Ikuti Kami

Muslimah Talk

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

BincangMuslimah.Com – Nama Sya’wanah al-Ubullah memang tak sepopuler Rabi’ah Adawiyah dan para sufi perempuan yang lain. Tapi, Sya’wanah terbukti menjadi perempuan sufi yang memiliki peran penting sebab Imam al-Ghazali mengaku terkagum-kagum dengan Sya’wanah sebab beliau dikenal suka menangis setiap disebut nama Allah Swt.

Salah satu ekspresi kebahagiaan paling tinggi yang bisa manusia rasakan adalah menangis. Peristiwa haru dan bahagia mewujud tangis. Kita sering menyaksikan pencapaian mimpi seseorang dengan bentuk air mata. Dalam hal ini, kita bisa memaklumi bahwa Sya’wanah tidak sedang menyakiti dirinya, tapi menumpahkan segala kebahagiaan dan keharuannya.

Menangis sudah menjadi kebiasaan Sya’wanah sehari-hari, sehingga Imam al-Sulami pun menyebutnya sebagai “al-bâkiyât”, berarti perempuan yang gemar menangis). Sementara itu, Shifah al-Shafwah karya Imam Abu al-Farj Ibnu al-Jauzi disebutkan bahwa Imam Mudhar pernah mengatakan: “Aku tidak (pernah) melihat seorang pun yang lebih kuat atas banyaknya tangisan dari Sya’wanah.”

Sebelum menjadi sufi, Sya’wanah adalah seorang perempuan yang hampir setiap hari pergi ke tempat-tempat hiburan. Pada suatu hari, ia bersama budak-budak perempuannya berjalan menyusuri satu gang di Bashrah.

Saat sampai di depan pintu rumah, ia mendengar suara teriakan. Ia berkata, “Subhanallah, begitu memilukan. Suara apa itu?.” Ia pun segera menyuruh budak perempuannya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Budak yang disuruh pun pergi tapi tak kunjung kembali. Sya’wanah kembali menyuruh salah satu budak perempuannya yang lain untuk melihat apa yang sedang terjadi. Si budak itu pun pergi, namun ia tak kembali.

Untuk kesekian kali, Sya’wanah kembali memerintahkan salah seorang budak perempuannya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi sambil berpesan agar budaknya itu cepat kembali. Budak perempuan tersebut pun pergi dan segera kembali.

Baca Juga:  Prof. Musdah Mulia: Pentingnya Membangun Literasi Agama untuk Ulama Taliban

Budak perempuan tersebut berkata, “Tuan putri, teriakan tadi bukan teriakan orang-orang yang sedang berduka karena ada yang sedang meninggal dunia, tetapi itu tangisan orang-orang yang sedang menyesali dosa-dosanya, tangisan orang yang sedih karena penuhnya catatan hidup mereka dengan goresan-goresan tinta hitam maksiat.”

Setelah mendengar laporan budak perempuannya, Sya’wanah pun segera pergi ke balkon rumah tersebut. Ia melihat seorang pendakwah yang dikelilingi oleh sekelompok orang. Pendakwah itu sedang memberikan nasehat dan wejangan kepada mereka, mengingatkan mereka akan siksa Allah Swt. sehingga mereka bercucuran air mata.

Tatkala Sya’wanah ikut bergabung dengan mereka, sang pendakwah sedang membacakan ayat al-Qur’an: “Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan belenggu, mereka mengharapkan kebinasaan.” (Q.S. al-Furqan: 12-13)

Setelah mendengar lantunan ayat tersebut, Sya’wanah merasakan sakit dan kepedihan yang menyayat kalbunya. Ia kemudian berkata, “wahai syaikh, aku adalah salah satu orang hina penghuni tempat sempit itu di neraka. Jika aku bertaubat, apakah Tuhan akan mengampuniku?.”

Sang pendakwah menjawab, “Tentu, jika engkau bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, walaupun dosamu sebanyak dosa Sya’wanah.”

Sya’wanah berkata, “wahai Syaikh, Sya’wanah (Yang Anda sebut tadi) adalah saya, yang setelah ini tidak akan lagi berbuat dosa.” Sang pendakwah berkata, “Allah Swt. adalah Zat Yang Maha Penyayang dari segala penyayang, tentu engkau akan diampuni jika mau bertaubat kepada-Nya dengan taubat yang sebenar-benarnya.”

Sya’wanah pun menangis dan kemudian memerdekakan seluruh budak perempuannya serta menyibukkan dirinya dalam beribadah. Ia bertekad untuk menebus dosa-dosanya sampai tubuhnya kurus dan tak berdaya lagi.

Baca Juga:  Perempuan dan Tuhannya  

Pada suatu hari, ia memperliatkan tubuhnya sendiri, dan menyadari bahwa tubuhnya itu telah kurus dan lemah. Ia berkata, “Ah…di dunia ini saja tubuhku telah meleleh (kurus) sedemikian rupa, lalu bagaimana keadaanku kelak di akhirat?.”

Sya’wanah selalu menghabiskan malam-malamnya dengan shalat dan bermunajat kepada Tuhannya, lalu menangis karena takut kepada Allah Swt. Ia sering menangis sehingga membuat orang-orang merasa khawatir jika Sya’wiyah mengalami kebutaan sebab terlalu sering menangis.

