Ikuti Kami

Kajian

Syarat Sakit dan Safar Hingga Boleh Tidak Puasa

sakit safar tidak puasa

BincangMuslimah.Com-Puasa adalah salah satu syariat Islam yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Ibadah puasa ini mendorong kepada setiap umat Islam untuk sabar menahan dari hal yang sebenarnya boleh dilakukan di luar puasa. Puasa, khususnya di bulan Ramadan ini, bertujuan untuk menjadikan  seorang hamba bertakwa dan taat pada Tuhannya.

Dalam menjalani ibadah yang sakral ini, tentu seseorang harus mampu untuk menahan segala hal keduniawian saat puasa berlangsung. Oleh karena itu, ulama fikih sepakat untuk definisi puasa itu sendiri adalah;

الصوم هو لغة الإمساك وشرعا إمساك عن مفطر بشروط خاص

Artinya: ”Puasa secara bahasa adalah menahan. Sedangkan secara istilah, puasa adalah menahan diri dari hal yang membatalkan puasa dengan syarat-syarat tertentu”.

Untuk menahan diri dari matahari terbit sampai terbenam, seorang muslim haruslah sehat jasmani dan rohaninya. Oleh karena itu, salah satu syarat-syarat puasa adalah mampu (tidak sakit) dan juga berakal atau tidak gila. Dan jika tidak sehat, maka puasa tidak bisa dilaksanakan.

Namun syariat tidak membiarkan umatnya kesusahan. Dalam pembebanan puasa, tentu dijumpai juga keringanan yang bisa menjadi opsi jika perintah syariat tidak bisa terealisasi. Opsi keringanan ini disebut dengan rukhsah. 

Orang yang tidak bisa berpuasa karena sakit atau  safar, sedang bepergian, mendapatkan keringanan dari syariat agar tidak perlu puasa dan diganti dengan hari lainnya (baca: qadha). Ketentuan rukhsah ini diterangkan oleh Alquran, di dalam surah Al Baqarah ayat 184;

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Baca Juga:  Mengunyahkan Makanan Untuk Anak Apakah Membatalkan Puasa?

Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.

Dalam keringanan tentang sakit dan safar saat puasa, tidak semua sakit dan bepergian yang bisa masuk dalam keringanan ini. Ulama berbeda pendapat terkait orang yang berhak menerima keringanan ini, pendapat tersebut secara garis besar terbagi tiga;

Pertama, pendapat ahli Zahir. Para ahli zahir berpendapat bahwa ayat tersebut bersifat mutlak dan mencakup kepada semua sakit yang terjadi pada diri manusia. Bahkan sakit jari atau perjalanan yang dekat sekalipun juga bisa mendapatkan keringanan ini, pendapat ini dikemukakan oleh ibnu sirin dan atha’.

Kedua. Pendapat sebagian ulama. Mereka berpendapat bahwa sakit dan perjalanan yang bisa menyebabkan tidak puasa adalah sakit dan perjalanan yang bisa membahayakan jika puasa tetap dilakukan. Pendapat ini salah satunya dikemukakan oleh al-asham.

Ketiga, pendapat kebanyakan ulama. Mayoritas ulama sepakat bahwa sakit dan perjalanan yang membolehkan berbuka adalah sakit yang bisa tambah parah, lambat sembuh, atau yang mengganggu jika dilakukan dengan berpuasa. Ini dikemukakan oleh imam mazhab yang empat.

Syekh Muhammad Ali As-Shabuni di dalam kitab Rawai’ Al-Bayan juz 1, halaman 162 mentarjih (mengunggulkan) pendapat mayoritas ulama karena pendapat tersebut sangat sesuai dengan tujuan syariat. Tarjih tersebut adalah sebagai berikut;

الترجيح : أقول ما ذهب إليه الجمهور هو الصحيح الذي يتقبله العقل بقبول حسن, فإن الحكمة التي من أجلها رخص للمريض في الإفطار هي إرادة اليسر, ولا يراد اليسر إلا عند وجود المشقة فأي مشقة في وجع الإصبع, أو الصداع الخفيف والمرض اليسير, الذي لا كلفة معه في الصيام؟

Baca Juga:  Menganalogikan Fardhu Sunnah Sebagai Modal Untung Berniaga

Artinya: “Tarjih: aku berpendapat bahwa apa yang dikemukakan oleh jumhur ulama adalah hal yang benar. Karena hal tersebut bisa untuk diterima oleh akal sehat. Hikmah dari keringanan untuk orang sakit agar tidak perlu puasa adalah kemudahan. Dan kemudahan tersebut tidak bisa terwujud kecuali ditemukan kesusahan. Lalu, kesusahan apa yang terletak di dalam sakit jari, demam ringan, atau sakit ringan yang tak ada beban di dalamnya?”

