuki gerbang Desa Kunjeng, desa di mana aku dilahirkan dan menghabiskan waktu kecil di sini. Banyak perubahan yang terjadi. Jalanan desa kini makin mulus bak jalan tol di daerah perkotaan. Hanya gubuk kakekku saja yang masih tegak bersahaja begitu saja sedari dulu kala.

Sesampainya di depan rumah, kuamati sekeliling bangunan yang usianya bahkan lebih tua dari umurku ini. Dulu rumah ini tampak gagah dengan halaman luas yang biasanya aku gunakan untuk bermain dengan saudara-saudaraku. Tapi kini ia tampak rapuh dan makin reyot belum lagi setelah penghuninya satu per satu mengucapkan selamat tinggal.

Tak seberapa lama azan maghrib berkumandang dari Mushola al-Ikhlas yang berada tepat di depan rumah. Malam ini aku memadu kasih dan menebus rindu pada sanak keluarga dan kampung halamanku.

Keesokan harinya aku berniat untuk kembali melanjutkan tapak tilas yang sudah ku mulai sejak kemarin. Namun apa hendak dikata, aku masih ingin menghabiskan waktuku bersama keluarga. Walhasil, aku mengurungkan niat tadi dan memutuskan untuk menikmati waktu kebersamaan ini.

Baca Juga:  Dear Muslimah, Sikapilah Rasa Cinta dengan Bijaksana

Sembari menikmati momen yang sangat berharga ini, kubuka kitab yang kubeli kemarin. Ya, tugas kali ini adalah membaca dan memahami salah satu kitab yang menjadi calon objek kajian takhrijku. So… meskipun perjalanan tapak tilas terjeda, aku punya kewajiban untuk membaca kitab Majmu’at al-Syariat al-Kafiyat li al-‘Awam.

Seharian itu aku tak pergi ke mana-mana kecuali mengunjungi beberapa sanak keluarga dan selebihnya waktu kuhabiskan untuk membaca. Akhirnya dalam kurun waktu satu hari dua malam, kitab tersebut bisa kukhatamkan. Setelah membaca sekilas isi kitab tersebut, ada rasa kurang sreg untuk menjadikannya sebagai objek penelitian. Akhirnya aku bertekad, esok hari aku harus memulai tapak tilas ini kembali.

Keesokan paginya, aku siap melanjutkan petualangan menelusuri jejak sang mahaguru ulama nusantara ini. Aku nebeng ke sepupuku sampai Semarang karena kebetulan ia kuliah di Semarang. Aku turun di jalan Majapahit dan pergi ke halte yang berada di depan kampus sepupuku.

Baiklah, tebengan cukup sampai sini dan mari kita lanjutkan perjalanan dengan busway. Sudah menjadi hal yang biasa bagiku untuk bepergian dengan busway karena biasanya aku juga lebih memilih moda transport ini saat di Jakarta.

Busway melaju di keramaian lalu lintas Semarang. Di sini, busway belum memiliki jalur sendiri. Jadi ia harus berbagi jalan dengan kendaraan yang lain. Busway kini melewati kawasan Simpang Lima, jantung kota Bandeng Presto ini. Aku pun turun di shulter pusat busway yang berada di Simpang Lima.

Kali ini aku akan pergi ke daerah Bergota tepatnya ke Taman Pemakaman Umum (TPU) Bergota untuk menziarahi makam salah satu mahaguru ulama Indonesia. Siapakah beliau? Ikuti saja ceritanya.

Baca Juga:  Tapak Tilas Jejak Mahaguru Ulama Nusantara di Kakap Darat (Eps. 2)

Setelah turun dari busway, aku langsung keluar dari busway dan langsung memesan gojek untuk menuju ke Bergota. Gojek datang dan kami segera melenggang meninggalkan kawasan Simpang Lima, melewati jalan Pandanaran, dan tak lama kami memasuki kawasan yang kanan dan kiri jalannya banyak orang yang berjualan bunga yang biasa disekar di atas makam.

