Ikuti Kami

Muslimah Talk

Rohana Kudus: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

rohana kudus https://historia.id/

BincangMuslimah.Com – Indonesia telah merdeka, tapi perjuangan masih belum usai. Perjuangan melawan ketidakadilan, kemiskinan dan memperjuangkan kebaikan untuk masa depan bangsa harus kita teruskan. Perjuangan Rohana Kudus (Roehana Koeddoes) untuk pendidikan perempuan adalah semangat yang harus terus diperjuangkan.

Pada 7 November 2019, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan kepada 6 tokoh berjasa kepada Indonesia, mulai dari anggota BPUPKI hingga dokter. Di antara tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan tersebut, ada satu tokoh perempuan dan menjadi satu-satunya perempuan yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional 2019, demikian dilansir dari Republika. Perempuan tangguh itu bernama Rohana Kudus, seorang jurnalis perempuan pertama di Indonesia kelahiran Sumatera Barat pada 20 Desember 1884.

Rohana adalah seorang perempuan yang memiliki komitmen kuat pada pendidikan, terutama untuk kaum perempuan. Pada zamannya, ia adalah satu dari sedikit perempuan yang percaya bahwa diskriminasi terhadap perempuan, termasuk kesempatan mendapat pendidikan adalah tindakan semena-semena dan harus dilawan. Kecerdasan, keberanian, pengorbanan serta perjuangan Rohana melawan ketidakadilan untuk perubahan nasib kaum perempuan di masanya.

Tumbuh dalam Keluarga yang Gemar Membaca

Keluarga Rohana adalah keluarga yang gemar membaca, terlebih ayahnya. Meski ia tidak bisa mengakses pendidikan formal, tapi ia rajin belajar dengan ayahnya, seorang pegawai pemerintah Belanda yang selalu membawakan bahan bacaan dari kantor. Keinginan kuat dan semangat belajar yang tinggi membuat ia bisa cepat menguasai materi yang diajarkan ayahnya. Di usia yang sangat muda, ia sudah bisa menulis dan membaca, dan berbahasa Belanda.

Ketika sang ayah, Mohamad Rasjad Maharadja Sutan yang menjabat sebagai kepala jaksa di Pemerintahan Hindia Belanda ditugaskan ke Alahan Panjang, ia bertetangga dengan pejabat Belanda yang merupakan atasan ayahnya. Istri pejabat Belanda tersebut mengajarinya belajar menyulam, menjahit, merenda, dan merajut yang saat itu merupakan keahlian perempuan Belanda. Pada saat itu, ia pun banyak membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berbagai berita politik, gaya hidup, dan pendidikan di Eropa yang sangat digemarinya.

Baca Juga:  Body Shaming yang Dialami Aurel Hermansyah, Sudah Seharusnya Dibumihanguskan

Ibunya bernama Kiam. Rohana merupakan kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga mak tuo (bibi) dari penyair terkenal Chairil Anwar. Ia juga merupakan sepupu H. Agus Salim. Ia hidup pada zaman yang sama dengan Kartini, di mana pada saat itu akses perempuan mendapat pendidikan yang baik sangat terbatas.

Dalam buku Roehana Koeddoes, Perempuan Sumatera Barat (Yayasan Jurnal Perempuan, 2001) karya Fitriyani diceritakan bahwa keunggulan intelektual Rohana sudah ada semenjak ia masih kecil. Ia sangat menggemari buku, surat kabar dan majalah. Ia juga membaca buku-buku milik ayahnya. Padahal, buku-buku tersebut belum bisa dicerna oleh anak-anak, sebab tentang sastra, politik, dan hukum. Di usia delapan tahun, ia sudah pandai menulis abjad Arab dan Latin serta menguasai bahasa Arab, Melayu, dan Belanda.

Rohana mengawali gerakan melek literasinya dengan membaca buku keras-keras. Kebiasaan itu membuat orang terheran-heran. Sebab pada masa itu, kegiatan membaca dianggap aneh jika dilakukan perempuan. Ia beranggapan, setiap umat Islam harus mengamalkan ayat Al-Quran yang pertama diturunkan, yaitu ‘iqra (baca). Baginya, tidak ada diskriminasi dalam perintah Tuhan tersebut, maka perempuan juga berhak untuk mengenyam pendidikan, seperti pula laki-laki pada masa itu.

