Ikuti Kami

Khazanah

Akhlak Nabi: Amanah termasuk dengan Non-Muslim

berbisnis nonmuslim dalam islam

BincangMuslimah.Com“Dan, sesungguhnya, kamu (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam, 68: 4). Demikian adalah kesaksian Allah Swt. tentang Nabi Muhammad saw. Salah satu keagungan akhlak Nabi saw., sebagaimana dicatat semua kitab-kitab biografi, atau as-sirah an-nabawiyah, adalah karakter amanah, atau dipercaya, dengan panggilan al-amin.

Karakter sebagai al-amin ini telah terbentuk pada diri Nabi saw. sejak kecil hingga beranjak dewasa, dan terus sampai menerima wahyu, berdakwah di Mekkah, dan kemudian hijrah dan tinggal di Madinah. Karakter al-amin, tidak saja berarti amanah dan dipercaya, tetapi juga mengandung sikap-sikap baik, mudah empati, dan suka menolong orang lain. Baik dalam relasi pergaulan dengan orang-orang muslim, maupun non-muslim.

Catatan dalam Sirah Nabawiyah

Imam as-Suyuthi (w. 911 H) dalam kitabnya “al-Khashaish al-Kubra” mencatat berbagai riwayat tentang sejarah tumbuh kembang Nabi Saw di antara orang-orang kafir Quraish, sebagai orang yang berakhlak mulia, suka menolong, mudah bergaul, tidak berdusta, dipercaya untuk memegang amanah, dan tidak pernah menyakiti orang, baik dengan lisan maupun perbuatan.

شب رسول الله صلى الله عليه وسلم أفضل قومه مروءة، وأحسنهم خلقا، وأكرمهم مخالطة، وأحسنهم جوارا، وأعظمهم حلما وأمانة، وأصدقهم حديثا، وأبعدهم من الفحش والأذى، ما رؤي مماريا ولا ملاحيا أحدا حتى سماه قومه الأمين

Artinya: “Rasulullah Saw tumbuh di antara kaumnya dengan harga diri paling utama, akhlak paling mulia, paling dermawan dalam bergaul, paling baik dalam bertetangga, paling mudah menolong dan amanah, paling jujur bertutur kata, paling jauh dari perkataan kotor dan perbuatan menyakiti, tidak pernah menampakkan citra baik untuk menipu, tidak juga menjatuhkan orang lain, sehingga kaumnya menyebutnya sebagai al-amin” (al-Khashaish al-Kubra, Juz 1, hal. 153).

Baca Juga:  Ibnu Khaldun dan Karl Marx Peran Pemikirannya dalam Perkembangan Pola Gerak Sejarah

Semua rujukan sirah nabawiyah juga menceritakan kisah konflik antar tetua kabilah Quraish, untuk meletakan Hajar Aswad di Ka’bah, yang akhirnya sepakat menyerahkan peletakan itu kepada Nabi Muhammad saw. Mereka menganggap beliau sebagai orang yang tepat bijak. Awalnya, mereka berebut untuk mengambil Hajar Aswad. Ketika akhirnya Nabi yang mereka pilih, Nabi membuka surban, meminta masing-masing pemimpin kabilah untuk memegang  ujungnya, Hajar Aswad diletakkan di tengah, mereka bawa bersama-sama sampai di pinggir Ka’bah, dan Nabi yang kemudian mengangkatnya dan meletakkannya di Ka’bah.

Dengan akhlaq ini, Sayyidah Khadijah ra merekrut Nabi Muhammad saw. untuk mengelola usaha ekspor impornya. Dan karena akhlaq inilah, Sayyidah Khadijah r.a, yang berusia 40 tahun, melamar Nabi Muhammad Saw, pada saat uisa 25 tahun, untuk menjadi suaminya. Akhlaq Nabi Saw adalah al-Amin dengan semua orang, yang berbeda-beda agama, di Mekkah yang menyembah berhala, di perjalanan berdagang dengan berbagai orang, dan di Syria yang banyak penganut agama Kristen.

Sumber Rujukan Hadits

Sifat Nabi Saw yang demikian juga dicatat dalam berbagai kitab-kitab Hadits. Salah satunya adalah Kitab Sahih al-Bukhari yang berkisah tentang kekhawatiran Nabi Saw pada saat menerima wahyu pertama dan sikap Siti Khadijah ra, yang menyelimuti, menenangkan, dan menyatakan dengan tegas:

كَلاَّ أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لاَ يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا فَوَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِى الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ

“Tidak perlu khawatir, (wahai suamiku), berbahagialah dan tidak perlu bersusah hati, sesungguhnya Allah Swt tidak akan pernah membuatmu menjadi terhina, sama sekali, karena kamu, sungguh, selalu menyambung persaudaraan, berkata jujur, menanggung orang yang banyak beban, membantu orang miskin, menghormati tamu, dan mengatasi kesulitan secara benar” (Sahih al-Bukhari, no. 5005).

