Ikuti Kami

Kajian

Pengertian dan Macam-macam Rukhsah dalam Islam

Tiga Hal mengganti puasa

BincangMuslimah.Com – Berikut ini akan menjelaskan pengertian dan pelbagai macam rukhsah dalam hukum Islam. Rukhsah bertujuan untuk memberikan keringanan hukum bagi orang yang mukallaf.

Islam dengan segala aturannya menghendaki kemaslahan bagi pemeluknya. Islam tidak menghendaki pemeluknya terjerumus ke dalam kemafsadatan dan kemudharatan. Tujuan utamanya adalah memudahkan bukan menyulitkan. Oleh karena itu, hukum-hukum yang disyari’atkan akan selalu menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi mukallaf yang bersangkutan.

Setiap ada kesulitan akan lahir kemudahan. Karena suatu alasan, hukum yang sulit berubah menjadi mudah tak menyusahkan. Pun sesuatu yang berat menjadi ringan untu dilakukan. Inilah rukhsah dalam Islam.

Namun, pengertian rukhshah tidak sepintas itu. Ia pun tidak muncul begitu saja. Ada sebab-sebab yang melatarbelakangi kemunculannya. Untuk itu simak penjelasannya berikut ini:
Pengertian Rukhsah

Secara etimologi rukhshah berarti mudah dan ringan sedangkan secara terminologi rukhsah adalah keringanan-keringanan dalam hukum yang diberikan syari’at kepada seorang mukallaf lantaran ada udzur yang menyebabkan lahirnya keringanan tersebut.

Hal ini sebagaiamana penjelasan Imam al-Ghazali dalam kitabnya al-Mustashfa halaman 78;

وَالرُّخْصَةُ فِي اللِّسَانِ عِبَارَةٌ عَنْ الْيُسْرِ وَالسُّهُولَةِ، يُقَالُ: رَخُصَ السِّعْرُ إذَا تَرَاجَعَ وَسَهُلَ الشِّرَاءُ، وَفِي الشَّرِيعَةِ عِبَارَةٌ عَمَّا وُسِّعَ لِلُمُكَلَّفِ فِي فِعْلِهِ لِعُذْرٍ وَعَجْزٍ عَنْهُ مَعَ قِيَامِ السَّبَبِ الْمُحَرِّمِ

“Rukhsah dalam bahasa adalah suatu ungkapan dari kemudahan dan keringanan. Sementara dalam istilah syara’, rukhsah adalah suatu ungkapan dari hal-hal yang diperbolehkan bagi mukallaf karena ada udzur. Yang mana hal-hal tersebut pada awalnya tidak boleh dilakukan dan sebab yang tidak memperbolehkannya masih ada.”

Penjelasan yang tidak jauh berbeda juga disampaikan Syekh Nidzamu al-Din al-Syasyi dalam kitabnya Ushulu al-Syasyi halaman 385;

أما الرُّخْصَة فعبارة عَن الْيُسْر والسهولة وَفِي الشَّرْع صرف الْأَمر من عسر الى يسر بِوَاسِطَة عذر فِي الْمُكَلف

Baca Juga:  Benarkah Nabi Menyebarkan Islam dengan Pedang?

“Rukhsah adalah ungkapan dari kemudahan dan keringanan. Dalam istilah syara’ rukhsah adalah perpindahan suatu perkara dari kesulitan menuju kemudahan dengan perantara udzur pada mukallaf.”

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa rukhshah adalah kemudahan atau keringan hukum bagi mukallaf  yang berlaku pada situasi dan kondisi tertentu. Kemudahan dan keringanan itu diberikan syari’at lantaran ada kesulitan-kesulitan (udzur) yang merintanginya.

Sebagai contoh, seseorang yang sangat kelaparan dan tidak menjumpai makanan selain bangkai maka ia diperbolehkan memakan bangkai tersebut. Karena ada udzur, memakan bangkai yang awalnya tidak boleh, berubah menjadi boleh.

Sebab-Sebab Rukhsah

Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitabnya al-Asybah Wa al-Nadzȃir halaman 126  menyebutkan ada tujuh sebab yang melatarbelakangi munculnya rukhshah;

Pertama, Bepergian (al-Safar)

Bepergian (safar) merupakan salah-satu sebab rukhshah, akan tetapi tidak semua jenis bepergian bisa dijadikan alasan rukhshah. Ada dua hal yang harus terpenuhi untuk menjadikan safar sebagai sebab adanya rukhshah;

(1). Jarak tempuh perjalanan mencapai radius tertentu. Menurut Imam Syafi’i jarak minimal yang harus ditempuh adalah 80 Km, sedangkan menurut Imam Abu Hanifah 125 Km.

(2). Tujuan perjalalanan bukan maksiat seperti merampok, mencuri, membunuh dan sebagainya. Ini menurut Jumhur Ulama, sementara menurut Imam Abu Hanifah safar dengan tujuan apapun mendapatkan keringanan. Alasannya karena sesuatu yang menyebabkan adanya rukhshah sudah ada, yaitu safar. Sedangkan maksiat  merupakan sesuatu yang terpisah dari safar.

Jika dua syarat ini terpenuhi, maka safar bisa menjadi sebab adanya rukhshah (keringanan). Diantaranya ialah mengqashar shalat, tidak berpuasa, dan semacamnya.

Kedua, Sakit (al-Maradh)

Sakit yang dapat menyebabkan adanya rukhsah adalah sakit yang membolehkan tayammum, yaitu sakit yang menyulitkan seorang mukallaf untuk mengerjakan ibadah. Sakit semacam ini membolehkan mengambil keringan yang diberikan syari’at. Diantaranya ialah tayammum, tidak berpuasa di bulan ramadhan, duduk saat menunaikan saat shalat fardhu, menjamak shalat, dan seterusnya.

Baca Juga:  Apa Pentingnya Menanyakan Agama Seseorang?

Ketiga, Pemaksaan (al-Ikrah)

Ikrah adalah suatu kondisi dimana seseorang dipaksa untuk melakukan sesuatu yang haram dan ia tidak punya kekuatan untuk menolaknya. Semisal, dipaksa untuk berzina. Jika menolak, dia akan dibunuh. Situasi inilah yang melahirkan rukhshah.

Keempat, Lupa (al-Nisyan)

Lupa adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengetahui lagi terhadap sesuatu yang telah diketahui sebelumnya atau tidak bisa menghadirkan pengetahuan tentang sesuatu saat dibutuhkan padahal sebelumnya ia mengetahuinya. Diantara keringanan yang muncul oleh lupa adalah tidak batal puasa ketika makan dalam keadaan lupa.

Kelima, Ketidaktahuan (al-Jahlu)

Ketidaktahuan menjadi penyebab adanya rukhsah apabila tidak menyebabkan dhaman (pertanggung-jawaban) dan tidak merugikan orang lain. Misalnya, seorang pemilik kebun berikrar bahwa orang-orang boleh mengambil buah-buahan dari kebunnya. Beberapa bulan kemudian ia menarik kembali ikrarnya. Lantas ada seseorang yang mengambil buah disana dalam keadaan tidak mengetahui bahwa sang pemilik kebun telah menarik ikrarnya. Dalam kondisi ini orang tersebut tidak harus mengganti buah yang ia ambil.

Keenam, al-‘Usru wa ‘Umumu al-Balwȃ

‘usru wa ‘umumu al-balwa adalah suatu kesulitan dimana seseorang merasa kesulitan untuk menjauhinya dan hal itu sudah berbaur dengan kehidupan manusia. Misalnya shalat dalam keadaan badan menyandang najis yang dima’fu (ditolerir) seperti nanah, darah bisul, darah serangga, dan lain-lain.

Ketujuh, sifat yang kurang sempurna (al-Naqsu)

Sifat kekurangan yang dimaksud disini ialah seperti sifat kanak-kanak dan gila. Seorang anak kecil tidak ditaklif untuk melakukan kewajiban-kewajiban agama. Demikian juga dengan orang gila. Dalam kondisi ini keduanya mendapatkan keringanan yakni boleh tidak menunaikan kewajiban-kewajiban sebagaimana orang-orang pada umumnya.

Bila salah-satu dari ketujuh sebab ini ada pada diri seorang mukallaf, maka terdapat dispensasi-dispensasi (rukhshah) hukum dari syariat kepada yang bersangkutan.

