Ikuti Kami

Keluarga

Ibu Rumah Tangga, Rentan Jadi Manusia Paling Kesepian

Ibu rumah tangga
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Entah dari mana, pernyataan “Ibu rumah tangga adalah orang yang paling kesepian” telah begitu lama bergelayut di dalam kepala. Pernyataan ini tentu saja bisa dibantah habis-habisan oleh khalayak ramai. Bagaimana bisa kesepian? 

Bukankah setelah menikah perempuan tinggal bersama dengan suami. Yang tadinya sendiri menjadi berdua. Di mana letak celah ia bisa merasa sepi? Belum lagi jika usai menikah hadir sang buah hati yang jadi dambaan kasih dari suami istri. Seharusnya terbalik, seisi rumah menjadi riuh rendah. 

Jika benar rasa sepi tiada pernah menghampiri ibu rumah tangga, coba simak pemberitaan beberapa waktu terakhir. Mungkin belum hilang dalam ingatan terkait video yang menampilkan seorang ibu, tampak bingung dan hendak menghempaskan diri ke atas kereta. 

Ada pula kabar tentang ibu yang menyakiti diri sendiri, berikut dengan sang anak. Situasi seperti ini biasanya dikaitkan dengan baby blues hingga postpartum depression. Meski hormon memang menjadi salah satu pencetus kondisi emosional dari seorang perempuan, rasa sepi yang berkepanjangan  ternyata berpengaruh pada kesehatan mental. 

Rasa sepi yang tidak teratasi kemudian dibiarkan berlarut-larut bisa berujung pada kesedihan hingga depresi. Lantas kok bisa, perempuan yang sudah menikah, bahkan dikaruniai buah hati malah mengalami kesepian?

Setidaknya ada beberapa faktor risiko yang bisa jadi penyebab ibu rumah tangga alami kesepian, di antaranya: 

Ruang interaksi sosial yang menyempit

Ketika seorang perempuan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, maka sudah dapat dipastikan aktivitas utama yang dilakukan pastilah seputar domestik. Ia akan disibukkan dengan segala urusan pekerjaan rumah tangga. Mencuci, memasak, merapikan rumah hingga mengurus anak. Sedangkan suami yang memutuskan sebagai pencari nafkah akan menghabiskan waktu di luar rumah. 

Baca Juga:  Mengkritik Anak di Depan Umum Adalah Bentuk Kekerasan

Di sela-sela kesibukan inilah, ibu-yang juga seorang manusia– turut punya kebutuhan untuk berbicara, berbagi, dan bertukar pikiran dengan manusia lainnya. Namun, aktivitas yang harus dituntaskan di rumah membuat ibu tidak bisa keluar, sampai pekerjaan tersebut selesai. 

Sebagian ibu bahkan baru bisa menyelesaikan pekerjaan domestik saat matahari sudah tenggelam. Setelah itu, ia tidak bisa langsung beristirahat. Saat suami pulang bekerja, Istri pun bergegas menyediakan makan malam untuk keluarga. 

Situasi ini menjadi pendorong ruang lingkup sosial ibu atau istri menjadi sempit. Pertemuan antar teman pun jadi berkurang. Padahal banyak yang ingin dicurahkan. 

Bagaimana jika menceritakannya dengan sang suami?

Ada ibu yang lelah setelah mengerjakan semuanya dan langsung tertidur. Namun ada istri atau ibu yang berharap punya pendengar dan kawan bicara ketika suami pulang. Beberapa ada suami yang menyediakan waktu, bersedia untuk berbicara dengan istri. Tapi ada juga yang memilih untuk tidur. Mungkin saja pekerjaan di luar menguras tenaga, atau alasan lainnya. Maka menjadi sebuah kewajaran seorang ibu rumah tangga bisa merasa kesepian

Istri atau ibu rumah tangga banyak melakukan sesuatu sendiri

Urusan domestik hingga mengasuh anak, sebagian besar di masyarakat kita dikerjakan oleh perempuan. Dalam satu hari penuh, memasak, mencuci, berbenah rumah hingga mengasuh anak, semua dikerjakan sendiri. 