Menjadi Jurnalis Perempuan

Karir jurnalis Rohana bermula ketika ia menjadi penulis di surat kabar bernama Poetri Hindia pada 1908 sebelum surat kabar tersebut dibredel oleh pemerintah Belanda. Setelah itu, Rohana yang sudah mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia, yaitu sekolah untuk perempuan yang berisikan pelajaran mengenai keterampilan, berkeinginan untuk membuat perempuan memiliki pendidikan yang lebih baik dan diberikan ruang untuk menulis.

Ia pun mengirimkan surat ke pimpinan redaksi Oetoesan Melajoe di Padang dan disambut sangat baik oleh Maharadja, seorang senior wartawan. Ia tak hanya diberi ruang untuk penulis perempuan. Ia bahkan didirikan surat kabar khusus perempuan yang diberi nama Soenting Melajoe yang diurus oleh Rohana bersama anaknya yang bernama Ratna Juwita.

Baca Juga:  UU TPKS Telah Disahkan, Masih Ada Tugas Lain yang Menanti

Peran Rohana tidak hanya di bidang jurnalistik, tapi juga dalam bidang pendidikan sebab ia memberdayakan perempuan di lingkungannya. Melalui bidang jurnalistik, ia mendistribusikan pikiran-pikirannya yang open minded sehingga tumbuh semangat baru bagi kaum perempuan pada zaman itu. Perjuangannya dalam membela perempuan pun diterapkan pada bidang pendidikan lewat pengajaran keterampilan untuk perempuan di lingkungannya sampai pada suatu waktu hasil dari produksi murid-muridnya dapat diekspor ke Eropa sebab produk yang dihasilkan memang layak untuk pasar Eropa.

Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangan terhadap pribumi, Roehana ikut serta membantu pergerakan politik dengan tulisan yang membakar semangat juang para pemuda. Ia juga menjadi pelopor berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Ia mencetuskan ide brilian dalam aksi penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi melalui Ngarai Sianok dengan cara menyembunyikan dalam sayuran dan buah-buahan kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api.

Rohana wafat pada 17 Agustus 1972. Ia tidak hanya mendapat gelar Pahlawan Nasional dari presiden Joko Widodo. Ia pernah mendapat berbagai penghargaan, antara lain Bronzen Ster pada 1941, penghargaan Upkarti dari presiden Soeharto pada 1987, Wartawati Pertama Indonesia (1974), Menteri Penerangan Harmoko menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia. Pada 6 November 2007 pada Hari Pers Nasional ke-3 yakni 9 Februari 1987, pemerintah Indonesia menganugerahinya Bintang Jasa Utama untuknya. Rohana Kuddus memanfaatkan 88 tahun usianya dengan pelbagai kegiatan berorientasi pada pendidikan, jurnalistik, bisnis dan bahkan politik.

Rekomendasi

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Sutayta al-Mahamli Sutayta al-Mahamli

Sutayta al-Mahamli: Ahli Matematika Muslimah dari Irak

Fatimah binti Sa'd al-Khair Fatimah binti Sa'd al-Khair

Fatimah binti Sa’d al-Khair: Pakar Hadis Perempuan Asal Cina

Syarifah Latifah Syarifah Latifah

Syarifah Latifah: Inisiator Pendidikan Perempuan di Kesultanan Siak

Ditulis oleh

Tim Redaksi Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

korban kdrt dapat perlindungan korban kdrt dapat perlindungan

Di Zaman Rasulullah, Korban KDRT yang Melapor Langsung Dapat Perlindungan

Kajian

tetangga beda agama meninggal tetangga beda agama meninggal

Bagaimana Sikap Seorang Muslim Jika Ada Tetangga Beda Agama yang Meninggal?

Kajian

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

doa tak kunjung dikabulkan doa tak kunjung dikabulkan

Ngaji al-Hikam: Jika Doa Tak Kunjung Dikabulkan

Kajian

rasulullah melarang ali poligami rasulullah melarang ali poligami

Kala Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib untuk Poligami

Khazanah

puasa syawal kurang enam puasa syawal kurang enam

Puasa Syawal Tapi Kurang dari Enam Hari, Bagaimana Hukumnya?

Kajian

orang tua beda agama orang tua beda agama

Bagaimana Sikap Kita Jika Orang Tua Beda Agama?

Khazanah

Nyi Hadjar Dewantara pendidikan Nyi Hadjar Dewantara pendidikan

Perjuangan Nyi Hadjar Dewantara dalam Memajukan Pendidikan Indonesia

Khazanah

Trending

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

nama bayi sebelum syukuran nama bayi sebelum syukuran

Hukum Memberi Nama Bayi Sebelum Acara Syukuran

Ibadah

Connect