Itulah perbedaan pendapat ulama dan tarjih yang dilakukan oleh Syekh Ali As-Shabuni tentang sakit dan safar yang bisa mendapatkan rukhsah untuk tidak menjalankan ibadah puasa. Allah Swt. sangat senang jika kemudahannya diambil, namun jikalau kemudahan itu dijadikan ajang main-main oleh hambanya. Sekian, semoga bermanfaat.

 Editor: Zahrotun Nafisah

Rekomendasi

Isyarat Pesan Q.S. Al-Baqarah Ayat 186 di Bulan Ramadan Isyarat Pesan Q.S. Al-Baqarah Ayat 186 di Bulan Ramadan

Isyarat Pesan Q.S. Al-Baqarah Ayat 186 di Bulan Ramadan

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Pihak yang Dirugikan, Perempuan Justru Punya Peran Tersembunyi ‘Lestarikan’ Patriarki Pihak yang Dirugikan, Perempuan Justru Punya Peran Tersembunyi ‘Lestarikan’ Patriarki

Tips Cegah Rasa Kantuk Saat Beraktivitas di Bulan Ramadan

Mengulas Berbagai Peristiwa Bersejarah di Bulan Syawal Mengulas Berbagai Peristiwa Bersejarah di Bulan Syawal

Menuntut Ilmu di Bulan Ramadan

Ditulis oleh

Alumnus Ponpes As'ad Jambi dan Mahad Ali Situbondo. Tertarik pada kajian perempuan dan keislaman.

Komentari

Komentari

Terbaru

Gerakan Keulamaan Perempuan: Komitmen KUPI untuk Meneguhkan Berpihak Pada Kemanusiaan Gerakan Keulamaan Perempuan: Komitmen KUPI untuk Meneguhkan Berpihak Pada Kemanusiaan

Gerakan Keulamaan Perempuan: Komitmen KUPI untuk Meneguhkan Berpihak Pada Kemanusiaan

Berita

Ulama Nusantara ; Kiai Sholeh Darat Ulama Nusantara ; Kiai Sholeh Darat

Tapak Tilas Jejak Mahaguru Ulama Nusantara di Kakap Darat (Eps. 1)

Diari

Rosita Istiawan: Perempuan yang Menyulap Lahan Kritis Menjadi Lahan Organik Rosita Istiawan: Perempuan yang Menyulap Lahan Kritis Menjadi Lahan Organik

Rosita Istiawan: Perempuan yang Menyulap Lahan Kritis Menjadi Lahan Organik

Muslimah Talk

Ekofeminisme tafsir Saleh Darat Ekofeminisme tafsir Saleh Darat

Nilai-nilai Ekofeminisme dalam Tafsir Kyai Saleh Darat

Kajian

Fikih Kebencanaan : Bagaimana Salat saat Situasi Bencana Alam? Fikih Kebencanaan : Bagaimana Salat saat Situasi Bencana Alam?

Fikih Kebencanaan : Bagaimana Salat saat Situasi Bencana Alam?

Kajian

Nyi Mas Siti Soepiah Nyi Mas Siti Soepiah

Nyi Mas Siti Soepiah: Pelopor Ilmu Kebidanan Modern di Jawa Barat

Khazanah

Kiat-Kiat dalam Melestarikan Lingkungan Kiat-Kiat dalam Melestarikan Lingkungan

Peran Perempuan sebagai Penyelamat Bumi yang Sekarat 

Muslimah Talk

Sha;at saat gempa Sha;at saat gempa

Shalat saat Gempa, Lanjutkan atau Selamatkan Diri?

Kajian

Trending

Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib

Hukum Menyetubuhi Istri yang Sedang Istihadah

Kajian

pendarahan sebelum melahirkan nifas pendarahan sebelum melahirkan nifas

Apakah Darah yang Keluar Setelah Kuret Termasuk Nifas?

Kajian

Darah nifas 60 hari Darah nifas 60 hari

Benarkah Darah Nifas Lebih dari 60 Hari Istihadhah?

Kajian

flek cokelat sebelum haid flek cokelat sebelum haid

Muncul Flek Coklat sebelum Haid, Bolehkah Shalat?

Kajian

Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Apakah Darah Kuning dan Hitam Disebut Darah Haid?

Kajian

Perempuan Istihadhah mandi shalat Perempuan Istihadhah mandi shalat

Wajibkah Perempuan Istihadhah Mandi Setiap Hendak Shalat?

Kajian

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

Nikah Siri Sah dalam Islam? Ini Kata Pakar Perbandingan Mazhab Fikih

Keluarga

Darah Haid yang Terputus-putus Darah Haid yang Terputus-putus

Rumus Menghitung Darah Haid yang Terputus-putus

Kajian

Connect