Baca Juga:  Kehidupan Muhammad Sebelum Menjadi Nabi (1)

Ungkapan ini, seperti dikisahkan Imam Bukhari, disampaikan Sayyidah Khadijah setelah Nabi Muhammad saw. menerima wahyu pertama dan merasa khawatir dengan apa yang dialami dan diterima beliau. Khadijah justru yakin dan teguh bahwa ini adalah wahyu dan kebenaran, karena akhlak dan perilaku Nabi saw yang mulia. Orang yang berakhlak mulia tidak mungkin disia-siakan Allah Swt. Untuk lebih meyakinkan lagi, Khadijah menawarkan untuk pergi berkunjung menemui seorang pendeta Kristen yang berilmu, bernama Waraqah bin Naufal. Khadijah yang menawarkan, mengajak, dan menemani. Waraqah bin Naufal menerima Nabi saw, mengapresiasi, dan mendukung.

Catatan hadits ini, dan juga berbagai sumber sirah nabawiyyah, adalah petunjuk kuat tentang akhlak baik Nabi Saw dalam pergaulan sosial dengan masyarakat, dengan yang muslim maupun yang lain. Di Mekkah, dimana Nabi Saw lahir, tumbuh remaja dan dewasa, sampai menerima wahyu, dikenal sebagai al-amin, yang dipercaya, amanah, mudah menolong, menguatkan persaudaraan, menghormati tamu, dan selalu tandang untuk problem kemanusiaan.

Sifat ini, seperti dalam penegasan Siti Khadijah r.a, adalah justru yang membuat Nabi Saw terpilih menjadi Rasul dan akan terus dalam perlindungan Allah Swt. Sifat ini, yang menjadi karakter Nabi Saw sejak kecil terus menghiasi dalam pergaulan hidup sehari-hari, baik dengan orang-orang yang  beriman, maupun dengan mereka  yang masih tetap dengan agama sebelumnya.

Dalam fase kehidupan di Mekkah, tentu saja, secara sosial Nabi saw. lebih banyak dikelilingi orang-orang yang tidak beriman. Dengan mereka semua, sebagaimana petunjuk sirah nabawiyah dan kitab hadits, karakter Nabi saw yang utama adalah al-amin. Dalam berbagai catatan sirah, hari terakhir, ketika Nabi saw. hendak hijrah ke Madinah, digunakan untuk mengembalikan semua barang-barang orang Quraish, yang tentu saja tidak beriman, yang dititipkan mereka kepada Nabi saw. Begitupun dalam fase kehidupan Nabi Muhammad saw. di Madinah. Demikianlah kisah-kisah yang menunjukkan akhlak Nabi saw. yang dipercaya, atau amanah, dan disebut sebagai al-amin. Wallahu a’lam.

Editor: Zahrotun Nafisah

Baca Juga:  Doa Nabi Ibrahim untuk Keturunannya

 

 

Rekomendasi

Perbedaan lelaki perempuan shalat, Membangunkan Shalat malam Perbedaan lelaki perempuan shalat, Membangunkan Shalat malam

Meneladani Rasul Sebagai Suami kok Setengah-setengah?!

kehidupan muhammad sebelum nabi kehidupan muhammad sebelum nabi

Meneladani Tata Cara Bertutur Kata Ala Rasulullah

sikap rasulullah penderita kusta sikap rasulullah penderita kusta

Marak Diskriminasi pada ODHA, Tiru Sikap Rasulullah terhadap Penderita Kusta

Shafiyyah huyay istri nabi Shafiyyah huyay istri nabi

Shafiyyah binti Huyay, Perempuan Yahudi yang Masuk Islam dan Jadi Istri Nabi

Ditulis oleh

Pengamat isu gender dalam Islam, dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Institut Studi Islam Fahmina (ISIF), dan Wakil Direktur Ma’had Aly Kebon Jambu, Babakan, Ciwaringin, Cirebon.

Komentari

Komentari

Terbaru

Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri

Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri

Ibadah

Anjuran Saling Mendoakan dengan Doa Ini di Hari Raya Idul Fitri

Ibadah

Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri? Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri?

Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri?

Ibadah

kisah fatimah idul fitri kisah fatimah idul fitri

Kisah Sayyidah Fatimah Merayakan Idul Fitri

Khazanah

Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah

Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah

Muslimah Talk

Kapan Seorang Istri Dapat Keluar Rumah Tanpa Izin Suami? Kapan Seorang Istri Dapat Keluar Rumah Tanpa Izin Suami?

Ummu Mahjan: Reprentasi Peran Perempuan di Masjid pada Masa Nabi

Muslimah Talk

Puasa dalam Perspektif Kesehatan: Manfaat dan Penjelasannya Puasa dalam Perspektif Kesehatan: Manfaat dan Penjelasannya

Puasa dalam Perspektif Kesehatan: Manfaat dan Penjelasannya

Diari

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid: Pelopor Pendidikan Perempuan dari NTB

Kajian

Trending

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Video

Ketentuan dan Syarat Iktikaf bagi Perempuan

Video

tips menghindari overthingking tips menghindari overthingking

Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadhan (Bagian 3)

Ibadah

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid: Pelopor Pendidikan Perempuan dari NTB

Kajian

malam jumat atau lailatul qadar malam jumat atau lailatul qadar

Doa Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah pada Siti Aisyah

Ibadah

Anjuran Saling Mendoakan dengan Doa Ini di Hari Raya Idul Fitri

Ibadah

mengajarkan kesabaran anak berpuasa mengajarkan kesabaran anak berpuasa

Parenting Islami : Hukum Mengajarkan Puasa pada Anak Kecil yang Belum Baligh

Keluarga

Puasa Tapi Maksiat Terus, Apakah Puasa Batal?

Video

Connect