BincangMuslimah.Com – Islam datang sebagai agama yang rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam termasuk di dalamnya adalah kaum perempuan. Pada zaman sebelum Nabi Muhammad di utus (jahiliyyah), keberadaan kaum perempuan sungguh miris sekali, mereka bagaikan barang yang tak berharga diperdagangkan, dijual bahkan diwariskan dan yang lebih parah lagi bayi perempuan yang lahir pada masa itu dikubur hidup-hidup.
Kultur masyarakat Arab pada waktu itu masih mengedepankan tradisi meghapal dari pada menulis dan dominasi menghapal adalah kaum patriaki, namun ketika Islam datang, kaum perempuan juga ikut andil dalam tradisi menghapal tak terkecuali as-Syifa’ yang menjadi guru baca-tulis pertama di jaman Nabi Muhammad.
As-Syifa’ nama nasabnya as-Syifa’ binti Abdillah ibnu Syams ibn Khalaf ibnu Sada ibnu Abdillah al-Quraisyyah dalam kitab tabaqat al-Kubra disebutkan ia termasuk perempuan yang pertama masuk Islam. Ia juga merupakan istri Abu Khasmah
As-Syifa’ termasuk perempuan multitalent, terbukti ketika belum masuk Islam ia dapat menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu pengobatan, manajemen pasar, dan baca-tulis (literasi). Alhasil, ketika masuk Islam posisinya, sangat urgen sekali terhadap dakwah perkembangan Islam pada waktu itu.
Sesuai namanya as-Syifa’ yang berarti obat. Sebagai perempuan multitalent dalam berbagai bidang, ia juga pandai dalam ilmu pengobatan. Sebagaimana diriwayatkan dari Sunan abu Dawud juz 10 halaman 291 yang artinya,
“Rasulallah datang kepadaku ketika aku berada di rumah Hafsah dan berkata kepadaku, “wahai Syifa ajarkanlah kepada Hafsah (istri Nabi MuihammadI) mengobati penyakit sebagaimana engkau mengajarinya perihal tulis-menulis.”
Salah satu pengobatannya adalah ruqyah dan ahli pengobatan penyakit kulit. Adapun ruqyah yang digunakan oleh as-Syifa’ sebagaimana dalam kitab Aunul Ma’bud adalah Ruqyah yang menggunakan namlah, yang merupakan nama penyakit yang ada pada tubuh manusia. Oleh karena itu, Nabi mendukung segala aktivitasnya, kemudian Nabi memberikan rumah khusus untuk as-Syifa dan anak-anaknya.
as-Syifa merupakan perempuan yang cerdas, dengan kelebihannya dalam bidang tulis menulis maka tak jarang Umar bin Khattab meminta pendapatnya dalam berbagai urusan termasuk manajemen pasar Madinah. Umar memberikan posisi yang sangat strategis, dia ditunjuk oleh Umar sebagai kepala pasar Madinah, karena Umar melihat kecakapan, kompetensi dan kapabilitasnya yang di anggap mampu mengurusi pasar tersebut, sehingga Umar bin Khattab tidak ragu memberikan kepercayaan tersebut.
Selain pandai ilmu kedokteran (pengobatan) dan kemampuan menulis, ternyata as-Syifa’ juga seorang periwayat Hadis. Hadis yang ia riwayatkan dominannya dalam kitab sunan Abu Daud. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, dalm kitab al-Ishobah fi Tamizi Shohabah menjelaskan bahwa ia merupakan tokoh ilmuan wanita, nama sebenarnya adalah Laila, selain itu ia juga mempunyai nama samaran Ummu Sulaiman.
Nama as-Syifa’ mempunyai kedudukan tersendiri di mata Nabi dalam membantu dakwah Islam terutama saat ia menjadi guru baca-tulis bagi kaum perempuan. As-Syifa’ menghembuskan nafas terakhirnya pada tahunn 20 H, ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab. ia telah dirindukan oleh Surga.
Dari as-Syifa’ binti Abdulllah kita dapat mengambil hikmah bahwa perempuan juga turut andil dalam tersebarnya dakwah Islam terutama menulis dan membaca, terlebih seluruhnya ia lakukan, ia berangkat dan dibangun atas dasar keihlasan, sehingga ia mempunyai kedudukan tersendiri di mata orang nomer satu sedunia yakni Nabi Muhammad.
1 Comment