Ikuti Kami

Muslimah Talk

Keberanian Lesti Patut Dipuji Saat Korban KDRT Lain Masih Banyak yang Bungkam

KDRT Bongkar aib suami hukum diskriminatif perempuan disabilitas
https://www.befren.com/

BincangMuslimah.Com – Belakangan, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ramai mencuat. Pengakuan dari penyanyi dangdut kondang, Lesti Kejora yang telah menjadi korban KDRT dari sang suami jelas menarik perhatian. Aksi pelaporan ini selain menarik keprihatinan, pun turut banjir pujian. Keberanian Lesti yang melaporkan tindakan suaminya karena telah menjadi korban KDRT membuktikan ketegasan dirinya. Karena nyatanya, sebagian besar korban KDRT masih banyak yang bungkam.

KDRT sendiri merupakan kekerasan berbasis gender yang berada di ranah personal. Dalam situasinya, pelaku dan korban biasanya berada dalam hubungan yang dekat. Misal, ayah kepada anak, paman kepada keponakan, hingga suami dengan istri. 

Untuk melindungi setiap warga negara dari bentuk KDRT, pemerintah sendiri sebenarnya telah membuat sebuah regulasi terkait hal ini. Yaitu di dalam Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2004, tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). 

Di dalam aturan tersebut, sebenarnya pemerintah telah memberikan jaminan pada setiap warga. Dengan tujuan dapat mencegah terjadinya KDRT. Aturan ini pun mencantum tentang penindakan pelaku kekerasan dalam rumah tangga. 

Dalam regulasi ini, dijelaskan secara jelas sanksi apa yang akan diterima dari KDRT ini. Sanksi maksimal dikenakan paling lama 10 tahun untuk kekerasan yang tergolong berat. Di mana menyebabkan seseorang mengalami sakit hingga luka berat. Sedangkan korban yang meninggal dunia, pelaku akan dikenakan sanksi kurungan maksimal 15 tahun. 

Berbeda dengan sanksi yang melibatkan kekerasan fisik, psikis dan seksual. Kalaulah mengakibatkan korban tidak sembuh, kandungan mengalami keguguran hingga tidak dapat disembuhkan, pelaku mendapatkan hukuman selama 20 tahun. 

Lebih lanjut, aturan ini pun turut melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga. Satu hal yang penting untuk diketahui. Masyarakat ini kebanyakan masih menganggap jika KDRT hanya terjadi setelah terjadi kekerasan fisik. Adanya pukulan, tendangan dan sebagainya. Padahal bukan hanya itu saja. KDRT bisa dalam bentuk kekerasan yang lain. 

Baca Juga:  Pentingkah Memikirkan Kembali Humanisme bagi Perempuan?

Merujuk pada Komite Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Cedaw), terdapat beragam bentuk KDRT. Di antaranya kekerasan fisik, psikis, seksual hingga penelantaran rumah tangga. 

Aturan telah ada, definisi pun sudah jelas, apakah beberapa ketentuan di atas efektif menekan laju tindakan KDRT? Nyatanya tidak begitu. Berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan tahun 2020, KDRT atau kekerasan ranah personal tercatat menempati pada urutan pertama. 

Tidak main-main, angkanya mencapai hingga 75,4 persen jika dibandingkan dengan kekerasan di ranah lainnya. Dan dari 11.105 kasus kekerasan ranah personal yang ada, sebanyak 6.555 merupakan kekerasan terhadap istri, atau sekitar 59 persen dari total kasus. 

KDRT adalah Fenomena Gunung Es

Selain bersedih dan bersimpati, langkah berani dari Lesti Kejora perlu dipuji. Tidak banyak perempuan yang ‘kuat’ dan ‘berani’ melaporkan tindak KDRT yang menimpa atas dirinya. Korban sebagian besar memilih untuk diam dan tidak mengadu. 

Sehingga, situasi ini cocok disebut sebagai fenomena gunung es. Tidak gencar dibicarakan, namun ternyata banyak terjadi di lingkungan sekitar. Bukan tanpa alasan kenapa situasi ini masih saja terjadi. 

Pertama, tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suami pada istri hingga anak dianggap lumrah. Pada sebagian wilayah Indonesia yang masih memegang kental prinsip patriarki, kekerasan kerap disebut sebagai proses pendidikan. Laki-laki, dalam hal ini suami punya hak ‘mengendalikan’ setiap anggota keluarga. 