Bapak gojek dengan baik hati sedia mengantarkanku hingga ke area makam. Sesampainya di tempat, tampak sebuah banner bertuliskan “Makam Kiai Sholeh Darat”. Ya… sampai sini kalian tau kan siapa yang jejaknya ingin aku telusuri.

Makam Kiai Sholeh Darat ini berada di area TPU Bergota dan di sekitarnya tampak padat makam-makam warga yang saling berhimpitan. Sungguh padat sekali pemakaman di sini, cukup sulit jalan di antara makam-makam yang jaraknya sangat sempit.

Aku pun segera mengambil posisi duduk di dekat makam beliau lalu mulai merapal bacaan dan doa. Usai berziarah, aku mendekati penjaga makam. Lalu dia menjelaskan bahwa makam akan sepi saat hari-hari biasa. Ia baru akan ramai pada malam Jumat atau saat pelaksanaan haul. Hari itu aku datang hari Kamis, jadi mungkin malam harinya akan ramai. Tapi ya sudahlah.

“Kalo Masjidnya Kiai Sholeh Darat teng pundi nggeh, bu?”, tanyaku.

“Wah kalo masjidnya bukan di sini, Mbak. Tapi di daerah Kakap dekat Stasiun Semarang Poncol?”, jawab sang penjaga makam.

Setelah pamit aku pun memutuskan untuk pergi ke Masjid Kiai Sholeh Darat sekaligus ingin sowan ke dzurriyah beliau. Tapi belum sempat kupesan gojek, gawaiku mati. Aku segera memindahkan kartu sim ke tabletku yang baterainya cukup banyak. Segera ku pesan grab lewat tablet tersebut menuju ke Stasiun Tawang.

Baca Juga:  Kyai Kholil Bangkalan Sang Maha Guru

Mengapa ke Stasiun Tawang? Inilah hal konyol yang pernah aku lakukan. Aku hanya ingin numpang nge-charge HP di stasiun wkwk. Mengapa tak mengandalkan tablet saja? Tabletku tak punya banyak fitur, hanya tersedia Grab bahkan WA pun tak ada. Memorinya pun kurang bisa diandalkan. That’s why it’s important to recharge the phone.

Saat itu jam masih menunjukkan pukul 11.00. Baru seperempat jam HP di-cas tiba-tiba seorang bapak mencabut kabel charge-ku dan menggantinya dengan kabelnya (dia hanya makai kepala charge-ku).

Tentu aku gregetan, tapi dia memohon dan berjanji hanya setengah jam karena dia ada keperluan urgent. Akhirnya aku mengiyakan dan ia berlalu ke kantor Customer Service. Aku kesal begitu kulihat yang di-charger adalah powerbank.

Kekesalanku juga semakin menjadi-jadi saat sudah hampir sejam dan dia tak kunjung datang. Rasanya ingin mencabut kepala charge-ku dan meninggalkan powerbanknya begitu saja. Tapi ada bisikan lain yang menenangkanku.

Setelah sejam dia kembali dan aku meminta izin untuk mengambil milikku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu, aku pun mengurungkan niat untuk pergi ke daerah Kakap. Mood dan semangatku sudah kurang baik.

Aku segera menghubungi temanku lewat tabletku yang masih hidup. Sebelumnya sudah kukabari bahwa mungkin nanti akan kurepoti. Lalu aku memintanya untuk memberi arahan busway mana yang harus aku naiki untuk menemuinya. So, hari ini perjalanan terputus di sini dan besok semoga mood-ku kembali membaik.

Bersambung

Rekomendasi

Hukum haul orang meninggal Hukum haul orang meninggal

Hukum Haul untuk Memperingati Orang yang Sudah Meninggal

bantahan ketuhanan nabi isa bantahan ketuhanan nabi isa

Ijtihad Ulama tentang Sab’ah Ahruf

kesejahteraan guru belum tercapai kesejahteraan guru belum tercapai

Pandangan Islam akan Kesejahteraan Guru yang Belum Tercapai

Kyai Kholil Bangkalan Sang Maha Guru

Ditulis oleh

Tim Redaksi Bincang Muslimah. Penulis adalah alumnus Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah dan Pondok Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat

Komentari

Komentari

Terbaru

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect