Ikuti Kami

Kajian

Trend Mentoring Poligami, Kedok Meraup Keuntungan

mentoring poligami meraup keuntungan
Polygamy wedding cake.

BincangMuslimah.Com – Isu poligami memang tiada mati, bahkan kini muncul aktivitas yang disebut mentoring poligami. Persoalan poligami di era sosial media menjadi pembahasan yang kerap viral. Di sisi lain, ada pula yang memanfaatkan momen poligami sebagai sarana menggais pundi-pundi rezeki. Hal ini yang terjadi di provinsi Banten sana, salah satunya lewat mentoring poligami. Baru-baru ini media Narasi TV melakukan peliputan terkait poligami.

Secara garis besar, peliputan tersebut diawali dengan maraknya iklan terkait mentoring poligami. Trend Mentoring Poligami tersebut dilakukan oleh praktisi poligami yang sering dipanggil ‘kyai’, bernama kyai Hafidhin. Dari pekerjaannya sebagai “mentor poligami” ini, dalam tiga bulan terakhir ia dapat meraup keuntungan 100 juta rupiah perbulan.

Namun bukan itu yang akan menjadi sorotan utama. Liputan itu menyorot kehidupan kyai yang hidup dengan empat orang istri. Hati penulis sejatinya dibuat meringgis karena istri keempat baru berusia 19 tahun. Usut punya usut, istri keempat menikah dengan kyai ketika masih berumur 16 tahun pada 2018.

Tadinya ia sempat ingin menolak lamaran laki-laki tersebut. Dirinya masih berniat ingin menimba ilmu di perguruan tinggi. Namun laki-laki tersebut mengatakan jika menikah bukanlah halangan. Ia pun berjanji suatu saat akan membiayai kuliah si perempuan ini.

Selain itu dalam pembicaraan antara jurnalis, laki-laki tersebut mengatakan melakukan pernikahan tanpa izin pada istri terdahulu. Satu kalimat yang cukup mengena. Buat apa izin? Memangnya istri saya kepala dinas? Sebuah jawaban yang cukup ikonik.

Peliputan yang bersifat dokumenter ini pastinya akan membuat geraham gemeretak menahan geram. Sempat mendapat penolakan, praktisi poligami ini mempercayai jika tindakannya tersebut tidak akan menyakiti sang istri.

Baca Juga:  Mengenal Konsep Poligami dan Monogami dalam Islam

Ajaibnya, ternyata laki-laki ini sebelumnya mempunyai enam orang istri. Tapi dua perempuan diceraikan dengan alasan yang cukup mencengangkan. Satu di antaranya karena mantan istri mendadak menopause.

Karena masih menginginkan anak yang banyak, ia pun menceraikannya. Perlu diketahui jika praktisi poligami tersebut telah memiliki 25 orang anak. Dan ia pun menganjurkan anak-anak perempuannya untuk mengutamakan jadi istri kedua, ketiga bahkan keempat.

Peliputan itu pun menyasar pada para istri. Rata-rata mereka dijodohkan dan dikenalkan oleh saudara ipar mereka. Perempuan tersebut yakin dengan keluarga yang menjodohkan karena terlihat salih, alim dan taat beragama.

Setiap kali mempromosikan poligami dalam mentoringnya, laki-laki tersebut berdalih aksi ini dilakukan demi agama Islam. Meluruskan orang-orang ke jalan yang lebih benar lewat poligami.

Pada umumnya, mereka yang searah dengan praktisi poligami ini menggunakan narasi agama. Jika tidak melakukan poligami, maka telah melawan sunnah Rasulullah. Namun apakah benar demikian adanya?

Bahwa Rasulullah memang melakukan poligami, itu tidaklah salah. Tapi tidak semua yang dilakukan oleh Nabi Muhammad harus dan wajib dilakukan oleh umatnya.

Bukankah menikah adalah kesepakatan dari kedua belah pihak. Bukan didominasi oleh suami saja, atau sebaliknya? Jika berkaca dari kasus di atas besar kemungkinan jika hati para istri sempat tersakiti.

Di sisi lain, perempuan seakan menjadi objek untuk sekadar menuntaskan kebutuhan reproduksi. Hal ini tentulah tidak memanusiakan manusia. Mereka yng tidak bisa memiliki anak diceraikan. Mereka yang menolak dimadu tidak didengar. Bukankah hal ini termasuk satu tindakan zalim?

Padahal jelas-jelas dalam Al-Quran telah menyatakan secara terang benderang. Ketimbang berbuat zalim dengan poligami, alangkah lebih bijak untuk memilih monogami saja.