Baca Juga:  Bolehkah Memberi Mahar Berupa Hapalan Alquran?
Macam-Macam Rukhsah

Terkait mengambil rukhsah dan tidaknya, rukhshah terbagi menjadi lima macam;

Pertama, rukhshah yang wajib diambil. Seperti memakan bangkai bagi orang yang hampir mati dan tidak menemukan makanan yang lain.

Kedua, rukhsah yang sunnah diambil. Seperti mengqashar shalat dalam perjalanan, tidak berpuasa bagi orang yang sakit, dan memandang wajah dan kedua telapak tangan perempuan yang hendak dipinang.

Ketiga, rukhshah yang boleh diambil. Seperti mempraktekkan akad salam.

Keempat, rukhshah yang lebih utama tidak diambil. Seperti mengusap sepatu, menjamak shalat dalam keadaan tidak ada dharar, dan lain-lain.

Kelima, rukhsah yang makruh diambil. Seperti mengqashar shalat dalam perjalanan yang kurang dari radius 3 marhalah (120 Km).

Ditulis oleh Achmad Fawaid, salah satu kontributor Bincangsyariah.Com. Tulisan ini merupakan kerjasama antara Bincang Syariah X Bincang Muslimah. Selama Ramadhan ini kami akan menayangkan pelbagai konten tentang “Islam Itu Mudah”. Ikuti terus konten keislaman Bincang Syariah selama Ramadhan 1443 H.

Rekomendasi

fomo media sosial islam fomo media sosial islam

Upaya Menghindari Fomo dalam Kacamata Islam

doa setelah membaca Alquran doa setelah membaca Alquran

Doa yang Dibaca Setelah Membaca Alquran

Sejarah Pensyariatan Azan Pertama Sejarah Pensyariatan Azan Pertama

Sejarah Pensyariatan Azan Pertama Kali

Islam Ajarkan Bersikap Ramah dan Sambut Perempuan dengan Ceria Islam Ajarkan Bersikap Ramah dan Sambut Perempuan dengan Ceria

Islam Ajarkan Bersikap Ramah dan Sambut Perempuan dengan Ceria

Ditulis oleh

Redaksi bincangmuslimah.com

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan

Mengenal Lebih Jauh Macam-macam Pendekatan Gender

Kajian

Kisah cinta Zainab binti Rasulullah Kisah cinta Zainab binti Rasulullah

Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Muslimah Talk

Hukum kremasi jenazah mualaf Hukum kremasi jenazah mualaf

Hukum Kremasi Jenazah Mualaf

Kajian

Rembuk Ide Rembuk Ide

El-Bukhari Institute Gelar Rembuk Ide, Bahas Moderasi Beragama untuk Gen Z

Berita

Bincang Thaharah; Wudhu Tidak Berurutan, Apakah Tetap Sah?

Video

Perbedaan Haji dan Umrah Perbedaan Haji dan Umrah

Tiga Perbedaan Haji dan Umrah

Ibadah

Syarat-syarat dikabulkannya doa Syarat-syarat dikabulkannya doa

Fungsi dan Syarat-syarat Dikabulkannya Doa  

Ibadah

Larangan bagi Perempuan Haid Larangan bagi Perempuan Haid

Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Kajian

Trending

Doa keguguran Doa keguguran

Kehilangan Buah Hati Akibat Keguguran, Baca Doa yang Diajarkan Rasulullah Ini

Ibadah

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

10 Hadis Tentang Keutamaan Menikah

Kajian

Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat

Doa agar Terhindar dari Prasangka Buruk pada Allah

Ibadah

Mengenal Rufaidah al-Aslamiyah: Perawat Perempuan Pertama dalam Sejarah Islam

Muslimah Talk

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

Ibadah

Resensi Buku Pernah Tenggelam Resensi Buku Pernah Tenggelam

Resensi Buku Pernah Tenggelam: Halu Berlebihan Menenggelamkan Keimanan?

Diari

Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah

Kisah Bulan Madu Rasul dengan Shafiyah binti Huyay

Muslimah Talk

muslimah mencukur habis rambutnya muslimah mencukur habis rambutnya

Bolehkah Muslimah Mencukur Habis Rambutnya?

Kajian

Connect