Ikuti Kami

Keluarga

Ibu Alami Postpartum Depression, Ini yang Bisa Dilakukan Suami

Postpartum Depression
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Keberadaan ibu hamil yang mengalami postpartum depression atau depresi pasca melahirkan menjadi satu masalah yang amat menggelisahkan. Mungkin ada perasaan jerih ketika melihat sebuah pemberitaan seorang ibu yang melukai dirinya sendiri, hingga mencoba mengakhiri hidup. 

Saban hari muncul berita lain yang mengabarkan seorang ibu tega melukai sang buah hati. Jika sudah begini, kebanyakan di antara kita akan menghujat dan mengucapkan kalimat tidak mengenakkan. Ibu yang demikian dianggap tidak bersyukur.

Kenali Perbedaan Baby Blues dan postpartum Depression

Menyakiti diri sendiri hingga sang buah hati bisa jadi pertanda jika ibu telah melampaui baby blues dan berubah menjadi postpartum depression. Perbedaan antara baby blues dan postpartum depression sering disalahpahami kebanyakan orang. 

Keduanya jauh berbeda. Baby blues jika diartikan secara umum adalah rasa sedih hingga gangguan emosi yang dirasakan ibu usai melahirkan. Gangguan emosi ini biasanya ditandai dengan ibu sering menangis, merasa malu, tidak sempurna, marah, dan sebagainya. 

Namun, durasi baby blues biasanya singkat, paling lama sekitar dua minggu saja. Berbeda dengan postpartum depression, tahap yang lebih serius karena bisa terjadi lebih lama. Sebulan, bahkan bisa lebih. 

Gejala yang dimunculkan dari postpartum pun cenderung jauh lebih kuat. Tidak hanya sekedar sedih, ibu saat mengalami gangguan ini akan merasa putus asa. Perasaan lain yang muncul adalah merasa tidak berguna. Hingga jika berlarut-larut, ibu merasa tidak dapat menjadi orang tua yang baik untuk anaknya. 

Kalaulah sudah berlarut-larut, ibu bisa mengalami gangguan makan dan enggan melakukan apa pun. Bahkan pada tahap yang cukup serius, ibu tidak ingin melihat anaknya dan ingin mengakhiri ini semua. 

Lantas apa yang menyebabkan lahirnya keberadaan postpartum depression pada ibu usai melahirkan?

Baca Juga:  Riwayat Uwais Al-Qarni: Menjadi Penghuni Langit karena Memuliakan Ibu

Postpartum depression bisa saja terjadi karena terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. 

Pada sebuah pertemuan virtual, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ulul Albab dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) merilis sebuah data. Data tersebut menyatakan jika ada 17,5 persen terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. 

Kehamilan tidak direncanakan terjadi bukan hanya dari pasangan yang sah. Namun, kehamilan ini dialami juga oleh pasangan suami istri. Bisa disebabkan karena penggunaan alat kontrasepsi yang tidak tepat hingga faktor lainnya. 

Tentu keberadaan sang buah hati dengan kondisi mental yang belum matang bisa menjadi faktor ibu mengalami postpartum depression. Untuk mengasuh dan mengasihi anak, butuh kemapanan dari segi mental hingga finansial. 

Jika tidak, muncul kekhawatiran yang berkepanjangan dan kendala dalam membesarkan anak. Semua ini tentu dapat menjadi buah pikir yang berujung pada depresi. 

Faktor lain munculnya postpartum depression adalah perubahan besar yang dirasakan oleh ibu. Tadinya ia hanyalah seorang perempuan mandiri yang bertanggungjawab atas dirinya. Setelah melahirkan, muncul tanggung jawab lain yang jauh lebih besar. 

Selain itu, penyebab lain bisa juga berasal dari perubahan besar pada hormon ibu, hingga lingkungan sosial tempat ia tinggal. Semuanya terakumulasi dan mendorong terjadinya postpartum depression. Jika sudah di tahap ini, tidak perlu menunggu. Langsung pergi untuk mendapatkan penanganan dari pihak profesional.

Yang Bisa Dilakukan Suami Cegah Postpartum Depression pada Ibu

Anak, adalah buah kasih dari suami dan istri. Sehingga tanggung jawab terhadap anak diemban oleh keduanya. Bukan salah satu di antaranya. Oleh karena itu, suami harus menganggap istri sebagai partner, begitu sebaliknya. Mulailah menanamkan pikiran jika suami dan istri adalah satu tim yang tidak dapat terpisahkan. 

Baca Juga:  Tiga Langkah Membina Generasi Berkualitas bagi Perempuan Karir

Pertama, suami perlu membuka ruang untuk mengobrol 

Buka ruang diskusi dan hargai setiap masalah yang pasangan ungkapkan. Entah itu seputar dirinya atau pengasuhan anak. Tidak hanya sekedar berkomunikasi, pasangan juga perlu menghargai keluhan, gagasan, dan pendapat yang ada. 

Hindari percakapan yang berbau pelecehan secara verbal. Pelecehan tidak selalu terkait seksual. Bisa saja berupa kalimat yang merendahkan, menjatuhkan dan membandingkan. Kamu kok gak bisa, begini saja tidak mampu, gak becus, dan sebagainya. 

Kedua, lakukan evaluasi bersama terkait pengasuhan anak 

Suami mungkin tidak bisa sepenuhnya berada di samping istri. Namun ketika malam tiba, walau hanya sebentar, peran suami tetap amat penting. validasi perasaan istri, hingga tawarkan bantuan.

Mungkin sesederhana memberikan pijatan ketika istri memberikan ASI pada sang buah hati. Bisa juga dengan membiarkan istri bersandar di bahu saat menyusui. Tindakan kecil seperti itu nyatanya membuat ibu merasa tidak sendiri.  

Ayah, suami bisa berbagi tugas dengan sang ibu. Sediakan waktu untuk menggantikan posisi istri untuk menggendong sang buah hati. Atur waktu sedemikian rupa dan jangan sungkan bertanya pada istri, apa yang dibutuhkan. 

Libatkan istri untuk membuat rencana masa depan, begitupun tentang masa depan anak. Tidak perlu rencana jangka pendek atau panjang. Bisa saja membuat rencana kesepakatan tentang berbagi tugas dan sebagainya. 

Dengan contoh kiat-kiat di atas, ibu merasa ia tidak sendiri dalam mengemban tanggung jawab bersama mengasih dan mengasuh anak. Yang terpenting, jangan lupa dan sungkan untuk berkonsultasi pada tenaga profesional terkait kesehatan mental. 

Rekomendasi

Istri Menafkahi Suami, Dapatkah Pahala?

Perbedaan lelaki perempuan shalat, Membangunkan Shalat malam Perbedaan lelaki perempuan shalat, Membangunkan Shalat malam

Meneladani Rasul Sebagai Suami kok Setengah-setengah?!

menolak dijodohkan bahasa cinta menolak dijodohkan bahasa cinta

Lima Bahasa Cinta: Suami Istri Perlu Tahu

Hannan Lahham: Mufassir Perempuan Ayat Kekerasan

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect