BincangMuslimah.Com – Sopir adalah salah satu pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Jenis pekerjaan sopir juga ada yang hanya antar tempat di satu wilayah, ada juga yang antar kota alias jarak jauh dan pasti ada dalam perjalanan selama beberapa hari. Tentu bagi sopir jarak dekat, ia sama seperti pekerja lainnya dan tidak mendapatkan keringanan dalam puasa. Tapi, bagaimana hukum puasa bagi sopir jarak jauh?
Profesi sopir jarak jauh biasanya akan menempuh perjalanan berhari-hari yang menyebabkan ia masuk dalam status musafir. Adapun musafir adalah salah satu golongan yang dibolehkan membatalkan puasa. Asalkan jarak tempuhnya melebihi jarak safar yaitu 89 kilometer. Ada juga beberapa syarat ia dibolehkan tidak berpuasa selama menjalani profesinya sebagai sopir yang penulis ringkas dari Fiqh al-Islam wa Adillatuhu karya Syekh Wahbah Zuhaili:
Pertama, ia memulai waktu berpergiannya sebelum subuh. Atau jika memulai perjalanan saat siang hari, ia baru boleh tidak berpuasa pada esok harinya selama perjalanan belum sampai di keesokan harinya. Inilah pendapat dari ulama mayoritas.
Kedua, ia tak berencana menginap lebih dari empat hari di suatu tempat. Artinya, status musafirnya hilang sejak ia mendiami suatu tempat melebihi empat hari. Misal, seorang supir melakukan perjalanan dari Kediri menuju Bandar Lampung yang membutuhkan waktu kurang lebih tiga hari dua malam. Selama perjalanan itu ia dianggap musafir. Jika ia beristirahat selama dua hari ia tetap boleh tidak berpuasa. Sedangkan jika ia berencana menginap lebih dari empat hari, maka selama beristirahat itu ia harus berpuasa.
Ketiga, dalam waktu satu tahun ia memiliki waktu untuk mengganti puasanya. Misal, sang sopir memiliki jatah cuti atau libur maka waktu libur itulah yang digunakan untuk mengganti puasanya. Apabila ternyata tidak ada jatah libur, artinya ia melakukan pekerjaan sebagai sopir sepanjang tahun, ia wajib berpuasa pada bulan Ramadhan.
Perjalanan jauh memang perkara yang berat. Seperti dalam pepatah Arab:
السفر قطعة من العذب
Perjalanan adalah bagian dari siksa.
Tapi kita tahu bahwa di era modern ini, perjalanan tak seberat masa Nabi atau saat pepatah Arab itu lahir. Kendaraan sudah nyaman, ber-Ac dan dilengkapi berbagai fasilitas. Kebolehan itu memang ada dan silakan diambil. Tapi alangkah baiknya tetaplah berpuasa demi turut merasakan ibadah puasa dan mendapatkan keutamaan di bulan Ramadhan. Wallahu a’lam bisshowab.