Baca Juga:  Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.” (Q.S al-Nisa (4) : 3).

Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah pun menyebutkan jika perempuan yang disakiti oleh suami karena poligami bukan lah sekadar bersabar. Tetapi boleh bercerai. Masih dalam surah yang sama dijelaskan, perempuan yang memilih bercerai karena dipoligami, akan diberikan perlindungan oleh Allah SWT.

“Dan jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberikan kecukupan kepada masing-masing dari karunia-Nya. Dan Allah Maha LUAS (Karunia-Nya), Mahabijaksana,” (QS al-Nisa (4): 130) 

Namun yang menjadi PR adalah sebagian besar perempuan tidak mandiri secara finansial. Dikarenakan selama berumahtangga ada beberapa alasan yang membuat mereka tidak dapat mencari mata pencaharian sendiri. Misalnya diminta mengurus anak, tidak diperbolehkan beraktivitas di luar oleh suami dan sebagainya.

Sehingga mereka lebih memilih untuk bertahan meski mendapatkan kekerasan fisik dan psikis. Ketimbang terusir dari rumah sebagai istri yang dicap durhaka, lalu terlunta-lunta tanpa adanya dana. Hal ini juga yang menjadi mempertimbangkan kenapa tetap bertahan. Pemikiran tentang masa depan anak pun jadi taruhannya.

Perlu diketahui bahwa Rasulullah pun pernah menolak putrinya di poligami. Nabi Muhammad jelas-jelas mendukung anaknya Fatimah  dengan tidak mengizinkan Ali bin Abi Thalib berpoligami.

“Ali bin Thalib r.a(Suami putri Nabi Saw: Fathimah r.a). Aku tidak mengizinkan (hingga 3 kali). Jika mereka mau, silakan Ali bin Thalib r.a menceraikan putriku terlebih dahulu, lalu menikahi putri mereka. Karena putriku adalah darah dagingku. Sesuatu yang menganggunya berarti mengangguku. Sesuatu yang menyakitinya berarti menyakitiku. (Shahih al-Bukhari, Kitab Nikah. No 5285).

Jelas, bahwa tren mentoring poligami dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mendapatkan keuntungan secara materi. Pasalnya mereka mempolitisi ayat Alquran demi kepentingan mereka sendiri.

Rekomendasi

poligami poligami

Narasi Poligami, di Mana Suara Perempuan?

Poligami tanpa izin istri pertama Poligami tanpa izin istri pertama

Benarkah Poligami Tetap Sah Tanpa Izin Istri Pertama? Begini Pandangan Syekh Ahmad Thayyib

poligami poligami

Tiga Syarat Melakukan Poligami

menjaga toleransi menjaga toleransi

Perempuan Dukung Perempuan: Solusi Pemberantas Poligami Secara Sederhana

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Anjuran Bagi-bagi THR, Apakah Sesuai Sunah Nabi?

Video

QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial

QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial

Kajian

Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri

Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri

Ibadah

Anjuran Saling Mendoakan dengan Doa Ini di Hari Raya Idul Fitri

Ibadah

Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri? Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri?

Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri?

Ibadah

kisah fatimah idul fitri kisah fatimah idul fitri

Kisah Sayyidah Fatimah Merayakan Idul Fitri

Khazanah

Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah

Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah

Muslimah Talk

Kapan Seorang Istri Dapat Keluar Rumah Tanpa Izin Suami? Kapan Seorang Istri Dapat Keluar Rumah Tanpa Izin Suami?

Ummu Mahjan: Reprentasi Peran Perempuan di Masjid pada Masa Nabi

Muslimah Talk

Trending

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Video

Ketentuan dan Syarat Iktikaf bagi Perempuan

Video

tips menghindari overthingking tips menghindari overthingking

Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadhan (Bagian 3)

Ibadah

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid: Pelopor Pendidikan Perempuan dari NTB

Kajian

malam jumat atau lailatul qadar malam jumat atau lailatul qadar

Doa Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah pada Siti Aisyah

Ibadah

Anjuran Saling Mendoakan dengan Doa Ini di Hari Raya Idul Fitri

Ibadah

mengajarkan kesabaran anak berpuasa mengajarkan kesabaran anak berpuasa

Parenting Islami : Hukum Mengajarkan Puasa pada Anak Kecil yang Belum Baligh

Keluarga

Puasa Tapi Maksiat Terus, Apakah Puasa Batal?

Video

Connect