BincangMuslimah.Com- Ketika seorang Muslim meninggalkan shalat fardhu, ia memiliki kewajiban untuk mengganti shalat tersebut atau qadha’ shalat. Qadha’ shalat adalah melaksanakan shalat di luar waktu shalat dengan tujuan untuk mengganti shalat yang tertinggal pada waktunya. Namun, dalam fikih, terdapat beberapa waktu yang haram untuk melakukan shalat. Lantas kapan waktu yang tepat untuk qadha’ shalat dan apakah boleh jika melakukan qadha’ shalat ini pada waktu-waktu yang haram untuk shalat?
Waktu Haram Shalat
Syekh Ibn Qasim di dalam kitab Fath al-Qarib al-Mujib fi Syarh Alfaz al-Taqrib halaman 91-92 berpendapat bahwa terdapat 5 waktu yang haram untuk melakukan shalat. Kelima waktu tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, setelah melaksanakan shalat subuh hingga terbit matahari.
Kedua, ketika matahari sedang terbit hingga terbitnya sempurna dan naik seukuran tombak.
Ketiga, ketika matahari berada di tengah-tengah langit hingga tergelincir matahari kecuali pada hari jum’at.
Keempat, setelah shalat asar hingga terbenam matahari.
Kelima, ketika matahari sedang terbenam hingga terbenamnya sempurna.
Kewajiban Qadha’ Shalat
Qadha’ shalat merupakan kewajiban seorang muslim ketika meninggalkan shalat fardhu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam kitab Musnad Abi Ya’la juz 5 halaman 409:
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ نَامَ عَنْ صَلَاةٍ أَوْ نَسِيَهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا»
“Dari Anas, ia berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, barang siapa yang tertidur atau lupa kemudian meninggalkan shalatnya, maka hendaklah ia shalat ketika ia ingat.”
Berdasarkan hadis ini dapat kita pahami bahwa ketika shalat tertinggal, maka harus mengqadha’. Meskipun meninggalkan shalat tersebut karena sebab lupa ataupun tidur.
Dalam kondisi lain, hukum qadha’ shalat juga wajib. Sebagaimana pendapat Syekh Zainuddin di dalam kitab Fath al-Mu’in bi Syarh Qurrah al-‘Ain bi Muhimmat al-Din halaman 36:
إنما تجب المكتوبة أي الصلوات الخمس على كل مسلم مكلف أي بالغ عاقل ذكر أو غيره طاهر فلا تجب على كافر أصلي وصبي ومجنون ومغمى عليه وسكران بلا تعد لعدم تكليفهم ولا على حائض ونفساء لعدم صحتها منهما ولا قضاء عليهما بل تجب على مرتد ومتعد بسكر
“Shalat lima waktu itu wajib bagi setiap muslim yang mukallaf yaitu yang baligh dan berakal, baik laki-laki ataupun lainnya lagi suci. Sehingga shalat tidak wajib kepada orang kafir asli, anak kecil, orang gila, ayan dan mabuk yang tidak sengaja karena mereka tidak mukallaf. Shalat juga tidak wajib bagi perempuan haid dan nifas karena tidak adanya keabsahan shalat pada perempuan tersebut. Sehingga perempuan yang haid dan nifas tidak wajib untuk qadha’ shalat. Sedangkan wajib untuk qadha’ shalat bagi orang yang murtad dan orang yang mabuk karena sengaja.
Berdasarkan hal ini, kita wajib untuk mengqadha’ setiap shalat yang kita tinggalkan. Kecuali sebab meninggalkan shalat ialah karena adanya uzur perempuan seperti haid, nifas dan wiladah yang memang haram untuk melaksanakan shalat.
Shalat Qadha’ pada Waktu Haram Shalat
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa qadha’ shalat hukumnya adalah wajib. Sehingga sejatinya melakukan qadha’ shalat pada waktu haram shalat hukumnya boleh-boleh saja. Sebagaimana sabda Rasulullah di atas yang menyebutkan bahwa qadha’ shalat orang yang lupa dan tidur. Waktu qadha’ shalat tersebut yakni pada saat teringat yang menunjukkan bahwa bisa melakukan qadha shalat kapan saja.
Selain itu, syekh al-Malibary juga mengutip pendapat Syekh Hajar al-Haitamy di dalam kitab Fath al-Mu’in halaman 37 tentang pelaksanaan qadha’ shalat terutama shalat yang ditinggalkan karena sengaja:
قال شيخنا أحمد بن حجر رحمه الله تعالى: والذي يظهر أنه يلزمه صرف جميع زمنه للقضاء ما عدا ما يحتاج لصرفه فيما لا بد منه وأنه يحرم عليه التطوع
“Syekh Ahmad bin Hajar rahimahullah berpendapat, menurut pendapat yang jelas bahwa seseorang yang meninggalkan shalat karena sengaja seharusnya mengerahkan semua waktunya untuk qadha’ shalat, kecuali pada waktu-waktu yang memang digunakannya untuk memenuhi kebutuhan. Dan ketika memiliki kewajiban qadha’ tersebut, seseorang yang bersangkutan haram untuk melakukan shalat sunnah.”
Dengan demikian, hukum mengerjakan qadha’ shalat pada waktu yang dilarang untuk melakukan shalat boleh-boleh saja. Bahkan seharusnya waktu milik seorang muslim memang harus ia kerahkan untuk menqadha’ shalat-shalat yang ia tinggalkan.