BincangMuslimah.Com – Pada masa kerajaan Majapahit, terdapat sosok perempuan yang merupakan saudagar kaya raya dan dihormati oleh para raja pada era tersebut. Ia adalah Nyai Ageng Pinatih atau dikenal dengan beberapa namanya seperti Nyai Tandes, Nyai Ageng Samboja, Nyai Ageng Maloka, dan Nyai Gede Pinatih. Nama julukannya “Samboja” berasal dari nama negara Kamboja, sedangkan ‘Pinatih’ merujuk pada kata ‘patih’.
Pebisnis Ulung dari Gresik
Bukti Nyai Ageng Pinatih perempuan terhormat ialah saat diangkat oleh Raja Majapahit Brawijaya V sebagai syahbandar Gresik yang masyhur dan menjabat pada tahun 1458 sampai 1477. Nyai Ageng Pinatih mempunyai barang dagangan dan kapal dalam jumlah besar serta usaha dan relasinya sangat luas di penjuru pulai Jawa. Banyaknya kapal yang singgah di pelabuhan, maka syahbandar diperlukan untuk mengatur pelabuhan. Syahbandar adalah seorang petugas yang bertugas mengatur pelabuhan yang mengatur pelabuhan di suatu daerah.
Akibat padatnya pelabuhan, sejak saat itu pusat pelabuhan Gresik kemudian berpindah yang mulanya berada di desa Bandaran menjadi bertempat di desa Kelingan (sekarang Kelingan atau Pakelingan). Pada masa jabatan Nyai Ageng Pinatih, pelabuhan Gresik menduduki masa kejayaannya.
Namun dalam sumber lain menyebutkan jika Dinas Ming yang mengangkat Nyai Ageng Pinatih sebagai syahbandar Gresik. Ia menggantikan Cheng Ho yang bertugas mengontrol keamanan wilayah Jawa dan Sumatera, terutama di kota Palembang, Sumatera Selatan.
Dalam buku “Kota Gresik 1896-1916 Sejarah Sosial Budaya dan Ekonomi” karya sejarawan Oemar Zainuddin (Penerbit Ruas), Nyai Gede Pinatih merupakan seorang perempuan pertama di Nusantara pada periode kesultanan yang berinisiatif untuk memungut bea cukai dan mengawasi para pedagang asing.
Tokoh Penting Penyebaran Islam di Gresik
Nyai Ageng Pinatih juga salah satu tokoh perempuan penting yang turut berkontribusi dalam penyebaran agama Islam di wilayah Gresik. Ia adalah ibu angkat Raden Paku atau Sunan Giri yang ditemukan oleh kapal yang ditumpangi Nyai Ageng Pinatih saat berlayar ke Pulau Bali dalam keadaan tengah terombang-ambing di laut pada tahun 1443. Awak kapal yang menemukan Sunan Giri saat tubuhnya tersangkut di kapal. Itulah alasan bayi tersebut diberi nama Jaka Samudra. Ia juga kaka perempuan dari Raden Rachmat atau Sunan Ampel.
Dalam jurnal berjudul “Character Education of Female Syahbandar Nyai Ageng Pinatih Gresik”, menyebutkan sikap religius dan ketaatan Nyai Ageng Pinatih. Hal tersebut diwujudkan dalam mendidik sikap keberagamaan anak angkatnya Joko Samudro. Nyai Ageng Pinatih merupakan sosok wanita yang baik hati, penyayang dan taat mengamalkan nilai-nilai Islam. Ia seorang muslimah yang taat, merawat dan membesarkan anak angkatnya dengan penuh kasih sayang dan cinta.
Menambahkan, Nyai Ageng Pinatih adalah bukti keberhasilan seorang ibu di balik kesuksesan anak angkatnya. Joko Samudro tumbuh menjadi seorang ulama, bahkan menjadi wali pilihan Allah. Dengan penuh ketelitian dan disiplin ia melatih dan mendidik Joko Samudro hingga tak jarang berdagang. Kejujurannya dalam berdagang juga ia turunkan kepada putranya. Ia memberi kesempatan kepada Joko Samudro untuk beralih tugas sebagai syahbandar dan nakhoda kapal. Dengan keahlian dan keterampilannya Joko Samudro menjadi seorang tokoh masyarakat yang kharismatik dan disegani. Tak hanya itu, ia dikenal sebagai pemimpin sekaligus ulama yang mengayomi masyarakat.
Nyai Ageng Pinatih merupakan sosok muslimah inspiratif dan mempunyai akhlak mulia yang patut dijadikan teladan bagi generasi muda. Ia taat beragama, toleran, dan hidup damai dengan pemeluk agama lain. Sosok perempuan yang nasionalis, bijaksana dan bertanggung jawab dalam perannya sebagai Syahbandar Pelabuhan Gresik. Ia juga berintegritas dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan siapapun, konsisten dan jujur dalam bertransaksi. Ia memiliki solidaritas dan kepedulian sosial dalam memberikan santunan kepada dhuafa dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Pada tahun 1317 H atau 1449 M, Nyai Ageng Pinatih menghembuskan nafas terakhir. Makamnya berada di desa Bedilan, kelurahan Kebungson, sekitar 300 M arah utara alun-alun kota Gresik.