Banyak orang melecehkan sikap Sya’wiyah. Dengan tenang, ia menjawab, “aku lebih senang jika harus buta di dunia karena terlalu sering menangis karena Allah Swt., daripada aku harus buta di akhirat nanti karena percikan api neraka. Barang siapa di antara kalian mampu menangis, maka menangislah. Tapi jika ia tidak bisa menangis, maka kasihilah orang yang selalu menangis karena dia mengetahui apa yang telah menimpa dirinya.”

Sya’wana adalah perempuan dari Persia yang sangat kuat penghambaannya kepada Allah Swt. dan memiliki suara merdu. Masa hidupnya adalah sekitar abad ke-8 M. Imam Abdurrahman al-Sulami dalam Thabaqât al-Shûfiyyah wa yalîhi Dzikr al-Niswah al-Mura’abbidât al-Shûfiyyât mengatakan:

“Sya’wanah tinggal di Ubullah. Ia adalah seorang perempuan yang mengagumkan, berusara merdu, bagus bacaan Al-Qur’annya, memberi nasihat kepada banyak orang dengan membacakan ayat-ayat Allah Swt. dan sunnah nabi-Nya. Hadir di majelis orang-orang zuhud, ahli ibadah, dan orang yang sedang berupaya mendekati Allah Swt.”

Ia adalah salah satu dari sekian banyak sufi perempuan yang menikah dan mempunyai anak. Ia membuktikan bahwa menikah dan membesarkan anak tidak menghalangi peningkatan spiritual seseorang.

Sya’wanah adalah perempuan yang sangat terkesan dengan keterbatasannya sendiri dalam mengabdi kepada Allah Swt. Ia juga sangat merindukan persatuan atau perjumpaan dengan Sang Pencipta, sehingga ia terus menangis. Meskipun demikian, kegemarannya menangis tidak menghalangi dirinya untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.

Baca Juga:  Aishah al-Ba’uniyyah, Guru Sufi Asal Mesir yang Pandai Menulis

Seperti apa yang telah dikatakan Imam al-Sulami, banyak orang telah mengambil ilmu darinya. Mulai dari orang yang sudah sampai di level zuhud, sampai orang yang masih berupaya untuk dekat kepada Allah Swt.

Tangisan Sya’wanah bukan jenis tangisan yang dibuat-buat. Ia menangis dengan tulus, sehingga banyak orang yang turut menangis mendengar nasihat atau syair-syair gubahannya. Para ahli ibadah pun turut menangis bersamanya.[]

Rekomendasi

Tradisi Tasawuf para Perempuan Sufi Abad Pertengahan  

ummu haram periwayat perempuan ummu haram periwayat perempuan

Mengenal Aisyah al-Ba’uniyah, Seorang Sufi Perempuan yang Produktif

perempuan tulang rusuk laki-laki perempuan tulang rusuk laki-laki

Kisah Tiga Peneliti Tentang Sufi Perempuan  

beberapa perempuan disebut alquran beberapa perempuan disebut alquran

Perempuan dan Tuhannya  

Ditulis oleh

Tim Redaksi Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

Macam Manusia Imam Al-Ghazali Macam Manusia Imam Al-Ghazali

Empat Macam Manusia Menurut Imam Al-Ghazali

Kajian

kisah yahudi maulid nabi kisah yahudi maulid nabi

Enam Hal Penting yang Perlu Digarisbawahi tentang Poligami Rasulullah

Kajian

memelihara semangat setelah ramadhan memelihara semangat setelah ramadhan

Tips Memelihara Semangat Ibadah Setelah Ramadhan

Muslimah Talk

golongan manusia kedudukan terbaik golongan manusia kedudukan terbaik

Golongan Manusia yang Mendapatkan Kedudukan Terbaik di Sisi Allah

Kajian

kisah puasa sayyidah maryam kisah puasa sayyidah maryam

Memetik Hikmah dari Kisah Puasa Sayyidah Maryam dalam Alquran

Khazanah

Tradisi Takbiran Menggunakan Petasan Tradisi Takbiran Menggunakan Petasan

Pendapat Para Ulama tentang Tradisi Takbiran Menggunakan Petasan

Kajian

Makna Pentingnya Zakat Fitrah Makna Pentingnya Zakat Fitrah

Makna dan Pentingnya Zakat Fitrah

Kajian

perempuan haid mengikuti takbiran perempuan haid mengikuti takbiran

Hukum Perempuan Haid Mengikuti Takbiran di Hari Raya

Kajian

Trending

doa terhindar dari keburukan doa terhindar dari keburukan

Doa yang Diajarkan Rasulullah kepada Aisyah agar Terhindar Keburukan

Ibadah

Surat Al-Ahzab Ayat 33 Surat Al-Ahzab Ayat 33

Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 33; Domestikasi Perempuan, Syariat atau Belenggu Kultural?

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Doa berbuka puasa rasulullah Doa berbuka puasa rasulullah

Beberapa Macam Doa Berbuka Puasa yang Rasulullah Ajarkan

Ibadah

Hukum Sulam Alis dalam Islam

Muslimah Daily

Doa Setelah Shalat Witir

Ibadah

kisah yahudi maulid nabi kisah yahudi maulid nabi

Enam Hal Penting yang Perlu Digarisbawahi tentang Poligami Rasulullah

Kajian

Niat puasa malam hari Niat puasa malam hari

Mengapa Niat Puasa Boleh Dilakukan sejak Malam Hari?

Ibadah

Connect