BincangMuslimah.Com – Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia, di dalamnya terdapat beberapa keutamaan-keutamaan yang Allah limpahkan kepada hambanya. Bulan Ramadhan bulan yang penuh ampunan, dikabulkannya doa-doa, dibukakannya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka sebagaimana sabda Nabi saw.
إذَا جَاءَ رَمَضَانُ، فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ. (رواه مسلم)
Artinya: apabila bulan Ramadhan tiba dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu. (H.R. Muslim)
Anjuran Iktikaf
Pada bulan Ramadhan menganjurkan setiap hamba Allah untuk memperbanyak ibadah salah satunya adalah iktikaf. Iktikaf secara bahasa berarti tinggal dan beridiam, sedangkan hakikat kesunnahan iktikaf adalah memutus hubungan dengan makhluk agar terhubung dengan Sang Pencipta makhluk (Allah).
Iktikaf merupakan bentuk upaya qurbah atau mendekatkan diri kepada Allah. Hukum iktikaf adalah sunnah di setiap waktu dan kesunnahan itu menjadi muakkadah pada bulan Ramadhan. Apalagi di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan untuk mencari malam lailatul qadr.
Sebagai suatu ibadah tentu terdapat ketentuan-ketentuan dalam iktikaf. Sebagaimana syarat iktikaf dalam kita Fathul Qarib adalah niat dan berdiam diri di masjid. Sedangkan dalam kitab Nida’ ar-Rayyan fi Fiqh as-Shaum wa Fadhl Ramadhan ada empat rukun iktikaf; pertama, berdiam diri di masjid. Kedua, niat. Ketiga, orang yang beriktikaf (al-Mu’takif) dan yang terakhir adalah tempat untu beriktikaf (al-Mu’takaf fih).
Orang yang beriktikaf harus memenuhi syarat-syarat sesuai ketentuan yaitu islam, berakal dan suci dari hadas besar seperti junub, haid dan nifas. Terdapat perbedaan pendapat tentang ketentuan masjid yang hendak menjadi tempat untuk iktikaf. Imam Malik dan imam Syafii menyebutkan bahwa masjid boleh untuk beriktikaf di dalamnya dan masjid jami lebih utama. Sedangkan menurut imam Abu Hanifah iktikaf tidak sah kecuali melaksanakannya di masjid untuk shalat jamaah dan imam Ahmad mengharuskan penggunaan masjid untuk shalat jumat. Khusus untuk Perempuan sebagaimana pendapat Imam Syafii lebih menganjurkan untuk iktikaf di masjid (tempat shalat) di dalam rumahnya.
Dalam iktikaf sangat menganjurkan melaksanakan ibadah shalat, membaca al-Qur’an dan zikir. Orang yang beriktikaf boleh keluar masjid untuk sekedar menunaikan hajatnya seperti buang air besar dan kecil, makan dan minum. Sedangkan hal yang membatalkan iktikaf adalah melakukan hubungan suami istri (jima’).