BincangMuslimah.Com – Perempuan yang sedang istihadhah diharuskan mengganti pembalut dan berwudhu kembali setiap kali akan menunaikan shalat. Bolehkah menjamak antara dua shalat bagi perempuan istihadhah sehingga bisa langsung shalat tanpa disertai wudu lagi di antaranya?
Bagi perempuan yang mengalami istihadhah diperbolehkan menjamak dua shalat dengan satu kali wudu. Karena, Nabi pernah memerintahkan kepada Hamnah binti Jahsy untuk menjamak dua shalat dengan satu kali bersuci.
عن حمنة بنت جحش قالت: كنتُ أُستَحاضُ حَيضةً كثيرةً شديدةً ، فأتيت النَّبيَّ – صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ – أستفتيهِ ، فقالَ : إنَّما هيَ رَكْضةٌ من الشَّيطانِ ، فتحيَّضي ستَّةَ أيَّامٍ ، أو سبعةَ أيَّامٍ ، ثمَّ اغتسِلي ، فإذا استَنقأتِ فصلِّي أربعةً وعشرينَ ، أو ثلاثةً وعشرينَ ، وصومي وصلِّي ، فإنَّ ذلِكَ يجزئُك ، وَكَذلِكَ فافعَلي كلَّ شَهْرٍ كما تحيضُ النِّساءُ ، فإن قويتِ علَى أن تؤخِّري الظُّهرَ وتعجِّلي العصرَ ، ثمَّ تغتسِلي حينَ تطهرينَ ، وتصلِّي الظُّهرَ والعصرَ جميعًا ، ثمَّ تؤخِّرينَ المغربَ وتعجِّلينَ العشاءَ ، ثمَّ تغتسلينَ وتجمَعينَ بينَ الصَّلاتينِ فافعَلي . وتغتسِلينَ معَ الصُّبحِ وتصلِّينَ . قالَ : وَهوَ أعجبُ الأمرينِ إليَّ
Artinya: “Aku pernah mengalami istihadhah, darah yang keluar itu sangat banyak. Lalu aku datang kepada Nabi untuk meminta fatwa kepadanya. Maka beliau bersabda: Sesungguhnya darah itu keluar akibat hentakan dari setan. Jalanilah masa haidmu selama enam atau tujuh hari, kemudian mandilah. Jika kamu telah melihat bahwa dirimu telah suci dan bersih, maka shalatlah pada dua puluh empat atau dua puluh tiga hari berikutnya (pada masa suci) serta puasalah. Cara seperti itu yang boleh kamu lakukan. Di samping itu, lakukanlah sebagaimana yang dilakukan oleh perempuan-perempuan yang menjalani masa haid setiap bulannya.
Jika kamu mampu untuk mengakhirkan shalat zhuhur dan mensegerakan shalat Asar maka kamu mandi lalu melaksanakan shalat Zuhur dan Ashar dengan menggabungnya, kemudian kamu akhirkan shalat Maghrib dan mensegerakan shalat Isya lalu kamu mandi dan melaksanakan dua shalat (Maghrib dan Isya) dengan menggabungnya maka lakukanlah, kemudian kamu mandi pada waktu Subuh lalu laksanakan shalat Subuh, demikian juga jika kamu mampu, maka lakukanlah shalat dan puasa.” Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Dan ini adalah dua hal yang paling mengagumkan bagiku.” (HR. Ahmad)
Pada hadis tersebut, Rasulullah memerintahkan Hamnah agar shalat Zuhur di akhir waktu kemudian sesaat kemudian shalat Asar di awal waktu. Jadi berdasarkan hadis tersebut, diperbolehkan menjamak di awal waktu shalat bagi perempuan yang istihadhah.
Shalat jamak diperbolehkan jika jarak yang terpisah di antara dua shalat tidak terlalu lama. Minimal selama dua rakaat shalat yang ringan, jika melebihi waktu itu maka tidak boleh melakukan shalat kedua. Sebab para ulama mensyaratkan muwalah (berurutan) dalam dua shalat yang akan dijamak. Hal ini sebagaimana Imam al-Syarwani dalam Tuhfatul Muhtaj menjelaskan
( وَ ) ثَالِثُهَا ( الْمُوَالَاةُ بِأَنْ لَا يَطُولَ بَيْنَهُمَا فَصْلٌ ) الی ان قال -( وَيُعْرَفُ طُولُهُ ) وَقِصَرُهُ ( بِالْعُرْفِ ) ؛ لِأَنَّهُ لَمْ يَرِدْ لَهُ ضَابِطٌ وَمِنْ الطَّوِيلِ قَدْرُ صَلَاةِ رَكْعَتَيْنِ ، وَلَوْ بِأَخَفِّ مُمْكِنٍ كَمَا اقْتَضَاهُ إطْلَاقُهُمْ *
Artinya: Syarat ketiga, harus berurutan sekiranya tidak lama waktu yang memisahkan di antaranya, dan diketahui lama waktu itu dengan kisaran urf (kebiasaan) karena tidak diketahui kadar lamanya waktu dua rakaat, walau dengan waktu seringan mungkin yang diperlukan melakukannya.
Jadi, menjamak shalat bagi perempuan istihadhah adalah boleh selama tidak banyak darah yang keluar ke kemaluan bagian luar. Serta muslimah tersebut harus memastikan bahwa penyumbat tetap pada posisi yang tepat sehingga darah tidak merembes keluar. Wallahu’alam.