Ikuti Kami

Muslimah Talk

Memaknai Hari Ayah: Peduli Kesehatan Mental Kepala Keluarga yang Kerap Terabaikan

hak cuti ayah kesetaraan
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Pada minggu ketiga di bulan Juni, dunia memperingati hari ayah atau International Father’s Day. Perayaan ini memang berbeda dengan Hari Ayah Nasional setiap tanggal 12 November. Meski begitu, esensi dari perayaan hari ayah ini tetaplah sama, yaitu mengingat pengorbanan ayah sekaligus menghormati beliau dan memperdulikan kesehatan mental pada dirinya.

Tapi tetap, menghormati ayah tidak hanya harus di hari perayaan saja. Sudah semestinya hal ini dilakukan setiap harinya.  Lalu, bagaimana kita sebagai seorang anak melihat sosok dari keberadaan seorang ayah? 

Ketika masih kecil, mungkin bagi sebagian orang berpandangan jika ayah merupakan sosok kepala keluarga yang keras dan tegas. 

Masyarakat kita kerap menyebutkan jika peran kepala keluarga harus diteguhkan pada sosok laki-laki. Di samping karakter yang tegas, ayah pun dipandang sebagai seseorang yang selalu menanggung segala beban sendirian. 

Ketika terjadi suatu hal yang teramat berat, entah itu masalah keuangan, sosial hingga hal yang mengganggu kenyamanan keluarga, ayah selalu menanggungnya sendiri. Laki-laki yang diposisikan sebagai kepala keluarga dituntut untuk tidak terlihat lemah, kuat dan tahan dengan segala tekanan. 

Nyaris tidak ada anak yang melihat ayah menangis atau berbagi cerita soal suatu masalah. Namun haruskah demikian? Membicarakan apa yang dipikirkan, berbagi persoalan dan mengobrol soal kesehatan mental memang masih menjadi hal yang ‘tabu’ dibicarakan. 

Laki-laki yang banyak mengungkapkan perasaan dan mengekspresikan emosi dianggap tidaklah gentleman. Hal ini pulalah yang membuat laki-laki enggan berbicara soal kesehatan mental. Dan ketika sudah mengalami stres, tidak sedikit yang melepaskannya pada tindakan tidak baik, seperti kekerasan. 

Atau walau pun terkadang laki-laki atau ayah merasa kondisinya sudah membutuhkan penanganan, mereka memutuskan untuk mendiamkan. Enggan untuk mengunjungi pihak profesional.

Baca Juga:  Ning Khilma Anis; Bu Nyai Muda yang Berdakwah Melalui Karya Sastra

Melansir dari BBC.com, setidaknya sekitar 40 menit, satu orang meninggal dunia akibat bunuh diri. Yang membuat sedih adalah sebagian besar dari mereka adalah laki-laki yang enggan untuk bertemu ke pihak profesional untuk meminta pertolongan. 

Tidak mengherankan. Karena jangankan meminta pertolongan, mengekspresikan kesedihan pun tidak bisa. Bahkan untuk sekadar menangis. Masih dalam artikel BBC.Com, kajian di Inggris menyebutkan jika 55 persen laki-laki berusia 18-24 tahun merasa jika menangis menjadikan mereka sebagai laki-laki yang tidak maskulin. 

Di sisi lain, bukan hanya ibu,  laki-laki atau ayah bisa mengalami Postpartum Blues. Usai melahirkan, ibu memang rentan alami Postpartum Blues. Di mana sang ibu bisa mengalami depresi usai melahirkan anak. Situasi ini terjadi diakibatkan perubahan hormon pasca melahirkan. 

Nyatanya, situasi ini juga bisa berdampak pada sang ayah. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Postpartum Blues pada sang ayah. Satu di antaranya adalah kekhawatiran dengan kondisi finansial. 

Kemunculan anggota baru tentu menjadi perhatian bagi sang ayah. Apakah kebutuhan dapat tercukupi dengan baik tanpa kekurangan apa pun. Selain itu keraguan akan kesiapan menjadi seorang ayah pun kerap muncul pada laki-laki yang baru saja menjadi orangtua. 

Apakah bisa menjadi seorang ayah yang baik. Bisa menunjukkan sosok atau figur baik di depan anak kelak. Atau bisakah merawat anak dan mengasuhnya secara baik hingga ia dewasa nanti. Banyaknya kekhawatiran yang muncul ini memengaruhi hormon kortisol yang berujung pada gangguan kesehatan. 

Melihat situasi ini, sudah saatnya keluarga memerhatikan kondisi kesehatan ayah. Lalu mengenyahkan segala stigma soal laki-laki terkait isu kesehatan mental. Karena jika kesehatan mental ayah tidak mendapatkan penanganan yang tepat, tidak hanya akan berdampak pada kesehatan fisik saja. 

Baca Juga:  Pascamanusia dan Pascaperempuan: Perspektif Feminis di Masa Depan

Namun juga berdampak pada kesehatan psikis karena melahirkan rasa stres dan berujung depresi. Selain itu, ketika memutuskan untuk mendiamkan saja, maka ada emosi yang tidak selesai dan menjadi sengkarut. Dan yang dikhawatirkan melampiaskan pada hal yang tidak baik seperti alkohol atau kekerasan. 

Dampak negatif lainnya, perilaku ayah yang tidak dapat memproses rasa sakitnya, lalu melampiaskan pada hal yang tidak baik, dikhawatirkan malah ditiru oleh sang anak. Seperti yang diketahui, anak-anak meniru apa yang dilihatnya. Dan anak kerap menjadikan orangtua sebagai ‘referensi’ pembelajaran hidup. 

Terkait pembelajaran untuk memproses permasalahan mental, Islam juga memberikan cara untuk memberikan ketenangan. Salah satunya dengan mendekatkan diri kepada Allah dan selalu mengingat keberadaan-Nya. Hal ini disampaikan banyak di dalam Al-Quran Surah Ar-Ra’ad ayat 28.

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ   

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Menurut Zubadut Tafsir Min Fathil Qadir oleh Syaikh dr Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, Mudaris Tafsir Universitas Islam Madinah dijelaskan jika ayat ini menjelaskan jika hati akan mendapatkan ketenangan saat mengingat Allah SWT.  

Oleh karenanya, perlu bagi orangtua khususnya ayah untuk mulai bisa memproses masalah kesehatan mental. Tidak sungkan untuk meminta pertolongan pada pihak profesional dan tidak mengingkari apa yang dirasakan. 

Tidak hanya itu, ayah yang telah memiliki kepedulian terhadap kesehatan mental, perlu juga berbagi edukasi pada anak. Memberikan penjelasan soal isu kesehatan mental pada anak dengan bahasa yang dipahami. Usaha ini selain menjadi pembelajaran, dapat pula mempererat ikatan keluarga.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

sayyidah nafisah guru syafi'i sayyidah nafisah guru syafi'i

Aisyah binti Saad bin Abi Waqqash : Tabi’in Perempuan yang Menjadi Guru Para Ulama

Muslimah Talk

Hari Guru Nasional: Urgensi Guru Sebagai Pendidik Generasi Bangsa Hari Guru Nasional: Urgensi Guru Sebagai Pendidik Generasi Bangsa

Hari Guru Nasional: Urgensi Guru Sebagai Pendidik Generasi Bangsa

Khazanah

Anak Meninggal Sebelum Hari Ketujuh, Masihkah Diakikahi?

Ibadah

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect