Ikuti Kami

Muslimah Daily

Sudahi Stigma dan Beri Dukungan Positif untuk Penderita Covid 19

gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Pandemi Covid 19 belum usai. Di Indonesia, angka penderita Covid 19 terus bertambah hingga mencapai 307.120 jiwa sebagaimana dilansir dari situs resmi terkait Covid 19 yang dikelola pemerintah (5/10). Dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 232.593 jiwa dan 11.253 jiwa pasien meninggal. Jika dilihat dari data tersebut, jumlah kasus sembuh lebih banyak daripada kasus meninggal. Namun momok meninggal terdengar lebih santer di kalangan masyarakat.

Ketahuilah, sebuah hadits menjelaskan bahwa meninggal di tengah pandemi akan mendapat ganjaran syahid sebagaimana dijelas oleh hadits riwayat Bukhari. Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, ia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Tho’un maka Nabi Muhammad SAW menceritakan kepadanya, “Sesungguhnya Tho’un itu sesuatu yang Allah kirimkan kepada yang Dia kehendaki. Kemudian Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidak seorang pun hamba yang terkena Tho’un lalu ia tetap tinggal di negerinya sambil bersabar, dan ia yakin bahwa tidak akan menimpa kepadanya kecuali yang telah Allah tuliskan baginya, maka ia akan mendapatkan ganjaran meninggal dalam keadaan syahid.”

Artinya apa? Segala yang terjadi ditengah pandemi ini tetap menjadi ketentuan Tuhan yang sudah tertulis. Usaha kita adalah ikhtiar dan bersabar menjalaninya. Jika pun ternyata ditakdirkan menderita Covid 19 dan berakhir pada kemungkinan terburuk, bukan berarti abai dalam menerapkan standar protokol kesehatan di tengah pandemi karena ada banyak berbagai kemungkinan dalam penularan Covid 19. Namun berbeda jika meninggal karena bunuh diri karena hal tersebut tidak diperkenankan oleh ajaran agama Islam.

Apalagi di berbagai lokasi karantina banyak terjadi kasus bunuh diri pada pasien Covid 19. Seperti yang terjadi di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta (9/9), Rumah Sakit Universitas Indonesia Depok, Rumah Sakit Royal PrimaMedan (5/8), dan Rumah Sakit Haji Surabaya. Meski motif bunuh diri tidak diketahui, namun tentu masyarakat dapat melihat bahwa ada tekanan psikis yang dirasakan oleh kebanyakan penderita Covid 19 setelah dinyatakan positif Covid 19.

Baca Juga:  Sebaiknya Dahulukan Kurban atau Sedekah untuk Korban Covid-19?

Jangankan penderita, kita saja yang masih diberi sehat wal ‘afiat mengalami banyak tekanan dari berbagai sektor untuk dapat bertahan hidup di tengah pandemi. Apalagi yang mendapati kenyataan positif Covid 19 dan harus menjalani proses perawatan baik isolasi mandiri ataupun secara intensif di fasilitas kesehatan terdekat. Oleh karena itu, berbaik hatilah terhadap mereka yang diberikan ujian ini. Karena masih santer terdengar di kalangan masyarakat stigma yang melekat pada penderita Covid 19 yang kerap dirasakan tidak hanya oleh penderita melainkan juga terhadap keluarganya.

Seperti dikucilkan dari lingkungan sosial, tidak diterima di lingkungan masyarakat atau memilih mengungsi daripada harus menjadi tetangga penderita Covid 19, dicap tidak mematuhi protokol kesehatan, diberi pandangan buruk dan jangan didekati karena dapat menularkan penyakit. Bahkan tidak sedikit ada juga masyarakat yang memberikan stigma ini pada tenaga kesehatan yang harus bertugas merawat pasien Covid 19.

Padahal jelas dalam hadits disebutkan bahwa Abu Hurairah RA menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesama muslim adalah saudara, tidak boleh saling mendzalimi, mencibir, atau merendahkan. Ketakwaan itu sesungguhnya ada di sini (sambil menunjuk dada dan diucapkan tiga kali). Rasul melanjutkan: Seseorang sudah cukup jahat ketika ia sudah menghina sesama saudara muslim. Setiap muslim adalah haram dinodai jiwanya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim).

Dari hadist ini dapat ditarik benang merah bahwa tidak diperkenankan memberikan label buruk pada penderita Covid 19 dan orang-orang disekitarnya karena dapat mempengaruhi kesehatan psikis dan rentang waktu masa penyembuhannya. Akan lebih baik fokus pada kegiatan-kegiatan positif yang dapat menunjang proses penyembuhan karena yang seharusnya dijauhi adalah virusnya bukan mengucilkan penderita Covid 19 dan orang-orang disekitarnya. Berikut dibawah ini adalah hal positif yang dapat dilakukan oleh siapapun untuk mendukung proses penyembuhan penderita Covid 19:

Baca Juga:  Apa Saja Ciri-ciri Rendah Hati?

Pertama, berikan support dan keyakinan bahwa penderita akan sembuh. Hal ini bisa dengan memberikan suplemen vitamin, mengirimkan menu makanan sehat dan bergizi. Memantau perkembangannya melalui media telekomunikasi. Pada keluarganya juga bisa memberikan bantuan berupa bahan pokok kebutuhan rumah tangga mengingat tentu keluarga dan orang-orang sekitar yang pernah kontak oleh pasien menjadi orang dalam pantauan.

Kedua, membantu mengurus keperluan administrasi mengingat adanya batasan akses ketika masa perawatan sedang berlangsung. Hal ini tentu perlu dukungan mulai dari rekan kerja hingga lembaga masyarakat setempat yang mewakili pemerintah mulai dari tingkat rukun tetangga, rukun warga hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu, sangat penting peran dan edukasi yang diberikan oleh perwakilan dari tokoh masyarakat  terkait hal ini pada masyarakat di sekitarnya.

Ketiga, jika tidak bisa membantu, jangan memperparah keadaan. Jangan memberi label buruk karena Covid 19 tidak pandang bulu, siapapun bisa terjangkit penyakit ini. Alih-alih memberi label buruk, lebih baik ikut mendoakan agar pandemi ini segera berakhir. Jika tidak bisa memberi doa, lebih baik diam daripada memperkeruh keadaan ditengah pandemi yang entah kapan akan berakhir.

Rekomendasi

Irma Hidayana Penggagas LaporCovid19 Irma Hidayana Penggagas LaporCovid19

Irma Hidayana, Penggagas LaporCovid19

koma wajibkah menqadha shalatnya koma wajibkah menqadha shalatnya

Pasien Covid-19 Koma, Wajibkah Ia Mengqadha Shalat Setelah Sembuh?

corona sebagai tanda kiamat corona sebagai tanda kiamat

Corona Sebagai Tanda Kiamat, Benarkah Demikian?

kurban sedekah korban covid-19 kurban sedekah korban covid-19

Sebaiknya Dahulukan Kurban atau Sedekah untuk Korban Covid-19?

Ditulis oleh

Alumni Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan PP. Sunan Pandanaran. Saat ini mengelola Komunitas Indonesian Content Creator dan menjadi Bloger di Iffiarahman.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Tiga Tradisi Bersalawat yang Rutin Diadakan di Pesantren Sunan Pandanaran

Muslimah Daily

Connect