BincangMuslimah.Com – Sekolah kini sudah menjadi hak seluruh gender, baik laki-laki maupun perempuan. Mengingat segala bidang yang berpengaruh di Indonesia ini tidak lagi ada batasan gender, laki-laki atau perempuan kini setara dan boleh menduduki kursi parlemen, pengusaha, ataupun pemerintahan. Bahkan sekalipun struktural kecil dalam keluarga. Perempuan juga berhak berkarir dan berpendidikan tinggi.
Oleh karena itu, sekolah dirasa amat penting untuk segala lapisan elemen masyarakat dengan umur wajib sekolah. Perempuan harus dididik dari semasih kecil agar menjadi pionir bagi negara dan dapat berpartisipasi dalam membangun perubahan. Sekolah dirasa menjadi salah satu gerbang untuk menata masa depan yang lebih baik, pendidikan dirasa cukup penting menjadi elemen pendukung dalam memperbaiki masa depan.
Namun, hak berpendidikan terkadang tak sejalan dengan keadaan, mengingat tingkat kemiskinan negara ini yang masih terbilang tinggi. Hal ini membuat para orang tua memberhentikan anaknya untuk sekolah karena keterbatasan biaya. Masalah inilah yang menjadi konsentrasi dari lembaga The Asean Muslim Action Network (AMAN) turut berpartisipasi dalam membangun keprihatinan masalah ini, yang selalu menjadi persoalan serius di Indonesia, khususnya kawasan-kawasan pemukiman penduduk yang tingkat perekonomiannya masih rendah.
Lembaga AMAN bekerja meningkatkan kapasitas perempuan dalam membangun perdamaian. Ia juga memfasilitasi untuk meningkatkan kapasitas perempuan, penguatan sistem toleransi, dan jaringan antar komunitas. Selain itu, organisasi ini membuat buku yang diketik langsung oleh Ruby Kholifah bagian dari AMAN tentang Sekolah Perempuan AMAN. Buku ini memperkenalkan sekolah-sekolah perempuan yang telah berhasil dibangun oleh AMAN sebagai bukti nyata bahwa banyak pihak atau lembaga yang sangat concern terhadap persolaan ini. Sekolah Perempuan (SP) diharapkan menjadi pelopor dalam membangun semangat berpendidikan bagi seluruh masyarakat dan membuat Indonesia maju.
Desa Malei Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah adalah salah satu wilayah berdirnya sekolah perempuan untuk perdamaian yang didiampingi oleh AMAN. Pada 19 Febuari 2010 sekolah ini mulai dirintis, dilakukan sebanyak dua minggu sekali di dalam kelas dan di luar kelas. Di kelas diajarkan tentang pengetahuan gender, perdamaian, dan materi keseharian lainnya. Sedangkan di luar kelas dengan belajar mengembangkan ekonomi kreatif. Bahkan kini mereka telah mengoperasikan koperasi yang dibangun bersama.
Mereka kini menjadi insiprasi banyak warga dalam meningkatkan kapasitasnya dan tentunya perekonomian di daerah mereka tinggal. Tingkat toleransi sangat tinggi. Bagaimana tidak, keluarga kepala desa Malei adalah muslim yang hidup ditengah wilayah dengan mayoritas Kristen. Ada forum silaturahmi yang diselenggarakan oleh Sekolah Perempuan dan dilakukan di pantai sebagai media seluruh agama untuk toleransi dan menjadi bagian dari rekonsiliasi antar umat beragama.
Tanggal 31 Maret 2010 AMAN juga mendampingi Sekolah Perempuan di daerah Loji, Bogor Jawa barat. Gebrakan ini salah satunya berfokus pada menenumbuhkan kepercayaan diri perempuan melalui proses belajar regular kelas. Dengan materi yang disampaikan berkaitan tentang dengan kepemimpinan perempuan dan bagaimana perempuan terlibat dalam perdamaian. Sejauh ini perempuan terus menggali potensinya dengan mengelola kegiatan tabungan keliling, usaha bersama, pelatihan pembuatan kompos dan pertanian veltikultur. Bahkan pencapaian terbesarnya para perempuan sekolah perempuan terlibat dalam proses assessment dan community planning terkait perencanaan kelas baru.
Salah satu metode yang dipakai dalam pembelajaran adalah diskusi kelompok yang mengenali pengalaman perempuan dalam membicarakan suatu isu. Sekolah perempuan ini dibuka umum bagi siapapun yang ingin belajar, salah satunya adalah Ibu Hadijah yang tetap semangat dengan umurnya 74 tahun. Sampah adalah masalah besar di Loji, untuk itu sekolah perempuan melakukan composting. Kegiatan ini sekaligus menjadi kegiatan kohesi sosial masyarakat.
Jakarta yang menjadi kota metropolitan padat penduduk juga menjadi concern AMAN dengan mendampingi sekolah perempuan di Kampung Sawah, Cakung Barat, Jakarta Timur. Sekolah perempuan ini dengan rentang umur dari 15 tahun sampai 60 tahun. Sekolah perempuan Kampung sawah dengan materi pengenalan belajar keorganisasian, identitas perempuan, perdamian, parenting, kesehatan keluarga dan peningkatan ekonomi. Sampai sejau ini Sekolah perempuan telah menunjukan keberhasilannya dalan bidang parenting dan kesehatan keluarga dengan pengelolaan air bersih, pembuatan kompos, dan pola asuh anak dan membangun hubungan baik relasi antar suami ataupun anak.
Kesehatan lingkungan Kampung Sawah menjadi masalah serius karena banyak masyarakat yang tinggal di rumah yang tak layak huni. Sekolah Perempuan mengundang dinas dalam menanggulangi kualitas air di Kampung Sawah. Kebiasaan perempuan-perempuan berkumpul untuk membicarakan kondisi hidup sehari-hari di fasilitasi oleh sekolah perempuan menjadi media belajar untuk meningkatkan kapasitas perempuan. Pengelolaan sampah menjadi kerajinan tangan juga dilakukan.
Masih banyak lagi daerah daerah yang telah mendapatkan pendampngan dari AMAN untuk mengadakan penggerakan Sekolah Perempuan yang telah tercatat lengkap dalam buku Sekolah Perempuan AMAN. Telah banyak concern yang dapat ditanggulangi bersama bahkan masalah di suatu wilayah bisa diselesaikan bahkan menjadi nilai potensi bagi wilayah tersebut apabila diselesaikan bersama-sama.
Sehingga apapun bentuk sekolahnya. Pendidikan yang telah disampaikan AMAN dengan sekolah perempuan yang telah dibangun di penjuru Indonesia menjadi gerbang agar negara yang lebih maju terutama dalam memajukan ekonomi. Pencapaian ini terealisasikan dengan pelatihan-pelatihan yang berguna dalam meningkatkan skill para perempuan.
3 Comments