Kedua, manipulatif. Pelaku kerap membungkus tindak kekerasannya dengan kalimat bahwa ia akan berubah. Berkali-kali diucapkan kalimat manis seperti ungkapan rasa cinta. Perilaku manipulatif ini yang membuat korban ragu untuk mengadu. Tidak jarang pelaku malah bersikap play victim.

Ketiga, konstruksi dan kerangka moralitas sosial yang dibangun oleh lingkungan setempat. Nilai-nilai patriarki masih mengakar di Indonesia. Tidak heran jika pandangan perempuan adalah tonggak moralitas suatu negara atau keluarga masih menetap di dalam pikiran orang-orang. 

Baca Juga:  Perempuan Rentan Menjadi Korban KDRT, Kenali Faktor Penyebabnya!

Perempuan ‘harus’ menjelma sebagai sosok ibu yang rela berkorban, salah satunya menjaga keutuhan rumah tangga demi sang anak-anak. Padahal menahan diri dalam sebuah hubungan yang bersifat toxic bukanlah keputusan yang bijak. Tidak hanya pada istri, KDRT bisa saja merembet pada anak-anak. 

Keempat, kurangnya dukungan dan stigma yang melekat. Dukungan pada perempuan yang menjadi korban kekerasan saat ini masih rendah. Belum banyak yang beranggapan KDRT merupakan suatu hal yang lumrah. Sehingga terbuka jika diri adalah korban KDRT kerap dituding membuka aib suami. 

Belum lagi tuduhan yang cukup mengesankan dan sering ditemukan. Di mana korban sering disalahkan karena perilaku kekerasan yang ia alami. Bahwa tindak kekerasan tersebut disebabkan oleh dirinya karena begini dan begitu. 

Kelima, faktor ekonomi. Sebagian perempuan yang tidak terbuka bahwa dirinya adalah korban KDRT biasanya disebabkan karena faktor ekonomi. Istri tidak mandiri secara finansial, sehingga merasa tidak punya kuasa atas dirinya.

Oleh karena itu dapat disimpulkan jika korban KDRT sebagian besar masih bungkam dengan banyak faktor. Di sisi lain, tindakan terbuka Lesti Kejora diharapkan dapat memberikan dorongan pada para korban lainnya untuk berani dan tidak takut untuk terbuka. Kekerasan perlu dicegah dan diberantas hingga ke akar-akarnya. Tidak ada alasan yang ‘menghalalkan’ segala bentuk kekerasan.

Rekomendasi

Tetangga Alami KDRT Tetangga Alami KDRT

Tetangga Alami KDRT, Kita Harus Lakukan Ini

dampak anak menyaksikan KDRT dampak anak menyaksikan KDRT

Bahaya! Ini Dampak Buruk Anak Menyaksikan KDRT

kekerasan pada anak kekerasan pada anak

Anak Kerap Jadi Korban Kekerasan dalam Keluarga; Bentuk Ketidakmampuan Orangtua Memproses Emosi

Pembunuhan Empat Anak Jagakarsa Pembunuhan Empat Anak Jagakarsa

Kasus Pembunuhan Empat Anak di Jagakarsa: KDRT Adalah Kejahatan yang Harus Diproses Secara Hukum 

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Islam kebebasan syeikh mutawalli Islam kebebasan syeikh mutawalli

Antara Islam dan Kebebasan Menurut Syeikh Mutawalli al-Sya’rawi

Kajian

korban kdrt dapat perlindungan korban kdrt dapat perlindungan

Di Zaman Rasulullah, Korban KDRT yang Melapor Langsung Dapat Perlindungan

Kajian

tetangga beda agama meninggal tetangga beda agama meninggal

Bagaimana Sikap Seorang Muslim Jika Ada Tetangga Beda Agama yang Meninggal?

Kajian

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

doa tak kunjung dikabulkan doa tak kunjung dikabulkan

Ngaji al-Hikam: Jika Doa Tak Kunjung Dikabulkan

Kajian

rasulullah melarang ali poligami rasulullah melarang ali poligami

Kala Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib untuk Poligami

Khazanah

puasa syawal kurang enam puasa syawal kurang enam

Puasa Syawal Tapi Kurang dari Enam Hari, Bagaimana Hukumnya?

Kajian

orang tua beda agama orang tua beda agama

Bagaimana Sikap Kita Jika Orang Tua Beda Agama?

Khazanah

Trending

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

nama bayi sebelum syukuran nama bayi sebelum syukuran

Hukum Memberi Nama Bayi Sebelum Acara Syukuran

Ibadah

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

Connect