Ikuti Kami

Khazanah

Kisah Teladan Nabi Isa dalam Menahan Amarah

Kisah Teladan Nabi Isa
Kisah Teladan Nabi Isa

BincangMuslimah.Com – Marah memang merupakan sifat naluriah manusia. Namun,  apabila hal itu tidak dikendalikan maka akan berakibat pada pola watak yang relatif permanen (temperamental). Jelas Islam melarang seseorang untuk memiliki sifat pemarah. Karena itu, Alquran hadir mengajarkan umat manusia untuk mengendalikan dan menahan amarah, sekaligus memberi teladan melalui kisah para Nabi. Salah yang kisah teladan dibahas pada artikel ini adalah Nabi Isa yang terkenal dengan sifat kelembutan dan sikap tenangnya. 

Dalil tentang Menahan Amarah

Allah Swt telah berfirman dalam Q.S. Ali Imran [3]: 134 terkait anjuran untuk menahan amarah.

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤

Artinya: “Yaitu orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”

Amarah pada ayat di atas, dilafazkan dengan al-Ghaidz. Mengutip pernyataan Wahbah al-Zuhaili, kata amarah menggunakan term tersebut sebab menjelasakan arti kemarahan yang tidak terukur atau yang parah, hingga membuat celaka. Sedangkan menurut Quraish Shihab, dalam Tafsir al-Misbah, juz 2, halaman 221 menyebutkan, lafadz wal-Kadzimiina yang terdapat pada sebelumnya merupakan anjuran menahan amarah dengan tidak menyimpan dendam dan mengeluarkannya seperti mencetuskan kata-kata atau perbuatan negatif.

Kemudian, Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi, Juz  2, h. 119-120 menjelaskan, orang-orang yang mengekang perasaan amarah dan tidak mau melampiaskannya, sekalipun hal itu bisa saja ia lakukan, termasuk tingkatan penguasaan diri dan pengendalian jiwa yang jarang bisa dilakukan. Karena itu, tak heran jika ada yang mengatakan bahwa orang bisa menahan amarah termasuk golongan yang mendapat predikat takwa.

Baca Juga:  Nyai Mahmudah Mawardi: Aktivis, Politikus, dan Pejuang Kemerdekaan

Rasulullah mengatakan menahan amarah ialah salah satu sikap kesabaran manusia menghadapi cobaan hidup dan kesabaran yang agung ini adalah sarana ibadah kepada Allah. 

Sebagaimana dalam sabdanya yang diriwayatkan Ibnu Umar, “Tidak ada kesabaran yang paling agung di sisi Allah melebihi kesabaran hamba dalam menghadapi kemarahan yang ia tahan semata-mata karena Allah.” (H.R. Ibnu Majah) 

Teladan Nabi Isa: Memiliki Hati yang Tidak Mudah Marah 

Nabi Isa bin Maryam sebagaimana rasul lainnya tidak pernah sunyi daripada jalan terjal menyampaikan risalah kenabian. Namun beliau dikenal orang yang sabar tenang dan tidak mudah marah. Berkat kesabaran Nabi Isa dalam menghadapi berbagai tantangan berdakwah ia termasuk kategori ulul azmi.

Kesabaran Nabi Isa dapat dilihat dari rekam jejak dakwahnya kepada Bani Israil yang menerima dan menolaknya. Mereka yang menolak, mencaci maki Nabi Isa dengan ucapan yang tidak baik. Bahkan kaumnya itu juga merencanakan makar pembunuhan terhadap dirinya. 

Akan tetapi, ia tidak membalas ucapan mereka dengan keburukan, Nabi isa juga tidak pernah meminta kepada Allah suatu kekuatan untuk dapat membalas kejahatan Bani Israil. Bahkan ia pernah memohon kepada Allah dengan bahasa yang sopan dan rendah hati agar orang yang pernah menyakitinya dirinya supaya tidak diazab. 

Sebagaimana Gus Baha yang menjelaskan riwayat masyhur Nabi Muhammad pernah menangis semalaman sebab membaca Q.S. al-Maidah [4]: 118. Ketika ditanya oleh sahabat, beliau bersabda, “Aku sudah tidak bisa berkomentar, kecuali hanya meniru orang salih terdahulu.” Yang dimaksud Rasulullah itu adalah Nabi Isa yang dengan kelembutan hatinya memikirkan nasib umatnya.

