BincangMuslimah.Com – Demi merealisasikan dukungan kepada perempuan di Afghanistan dan dorongan pembebasan bagi mereka, Asian Muslim Action Network (AMAN) mengadakan open mic dengan mengundang tiga narasumber perempuan yang dilaksanakan melalui virtual pada 11 September 2021. Ini merupakan upaya AMAN untuk mendorong pemerintah agar turut melindungi perempuan di Afghanistan yang saat ini dikuasi oleh Taliban.
Tiga narasumber yang dihadirkan dalam acara tersebut adalah Ruby Kholifah, Direktur AMAN Indonesia, Musdah Mulya, Direktur Mulya Raya Foundation, dan Bu Nyai Masruchah, perwakilan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI). Ketiga narasumber tersebut menyampaikan dukungan dan langkah-langkah mewujudkan perlindungan serta pembebasan perempuan Afghnaistan di bawah kekuasaan Taliban. Hasil dari aspirasi dan usulan ketiga narasumber ini kemudian akan disampaikan kepada pemerintah oleh AMAN, NGO yang bergerak dalam isu perdamaian ini.
Kondisi dan situasi politik di Afghanistan yang memburuk tak boleh dibiarkan begitu saja. Terutama nasib perempuan yang aktifitas publiknya dicabut. Perempuan Afghanistan dilarang beraktiffitas di publik dan diatur cara berpakaiannya. Indonesia yang mayoritas penduduknya merupakan muslim harus memiliki sikap untuk membawa Afghanistan yang lebih baik. Maka itulah, melalui forum open mic bersama para tokoh perempuan ini disampaikan sikap dan usulan untuk menuju langkah-langkah kongkrit.
Melalui Open Mic yang dilaksanakan pada 11 September 2021 ini, pemerintah Indonesia perlu melakukan tindakan humanitarian di tengah bertansisi pemerintah Afghanistan menjadi negara Islamic Emirate of Afghanistan. Bantuan yang diupayakan salah satunya adalah mengajak para ulama progresif Indonesia untuk membawa misi Islam moderat dan moderasi beragama.
Ruby Khalifah mengatakan bahwa hasil dari Open Mic yang menampung suara aspirasi ini akan disampaikan ke Kementrian Luar Negeri Indonesia. Ini merupakan salah satu bentuk suara yang berasal dari rakyat sipil, terlebih khususnya gerakan perempuan. Open Mic ini berpijak pada nilai keadilan gender yang tidak hanya dihadiri oleh tiga narasumber dan telah disebutkan di atas, tapi juga para akademisi, jaringan global, dan ahli.
Ketiga narasumber yang menyampaikan usulan dan aspirasi tersebut memiliki suara yang sama. Yaitu, perlindungan bagi perempupan dan anak beserta langkah-langkah nyata, karena mereka adalah kelompok yang rentan mengjadi krban dan objek diskriminasi dari pemerintah Taliban yang berpaham ekstrim. Pemahaman konsep Islam yang ekstrim telah terbukti dari pengalaman terdahulu saat Taliban pernag berkuasa pada era 1990-an sampai akhirnya pemerintahan diganti dengan sistem demokrasi yang dibantu oleh Amerika.
Demikian sedikit cuplikan acara Open Mic yang dihelat pada 11 September 2021 lalu. Semoga langkah-langkah ini dapat terwujud dan pemerintah segera berupaya mewujudkannya.