BincangMuslimah.id – Profesor Quraish Shihab, cendekiawan muslim Indonesia, dalam bukunya yang berjudul “Seksualitas dan Interaksi: Pendidikan dari Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah” menjelaskan mengenai berbagai definisi pendidikan seksual. Seks dapat diartikan sebagai jenis kelamin baik dalam arti persetubuhan. Sedangkan seksual yakni aktivitas yang melibatkan organ tubuh, baik fisik maupun nonfisik. Di sisi lain, seksualitas terkait dengan aspek kehidupan manusia dalam berbagai dimensi baik dari faktor biologis, budaya, agama, hingga psikologis.
Pandangan negatif mengenai pendidikan seksual datang dari dugaan bahwa pendidikan seksualitas mengarah pada definisi mempelajari hubungan fisik antara dua pihak untuk mendapatkan kenikmatan seksual (melakukan hubungan seksual). Prof. Quraish Shihab membantah bahwa dalam konteks pendidikan seksual bukanlah menekankan hal seperti itu. Pendidikan seksual menurut Prof. Quraish Shihab lebih berfokus secara khusus pada individu. Yaitu kesadaran diri, hubungan kemanusiaan, perkembangan seks manusia, pengembangbiakan, dan kegiatan seksual.
Seberapa Penting Pendidikan Seksual?
Setiap individu memiliki kecenderungan seksual mulai dari lahir dan bertumbuh seiring perkembangan usia. Kecenderungan seksual merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia dan menjadi salah satu dorongan yang sangat kuat, namun pada saat yang brsamaan juga dapat membahayakan. Adapun tujuan pendidikan seksual sendiri memiliki makna yang luas dalam beberapa poin berikut:
- Melindungi diri dari pengaruh yang buruk akibat pergaulan bebas ataupun informasi yang salah
- Mengembangkan kemampuan pengendalian diri terhadap nafsu seksual
- Menjelaskan mengenai perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam konteks seksual.
- Sebagai bekal yang menyangkut persoalan seks yang sesuai untuk setiap jenjang usia (contohnya, tanda-tanda manusia menuju masa dewasa bagi anak laki-laki dan perempuan)
- Mempelajari mengenai norma-norma pergaulan dan persahabatan antara laki-laki dan perempuan, baik dalam kehidupan berkeluarga ataupun masyarakat.
- Menanamkan sikap tanggungjawab khususnya dalam konteks penyaluran naluri seksual.
- Menjelaskan beragam hambatan keharmonisan atau kelangsungan kehidupan rumah tangga dan solusi yang disediakan.
- Upaya dalam menyiapkan ilmu yang cukup dalam kehidupan berumah tangga, termasuk dalam memelihara dan mendiidka anak sejak masa kehamilan hingga dewasa.
Pendidikan seksualitas secara umum bertujuan untuk membimbing anak-anak agar mampu mengendalikan dorongan seksual yang tidak selaras dengan nilai-nilai agama dan budaya. Dalam perspektif Islam, pendidikan seksualitas bertujuan untuk mengarahkan potensi manusia secara positif. Juga engelola kecenderungan alaminya dan tetap menjaga keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan nilai-nilai spiritual.
Mengapa Begitu Banyak Orang yang Khawatir Mengenai Pendidikan Seksual?
Pertama, sebagian besar masyarakat menduga bahwa pendidikan seksual akan membuka peluang bagi masyarakat muslim dalam tindakan kebebasan sesksual. Padahal, pelaksanaan pendidikan secara baik dan benar (sesuai dengan usia anak dan penyampaian dengan bahasa yang sopan) dapat mencegah terjadinya penyimpangan yang lahir dari pemahaman yang salah.
Kedua, banyak masyarakat yang berdalih bahwa Islam tidak menjelaskan mengenai persoalan seksual, sehingga tidak wajar untuk mempelajarinya. Prof. Quraish Shihab membantah alasan tersebut, ilmu agama selalu berkembang sedang agama melalui al-Quran dan sunnah. Hal ini berfungsi sebagai solusi dan pengarahan atas problem manusia melalui studi para ahli terhadap kedua sumber syariat tersebut.
Ketiga, adanya anggapan menolak membicarakan pendidikan seksualitas karena para pendahulu-pendahlu tidak membicarakan hal tersebut di depan anak-anak dan remaja. Prof. Quraish Shihab membenarkan adanya dalih tersebut, namun perlu diingat bahwa pendahulu-pendahulu tersebut tidak membicarakan nya karena situasi saat ini dan masa lalu yang berbeda. Padahal terdapat juga ulam-ulama besar seperti Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulum ad-Din yang membahas mengenai persoalan seksual untuk suami dan istri. Selain itu, masih banyak ulama besar yang menuliskan kajian persoalan (pendidikan) seksual seperti Ibnu ‘Arabi (w. 1240 M), Ibnu Hazm al-Andalusi (w. 1022 M), Ibn Al-Qayyim al Jauziyah (1292-1350 M), hingga Imam Jalaluddin as-Suyuthi
Pendidikan seksual dalam perspektif Islam menggarisbawahi mengenai kehadiran agama. antara lain untuk memelihara keturunan sedang salah satu cara terpenting untuk pemeliharaan tersebut melalui pendidikan. Lebih dari hal tersebut, fikih juga membahas mengenai persoalan-persoalan seksualitas. Misalnya, seperti menstruasi, macam-macam jenis darah yang keluar dari vagina, tanda-tanda kedewasaan, hingga yang lainnya.
Selain ketiga hal di atas, kerap kali menganggap pendidikan seksual sebagai produk barat sehingga tidak perlu mengajarkannya. Pendapat tersebut tidak benar. Meskipun Barat mendahului Islam, namun tidak akan menjadi masalah selama itu baik. Karena Islam sangat terbuka menerima kebenaran dari mana dan siapapun. Pada perspektif yang lain, pendidikan seksual barat sangat berbeda dengan pendidikan seksualitas dalam perspektif islami.
Tidak Perlu Malu Belajar Pendidikan Seksual
Dalam bukunya, Prof Quraish Shihab berpesan, “Yang merasa khawatir dengan pendidikan seksualitas tidak menyadari bahwa seks yang seimbang dan sesuai dengan norma-norma agama dan budaya justru merupakan salah satu faktor kesehatan mental.”
Dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 33 menjelaskan bahwa Allah tidak malu menyampaikan yang haqq. Ayat tersebut memiliki makna salah satu kewajiban keberagaman Islam atas umat ialah menghalau rasa malu dalam menegakkan ajaran agama dan berupaya memahami apabila pengetahuan tersebut dibutuhkan.
Khawatir mengenai pendidikan seksual bukanlah bentuk khawatir yang sesuai pada tempatnya. Pendidikan seksual bertujuan memahami dan memberi pemahaman mengenai persoalan seksualitas. Pada sisi yang lain, hal tersebut merupakan suatu bentuk kedaruratan serta menjadi kebutuhan manusia yang apabila diperturutkan tanpa kendali dapat menyebabkan mudharat.
Sumber: Shihab, M.Q. (2023). Seksualitas dan Interaksi: Pendidikan dari Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah. First ed. Tangerang Selatan: Penerbit Lentera Hati.