Habib Umar bin Hafidz pernah menceritakan bahwa suatu ketika datang seorang yang mencaci Nabi Isa, namun ia tidak menunjukkan ekspresi marah melainkan senyuman tersungging di wajahnya. Orang itu mencaci lagi, tetapi sedikitpun tidak merubah senyum Nabi Isa dan malah membalasnya dengan doa kebaikan. Lalu dicaci lagi untuk ketiga kalinya, tetap saja beliau mendoakannya. 

Baca Juga:  Lima Karakter Sayyidah Maryam dalam Al-Quran

Salah seorang pengikut setianya yang juga berada di tempat itu bertanya, “Wahai Nabi Isa, orang ini tidak memujimu atau memberi kebaikan untukmu. Ia mencacimu lalu engkau mendoakannya?” Kemudian Nabi Isa menjawab, “Seseorang mengeluarkan apa yang dia miliki dalam hatinya, dia hanya memiliki itu (cacian). Sedangkan dalam hati saya hanya ada cinta, syukur, doa, dan kebaikan, maka itu yang dapat saya berikan pada orang lain.”

Begitulah hati orang-orang yang bertakwa, ibarat wadah yang akan memercikkan setiap isinya. Gelas yang isinya air susu, yang keluar darinya air susu pula. Sama halnya apabila hati manusia suci dari kotoran hati, maka apa yang keluar dari dirinya, baik berupa perbuatan maupun ucapan adalah hal-hal yang positif pula. 

Oleh karenanya, sebagai seorang muslim seharusnya selalu bermuhasabah diri apakah hatinya sudah bersih atau malah masih terbelenggu dengan berbagai penyakit. Jika belum maka selalu berusaha untuk membersihkan penyakit tersebut, seperti menjauhi sifat-sifat buruk; marah, hasad, riya, juga menjaga lisan dengan sungguh-sungguh terutama untuk tidak menyakiti orang lain. Selain itu, berusaha juga untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, melanggengkan dzikir, dan memohon pertolongan kepada Allah.

Sebagai penutup, dikisahkan dalam kitab Syarah Hadits arbain-Nawawi, suatu kali Nabi Isa berkata kepada Nabi Yahya, “Aku akan mengajarkan kepada engkau ilmu yang bermanfaat, (yakni) jangan marah.”

Nabi Yahya pun bertanya “Bagaimana supaya saya tidak marah?”

Ia pun menjawab, “Jika engkau dicela dengan sesuatu yang memang ada pada dirimu, maka katakanlah ‘Itulah dosa yang aku ingat dan karenanya aku memohon ampunan kepada Allah.’ Jika kamu dicela dengan sesuatu yang sesungguhnya tidak ada pada dirimu, maka pujilah Allah yang tidak menjadikan pada dirimu apa-apa yang dicelakan itu. Dengan demikian, (celaan) itu akan menjadi suatu kebaikan yang dikirimkan (oleh Allah) kepadamu.”

Baca Juga:  Raden Siti Jenab, Pendiri Sekolah Pertama di Cianjur

Itulah kisah teladan yang bisa kita petik dari Nabi Isa as untuk menahan amarah. Mari kita sibukkan hati kita dengan perbuatan terpuji agar terhindar dari penyakit hati. 

Rekomendasi

Ditulis oleh

Khadimul 'Ilmi di Yayasan Taftazaniyah

Komentari

Komentari

Terbaru

Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara

Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara

Muslimah Talk

Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

Berita

Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global

Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global

Muslimah Daily

Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial

Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial

Muslimah Talk

Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan

Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan

Muslimah Talk

Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir  Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir 

Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir 

Khazanah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia? Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Muslimah Talk

Trending

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Kajian

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Kajian

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Ibadah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Maulid Nabi dalam Pandangan K.H. Hasyim Asy'ari Maulid Nabi dalam Pandangan K.H. Hasyim Asy'ari

Maulid Nabi dalam Pandangan K.H. Hasyim Asy’ari

Kajian

Amalan Rebo Wekasan Amalan Rebo Wekasan

Amalan Rebo Wekasan Menurut Pandangan Islam

Kajian

Connect