Mungkin ada beberapa keluarga yang mampu menyewa ibu rumah tangga. Tapi untuk kelompok ekonomi menengah ke bawah, privilege seperti ini tentu tidak bisa didapat. 

Melakukan semuanya sendirian tentu menguras energi yang tidak sedikit. Bukan hanya fisik saja yang dikuras, kondisi psikis pun turut menurun. Apalagi jika ada tekanan lain di luar pekerjaan domestik maka ibu riskan merasa kesepian. 

Baca Juga:  Hukum Menyematkan Nama Suami di Belakang Nama Istri

Ibu rumah tangga harus sempurna 

Di era perkembangan zaman yang begitu pesat, masih saja ada tuntutan perempuan harus sempurna dan mengemban tugas maha berat sendirian. Perkara sederhana saja misalnya. 

Seorang ibu rumah tangga harus menjamin rumah dalam keadaan bersih, dan dalam bersamaan, ibu dituntut untuk bisa menyediakan makanan tiga kali sehari, plus mengurus anak. Tidak ada boleh ada cacat celah. Jika ada satu kesalahan, maka muncul anggapan “kamu bukan ibu atau istri yang baik”. 

Predikat ini bukanlah hal sepele. Ekspektasi harus selalu sempurna mendorong perempuan untuk jatuh dalam jurang ‘merasa bersalah’. Rasa bersalah bisa berujung pada kesedihan dan rasa sepi. 

Selalu membandingkan diri sendiri

Kemajuan teknologi membuat kehidupan setiap orang terpampang dengan jelas. Berselancar di media sosial beberapa saat membuat kita tahu jika tetangga sebelah baru saja berlibur ke Singapura, misalnya. Atau baru-baru ini, menengok instastory, tampak seorang kawan sudah tuntas mengenyam pendidikan pascasarjana. 

Situasi ini riskan dan rentan mendorong ibu rumah tangga untuk membandingkan dirinya dengan si tetangga atau seorang kawan di atas. Ia merasa dunianya hanya seputar domestik, merasa tetap jalan di tempat dan banyak peluang yang terlewatkan. 

Lalu apa yang bisa dilakukan?

Memang bukan hal yang salah, ketika perempuan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Semua keputusan yang diambil tentu punya nilai luar biasa serta peran penting. Begitu juga saat seseorang memutuskan untuk menjadi perempuan karir. 

Ada hal baik, sekaligus risiko yang memang tidak bisa dihindari. Namun, rasa sepi pada ibu rumah tangga sebenarnya bisa dicegah. Pertama, tentu dari peran suami. Sudah saatnya menjadi partner bagi para istri dalam hal membesarkan anak. 

Baca Juga:  Parenting Islami : Cara Membiasakan Anak Shalat Lima Waktu

Ubah pola pikir terkait asuh dan asih hanya dilakukan oleh ibu atau perempuan saja. Nyatanya ayah, suami punya peran penting dalam tumbuh kembang anak. Bahkan beberapa penelitian menyatakan jika peran ayah menyempurnakan perkembangan psikis anak. 

Hal lain yang bisa dilakukan oleh suami adalah menyediakan ruang dan waktu untuk bertukar pikiran. Bantu istri atau pasangan untuk punya ruang mengembangkan diri di luar dari aktivitas domestik. Dukung pasangan jika ada potensi yang ingin digali dan jangan sampai membatasi ruang geraknya. 

Rekomendasi

Istri Menafkahi Suami, Dapatkah Pahala?

Perbedaan lelaki perempuan shalat, Membangunkan Shalat malam Perbedaan lelaki perempuan shalat, Membangunkan Shalat malam

Meneladani Rasul Sebagai Suami kok Setengah-setengah?!

Surat Al-Ahzab Ayat 33 Surat Al-Ahzab Ayat 33

Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 33; Domestikasi Perempuan, Syariat atau Belenggu Kultural?

ibu rumah tangga krisis ibu rumah tangga krisis

Islam Mendorong Suami Memberi Dukungan agar Ibu Rumah Tangga Tidak Mengalami Krisis Identitas

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect