BincangMuslimah.Com – Kontribusi peradaban Islam dalam bidang sastra Arab sangat terlihat di wilayah Andalusia. Sebagaimana pernyataan Abaniz, seorang penulis Andalusia yang menyebutkan bahwa para penyair Andalusia sebelumnya tidak pernah mengekspresikan karya sastra melalui tema-tema yang beragam. Seperti tema-tema kepahlawanan maupun semangat perjuangan kecuali setelah peradaban Islam hadir dan berkembang di bumi Andalusia.
Penyair Perempuan Andalusia
Walladah binti al-Mustakfi Billah Muhammad ibn Muhammad ibn ‘Abd al-Rahman adalah seorang penyair perempuan yang terkenal di masa kekhalifahan Andalusia. Ia juga merupakan putri Khalifah Muhammad III (r.1024-1025). Namanya lebih dikenal sebagai Walladah binti al-Mustakhfi. Tidak ada yang tahu secara pasti terkait tanggal lahirnya. Namun beberapa referensi meyakini antara tahun 994, 1001, atau 1011. Tahun-tahun tersebut adalah kemungkinan terdekat sebagai tahun kelahirannya, tetapi hal yang pasti bahwa ia lahir dan wafat di Cordoba.
Walladah merupakan seorang perempuan dengan latar belakang keadaan sosial yang elit dan kelompok kelas penguasa. Keadaan ini memberinya hak istimewa seperti kekayaan dan memperoleh pendidikan yang sangat baik. Tidak seperti keadaan mayoritas perempuan ataupun laki-laki lain sebagai masyarakat umum. Pada masanya, tidak semua orang memperoleh fasilitas dan akses istimewa tersebut. Meskipun patut untuk mengakui kelebihannya bahwa Walladah mempunyai karakter yang unik bahkan menjadi representasi perempuan Andalusia pada masa tersebut.
Walladah binti al-Mustakfi, salah satu generasi terakhir dari kekuatan Dinasti Umayyah. Kematiannya bertepatan dengan invasi yang berhasil dan penaklukan bekas wilayah mereka oleh dinasti Berber asing, serta menjadi akhir yang cukup menarik. Seperti kelahirannya, Tanggal wafatnya juga tidak diketahui dengan jelas, disebutkan antara tahun 1087 atau 1091. Jika yang terakhir ini akurat, kematiannya menjadi simbolis, karena seperti yang terjadi pada tahun yang sama bahwa Córdoba jatuh ke tangan Almoravid.
Karya Walladah binti al-Mustkahfi
Beberapa karya Walladah al-Mustkahfi tersimpan dalam literatur Arab. seperti yang ditulis oleh Ibn Bassam yakni kitab berjudul al-Sakhira, dalam Antologi Walladah yang di dalamnya terdapat sekitar sepuluh syair yang disenandungkan oleh Walladah. Contoh beberapa potongan bait karya Walladah yakni:
ألا هل لنا من بعد هذا التفرّق # سبيل فيشكو كلّ صبّ بما لقي
وقد كنت أوقات التزور في الشتا # أبيت على جمرٍ من الشوق محرق
فكيف وقد أمسيت في حال قطعة # لقد عجّل المقدر ما كنت أتّقي
تمرُّ الليالي لا أرى البين ينقضي # ولا الصبر من رقّ التشوّق معتقي
Apakah bagi kita setelah perpisahan ini, jalan untuk mengeluh tentang setiap yang aku temui
Dan sungguh aku telah berkunjung di musim dingin, Aku terlelap di atas bara api kerinduan
Maka bagaimana saat sore dalam keadaan hancur, Takdir telah mempercepat apa yang telah aku lalui
Malam telah berlalu, aku tidak melihat waktu berlalu, Dan tidak sabar dari diperbudak kerinduan
Dari keseluruhan puisi ini menggambarkan bagaimana kondisi Walladah saat berpisah dengan kekasihnya. Ia menilai bahwa kekasihnya, Ibn Zaid merupakan seseorang yang baik. Tetapi hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan yang ia pikirkan. Ia harus berpisah dengan Zaidun karena beberapa faktor, salah satunya memiliki latar belakang kesukuan yang berbeda.
Bait-bait di atas menyiratkan hari-hari yang ia lalui setelah berpisah dengan kekasihnya. Walladah mengalami kehancuran yang sangat dan patah hati terhadap perpisahan tersebut, sehingga seolah-olah ia tidak dapat melalui hari-hari dan tidak dapat menemukan pengganti selain Zaid. Demikian kisah Walladah binti al-Mustakhfi yang merupakan salah satu penyair terkenal di Andalusia.